28.2 C
Jakarta

Tiga Corak Website Salafi-Wahabi yang Harus Dimusnahkan

Artikel Trending

KhazanahPerspektifTiga Corak Website Salafi-Wahabi yang Harus Dimusnahkan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Tulisan ini merupakan gambaran umum atau kesimpulan dari jurnal yang saya tulis bersama teman tentang website Salafi-Wahabi di Indonesia. Judul jurnalnya ditulis dalam bahasa Inggris, namun jika dilokalisasikan berjudul “Satu Mazhab Ragam Ekspresi Politik: Studi Wacana Khilafatisme di Website Salafi di Indonesia”.

Ada satu asumsi dasar yang saya ambil dari beberapa penelitian sebelumnya bahwa bentuk dari Salafi-Wahabi itu tidak tunggal. Wahabi, baik di dunia maupun juga di Indonesia, memiliki beragam bentuk. Bahkan tak jarang antara satu bentuk mengkritik bentuk lainnya. Keragaman bentuk ini juga tergambar dari website yang dikembangkan oleh muslim Wahabi di Indonesia.

Ada tiga website yang saya ambil untuk membandingkan cara pandang mereka tentang isu khilafahisme atau berkaitan dengan kenegaraan. Website-website tersebut yaitu muslim.or.id, majelismujahidin.com, dan ansyarusyariah.com. Ketiga website tersebut secara teologi bercorak Salafi-Wahabi yang dibuktikan dengan misi kembali ke Al-Qur’an dan Sunnah.

Namun dalam aspek pemikiran maupun sikap politik, ketiganya menampakkan perbedaan. Seakan menggambarkan keragaman dari corak Salafi-Wahabi di dunia nyata, ketiganya menampilkan corak yang berbeda-beda. Ada yang hanya sekedar murni agama, namun ada juga politik. Ini dapat dicek melalui konten atau produksi teks dari ketiga website tersebut.

Dalam aspek politik, sejujurnya sebagai warga negara yang baik, kita patut bersyukur bahwa website muslim.or.id tidak bersifat politis. Artinya website ini hanya menyuarakan pemurnian Islam sesuai dengan apa yang mereka yakini. Website ini tidak mempersoalkan bentuk maupun sistem politik yang digunakan oleh negara.

Bahkan dalam salah satu artikel disebutkan, dengan mengutip pernyataan Ibn Taimiyah yang juga banyak dijadikan rujukan kalangan NU, bahwa “lebih baik dipimpin pemimpin dzalim seribu malam ketimbang satu malam tiada pemimpin”.

Kenapa patut bersyukur, karena secara objektif website muslim.or.id merupakan salah satu website dengan rating pembaca tertinggi di Indonesia. Dua belas tahun terakhir website muslim.or.id menempati peringkat kelima website keislaman di Indonesia.

Artinya jika website ini memproduksi narasi politik yang seperti itu, maka hal tersebut juga bisa mempengaruhi jumlah pembaca. Dengan demikian, pembaca tidak mudah terprovokasi untuk tidak menghormati pemimpin maupun memberontak terhadap negara.

Berbeda dengan sikap politik dari website majelismujahidin.com. Narasi yang diproduksi oleh website ini bercorak politis. Sebagai media ormas Majelis Mujahidin maka narasi yang dikembangkan juga tidak jauh berbeda dengan ideologi politiknya. Adalah menjadikan Indonesia sebagai negara Islam versi lokal merupakan cita-cita yang ingin dicapai dan ditegakkan oleh aktivis MMI.

BACA JUGA  Bahaya Islam Transnasional dan Kewajiban Masyarakat untuk Memeranginya

Dalam salah satu artikel di majelismujahidin.com mengatakan bahwa selama ini perjuangannya bersifat sembunyi-sembunyi. Jika teks tersebut ditafsirkan secara bebas, maka langkah politis yang dilakukan MMI tidak ada indikasi pada terorisme.

Sementara ansyarusyariah.com juga berkeinginan mendirikan negara Islam namun dengan cara yang berbeda. Narasi yang dikembangkan dari teks tentang khialfah di website ansyarusyariah.com mencatumkan tafsir jihad Abdullah Azzam.

Dalam salah satu artikelnya dituliskan bahwa “Sarana yang menjamin tegaknya bangunan yang tinggi adalah berjihad”. Tentu dalam banyak referensi, bangunan tafir Abdullah Azzam ini memicu tumbuhnya paham jihadi di kalangan Muslim (Asad Said Ali, 2014; Solahuddin, 2011).

Dari Purits Hingga Jihadi

Ketiga website di atas menggambarkan bagaimana satu mazhab yang mereka percaya memiliki perbedaan sikap politik. Perbedaan ini tidak lepas dari respons antara satu kelompok dengan kelompok lainnya dalam menyikapi isu politik. Quintan Wictorowic dan Solahuddin mengklasifikasi kelompok Salafi-Wahabi ke dalam tiga bentuk yaitu purits, haraki, dan jihadi.

Kelompok purits hanya berfokus pada dakwah pemurnian Islam dan bersikap apolitik. Kelompok haraki, selain fokus pada persoalan pemurnian, juga fokus pada persoalan politik.

Terakhir kelompok jihadi, hampir sama dengan kelompok haraki, namun perbedannya yang paling tampak adalah cara atau metode dalam memperjuangkan pendirian negara Islam. Kelompok jihadi menggunakan jihad sesuai dengan pemahaman Abdullah Azzam yang dikenal sebagai ideolognya kaum jihadi.

Apabila dimasukkan satu persatu, maka ketiga website di atas dapat digolongkan berdasarkan ketiga tipologi tersebut. Website muslim.or.id mewakili kelompok purits, website majelismujahidin.com mewakili kelompok haraki, dan website ansyarusyariah.com mewakili kelompok jihadi.

Pertanyaannya adalah, apakah ketiga kelompok tersebut tidak bisa bersatu meski memiliki pandangan politik yang berbeda. Jawabannya adalah tidak bisa. Mereka bukan seperti NU yang meski ada perbedaan cara pandang harus berpisah dan membikin New NU.

Ketiga website maupun kelompok Salafi-Wahabi tersebut tidak bersatu dan satu sama lain saling mengkritik. Jika ingin mengetahui kritikan dari website muslim.or.id kepada kelompok Salafi-Wahabi politik atau sururiyyah silahkan baca di beberapa jurnal terkait.

Jadi kesimpulannya, website Salafi-Wahabi di Indonesia tidak memiliki karakter dan cara pandang yang sama terhadap sikap politik. Mereka ada yang ingin memurnikan Islam dari apa yang dianggapnya bid’ah tanpa bersikap politik, ada juga yang bersikap politik maupun politik plus jihad. Semua kelompok tersebut masih ada hingga hari ini. Itu semua harus segera dimusnahkan oleh otoritas terkait. Segera.

M. Mujibuddin SM
M. Mujibuddin SM
Alumnus Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru