26.1 C
Jakarta

Tiga Delusi Khilafah Khilafatul Muslimin

Artikel Trending

KhazanahOpiniTiga Delusi Khilafah Khilafatul Muslimin
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Konvoi yang diinisiasi oleh Khilafatul Muslimin menyedot perhatian bangsa Indonesia. Pasalnya, konvoi yang dilakukan menggunakan sepeda motor itu, menampakkan atribut yang mengajak bangsa Indonesia untuk menegakkan khilafah. “Sambut Kebangkitan Khilafah Islamiyah” salah satu tulisan yang ada di salah satu peserta konvoi.

Sudah dapat diapahami, bahwa ideologi khilafah tidak bisa dipaksakan masuk ke Indonesia karena keadaan rakyatnya yang multikultural. Dan dengan adanya aksi demikian, pemerintah harus bergerak cepat untuk memutus pergerakan Khilafatul Muslimin.

Khilafatul Muslimin adalah organisasi yang diinisiasi oleh Abdul Qadir Hasan Baraja. Dilahirkan di Taliwang, Sumbawa, Abdul Qadir Hasan Baraja langsung menunjukkan eksistensi khilafah dengan mencetuskan Darul Islam (DI) di Lampung tahun 1970. Kemudian ia mendirikan Pondok Pesantren al-Mukmin Ngruki di daerah Surakarta. Puncak dari ide khilafah Abdul Qadir Hasan Baraja diwujudkan dalam Khilafatul Muslimin yang dibentuk tahun 1997.

Selain membentuk Khilafatul Muslimin, Abdul Qadir Hasan Baraja juga ikut andil dalam membentuk Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) di tahun 2000. Berbeda dengan HTI, Abdul Qadir Hasan Baraja yang menginisiasi gerakan Khilafatul Muslimin mengaku bahwa gerakan khilafah yang diusung olehnya tidak berniat untuk mengganti ideologi yang sudah ada, melainkan untuk mempersatukan umat Islam dalam satu wadah. Dirinya terinspirasi oleh Turki Utsmani yang berada dalam tahap kemakmuran karena persatuan umat Islam.

Abdul Qadir Hasan Baraja menganalogikan gerakannya seperti halnya agama Katolik yang mempunyai pemimpin utama yaitu Paus. Pada prinsipnya, Paus menjadi icon umat Katolik, namun tidak ikut campur dalam masalah pemerintahan. Paus hanya sebagai simbol atas bersatunya umat Katolik dalam satu kelompok yang sama, yang menjadi tanda umat Katolik tidak terpecah-belah dan tetap menjadi satu kelompok saja.

Namun gagasan yang disusun oleh Khilafatul Muslimin tersebut, sebenarnya terbilang lemah dan rentan terjadi makar. Setidaknya ada 3 delusi khilafah pada gerakan Khilafatul Muslimin.  Pertama, apabila dikaitkan faktor historis, tidak ada satupun organisaasi yang mengaitkan dirinya dengan khilafah, yang mempunyai niat murni untuk mempersatukan umat Islam.

Kita bisa melihat bagaimana brutalnya ISIS, yang secara keji menebarkan teror untuk merebut kekuasaan. Bahkan mereka rela mengorbankan ribuan nyawa tidak bersalah hanya demi satu ambisi yang diliputi oleh nafsu belaka. Kemudian HTI, Mujahidin Indonesia Timur, dan masih banyak lagi kelompok yang mempunyai visi sama.

BACA JUGA  Memaknai Toleransi Beragama dan Menyudahi Radikalisme

Kedua, kondisi umat Islam Indonesia yang multikultural akan sulit dipaksakan dalam pemahaman yang sama. Banyak ormas Islam di Indonesia yang mengusung pemahaman Islam yang berbeda. Semuanya menjalankan ritus keagamaan sesuai dengan keyakinannya.

Oleh karena itu, apabila semua pemahaman tersebut dilebur menjadi satu pemahaman, maka akan menimbulkan kegaduhan yang besar. Satu sama lain akan berebut kuasa untuk menonjolkan pemahamannya. Setiap kelompok akan mempertahankan pemahamannya karena dianggap benar.

Ketiga, harus menekankan penghayatan pada QS. An Nahl ayat 93. “Dan jika Allah menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Dia menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Tetapi kamu pasti akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS. An Nahl: 93).

Ayat tersebut seolah menekankan, bahwa Allah bisa saja menyatukan umat Islam menjadi satu kesatuan, dan itu hal mudah bagi Allah. Akan tetapi, Allah ingin menguji seberapa kuat manusia untuk menjalin kebersamaan meski dibebani perbedaan. Allah ingin menguji kepekaan manusia tanpa melihat latar belakang satu dengan lainnya. Tentunya Allah ingin menjadikan manusia sebaik-baiknya makhluk dengan sifat yang luhur, yang menjadi wakil Allah di bumi.

Maka dapat dipahami jika agenda persatuan yang digalang dan diidam-idamkan oleh Khilafatul Muslimin hanyalah sebuah pengabur dari tujuan sebenarnya. Jejak organisasi yang telah dilalui oleh perintisnya, serta gagasan-gagasan yang diusung Khilafatul Muslimin, telah menjelaskan akan kemana arah organisasi yang dibentuk.

Dapat diketahui bahwa Darul Islam (DI) yang berorientasi pada khilafah menginginkan kekuasaan negara dengan mengadopsi khilafah. Begitu pula Majlis Mujahidin Indonesia (MMI) yang juga menelurkan gagasan khilafah mengaitkan dirinya dengan langkah politik.

Oleh karena itu, tiga delusi yang telah digambarkan, ditambah jejak organisasi pemimpin Khilafatul Muslimin dapat dijadikan alaram bagi pemerintah Indonesia untuk tidak melepaskan pandangan dari mereka. Jangan sampai organisasi yang semula bermaksud menyebarkan khilafah, berubah menjadi tindakan makar yang besar.

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru