29.9 C
Jakarta
Array

Terpikat ISIS dan Hijrah ke Suriah, Para WNI Ini Akhirnya Kecewa

Artikel Trending

Terpikat ISIS dan Hijrah ke Suriah, Para WNI Ini Akhirnya Kecewa
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Damaskus. Perempuan berusia 19 tahun ini hanya mengaku bernama Nur. Dia memutuskan meninggalkan Indonesia sekitar 22 bulan silam untuk hijrah ke Raqqa, Suriah yang diklaim ISIS sebagai ibu kota Kekalifahan Islam.

Nur mengaku tertarik pindah ke Suriah setelah melihat foto dan video tentang Negara Islam atau Daulah Islamiyah yang diunggah ISIS ke internet.

Setelah hampir dua tahun berlalu, Nur bersama 15 warga Indonesia lain memutuskan untuk meninggalkan Raqqa. Apa alasannya?

“Semua bohong … ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet,” kata Nur kepada wartawan AFP di kamp pengungsi Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa.

Bersama ribuan orang lainnya, Nur meninggalkan kota Raqqa yang kini tengah digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung militer Amerika Serikat.

Baca: Keseharian Raqqa, Ibu Kota ISIS, Siapa Pun Bisa Mati Setiap Saat

“Ayah dan saudara laki-laki saya dimasukkan ke penjara,” ungkap Nur.

Ketika keluarga Nur tiba di Raqqa, ayah dan saudaranya diminta menjadi milisi ISIS, padahal tadinya mereka mengira akan mendapat pekerjaan dengan gaji tetap.

Sementara Nur mengaku dia dikejar-kejar anggota ISIS yang ingin menjadikannya sebagai istri.

“Banyak milisi ISIS yang duda … mereka menikah hanya dua bulan atau dua pekan saja. Banyak laki-laki datang ke rumah dan mengatakan ke ayah saya, saya ingin anakmu,” kata Nur.

Wajahnya jelas menampakkan raut yang sangat kecewa.

Ia juga menceritakan bagaimana saudara laki-lakinya sering mendapat pertanyaan apakah punya saudara perempuan yang bisa dijadikan istri.

“Yang mereka bicarakan hanya soal perempuan,” kata Nur.

Sama seperti Nur, Leefa -perempuan berusia 38 tahun- memutuskan meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah kekuasaan Daulah Islamiyah.

“Saya punya masalah kesehatan. Saya perlu operasi di bagian leher dan biayanya sangat mahal di Indonesia. Di daerah ISIS semuanya gratis,” kata Leefa.

“Saya datang ke wilayah kekuasaan ISIS dengan tujuan menjadi Muslim yang sebenarnya dan juga demi kesehatan,” katanya.

Ia mengontak anggota ISIS melalui internet, yang mengatakan ISIS akan mengganti uang tiketnya. Leefa menambahkan, dia dijanjikan bisa menikmati kehidupan di Raqqa.

Namun ketika tiba di Raqqa, kenyataan yang dia alami tak sesuai harapan. Operasi yang harus ia jalani tidak gratis dan biayanya sangat mahal sehingga dia akhirnya tak bisa menjalani operasi.

Leefa dan Nur termasuk di antara 16 orang WNI yang saat ini berada di kamp pengungsi di Ain Issa.

Kisah keduanya tentu sangat sulit diverifikasi kebenarannya, tetapi kisah mereka amat mirip dengan kisah orang-orang yang pindah ke Raqqa dengan harapan bisa hidup layak tetapi berakhir dengan kekecewaan.

Sebagian besar orang yang tergiur pindah ke Raqqa merasa kecewa dengan apa yang mereka saksikan dan alami.

Semua ‘gambaran indah’ Raqqa dan Negara Islam yang diunggah ISIS ke internet tak terbukti sama sekali.

“Yang saya tahu, mereka ini ditipu,” kata Fayruz Khalil, seorang pengelola kamp pengungsi Ain Issa.

“Mereka mendapati gambaran yang disampaikan ISIS ternyata bohong … selama 10 bulan terakhir mereka mencoba pindah, tapi baru bisa berhasil dalam beberapa hari ini,” kata Khalil.

Baca: Tembus Pertahanan ISIS, Pemberontak Suriah Masuk ke Kota Raqqa

Kantor berita Kurdi ANHA, yang dipantau BBC Monitoring, melaporkan, ketika pasukan anti- ISIS memasuki Raqqa, mereka menemukan tiga keluarga Indonesia yang terdiri dari delapan perempuan, lima laki-laki, dan tiga anak-anak.

Salah seorang di antaranya, perempuan bernama Nora Joko. Dia mengatakan, saat Kekhalifahan Islam diumumkan beberapa waktu lalu ia dan keluarganya memutuskan hijrah ke Suriah.

Nora menjelaskan, mereka masuk ke Raqqa melalui Turki. Namun, setibanya di Raqqa yang ia alami adalah ‘rasa takut berkepanjangan’ dan apa yang ia saksikan ‘tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya’.

Nora mengatakan, puluhan keluarga pendatang ingin meninggalkan wilayah kekuasaan ISIS karena apa yang mereka lihat tak sesuai harapan.

“Kami datang ke sini demi Islam, namun ketika kami berada di sini, yang kami saksikan adalah pemenggalan, penyiksaan, dan perampokan,” kata Nora.

Ia mengatakan sudah sejak lama ingin meninggalkan Raqqa dan begitu SDF, satu kekuatan anti- ISIS, masuk ke Raqqa ia dan beberapa warga WNI lain menyerahkan diri.

Pemerintah Indonesia mengatakan sekitar 500-600 WNI berada di Suriah saat ini. Sekitar 500 orang lagi mencoba masuk, tapi dideportasi sebelum tiba di wilayah kekuasaan ISIS.

Sumber: Kompas.com

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru