29 C
Jakarta
Array

Terorisme, Salah Doktrin dan Transformasi Dakwah

Artikel Trending

Terorisme, Salah Doktrin dan Transformasi Dakwah
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dunia akhir-akhir ini dihantui oleh teror dengan adanya pemboman atas nama agama tertentu, seperti yang terjadi beberapa hari yang lalu di Kartasura dan beberapa teror di negera lain. Gerakan terorisme dengan dilandasi doktrin agama, adalah fenomena salah paham atas ajaran agama. Orang-orang mulai menuduh satu agama tertentu menjadi penyebabnya, doktrin-doktrin pada agama itu dianggap sebagai agama yang kasar, tidak ramah, barbar dan banyak anggapan negatif terhadap salah satu agama itu, sehingga agama itu menjadi semacam phobia. Semua orang mengarahkan penyebabnya adalah agama Islam sebagai agama yang menyebarkan paham teror ini.

Salah satu motif aksi terorisme adalah menebar ketakutan dan memecah belah masyarakat dalam suatu bangsa. Padahal manusia diciptakan dengan bersuku-suku, ras, warna kulit, jenis kelamin yang berbeda-beda untuk saling kenal-mengenal, ini adalah salah satu firman tuhan yang disampaikan dala Al-Qur’an. Artinya Islam melalui firman tuhan juga menegaskan perbedaan bukanlah sebuah halangan atau sebuah hal yang dapat memecah-belah. Akan tetapi sebaliknya persatuan adalah hal yang wajib untuk kita lakukan.

Contoh itu dapat kita lihat dari hijrah nabi ke Madinah. Kota yang beragam suku dan agama didalamnya dapat dikelola oleh nabi Muhammad SAW melalui Piagam Madinah, tidak ada kata satupun yang menuliskan Islam di dalam piagam Madinah (Lihat Piagam Madinah). Kehidupan yang rukun, saling menghormati antar satu suku dengan suku lain, antar keyakinan satu dengan keyakinan lain. Piagam Madinah adalah konstitusi pertama dalam Islam untuk membentuk sebuah komunikas masyarakat yang rukun dan damai dalam pluralitas.

Di Indonesia sendiri, Islam dalam sejarah penyebaran serta perkembangannya pun memiliki hal yang berbeda. Kita kenal diawal penyebaran Islam yang dilakukan oleh Wali Songo atau sembilan wali. Melalui instrumen seperti Joglo untuk mendakwahkan Islam melalui pengajian-pengajian, wayang yang menjadi tradisi masyarakat Indonesia sebelum Islam masuk itu pun digunakan oleh Sunan Kalijaga untuk memperkenalkan Islam. Bahkan di Kudus Sunan Kudus pun melarang pengikutnya untuk menyembelih Sapi demi menghormati agama Hindu-Budha (baca sejarah wali songo).

Dalam Islam lebih mementingkan maslahah dari pada kemudharatan ini termaktub dalam Ushul Fiqh yaitu Al Maslahah Al Ammah ialah jalan dari perjuangan Islam itu sendiri. Fas tabiqu al khairat, kita perlu berlomba dalam kebaikan merupakan prinsip dalam Islam yang wajib bagi kita semua untuk dijalankan.

Suara  Islam Ramah Di Era Teknologi

Perkembangan zaman yang mulai berubah umat manusia berada pada zaman dimana semua menjadi mudah dan tak terbatas oleh ruang dan waktu (baca Yassraf, Dunia Yang Dilipat). Teknologi menjadi penanda bagi perkembangan zaman serta kemudahan yang ditawarkan.

Dulu manusia dalam melakukan pekerjaan hanya bertumpu pada alam, seperti makanan, kendaraan, alat komunikasi dan lainnya. Berkaitan dengan Islam, mendakwahkan Islam hanya menggunakan media konvensional seperti turun langsung kemasyarakat bertatap muka dan mendakwahkan Islam. Hari ini dengan adanya teknologi dan media sosial, Islam dapat disebar melalui media-media sosial seperti portal online yang memberikan pemahaman Islam melalui tulisan bahkan video tanpa bertatap muka secara langsung.

Kondisi bangsa Indonesia, mulai mendapat kendala di era teknologi dimana dalam memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan hoax, fitnah, kebohongan sehingga dapat memecah belah persatuan umat manusia. Melalui penyebaran hoax ini, masyarakat awam menjadi termakan oleh isu fitnah yang beredar. Kondisi ini benar-benar dimanfaatkan untuk menyebarkan pemahaman yang keliru. Bahkan penyebaran Islam radikal, Islam yang marah-marah cukup marak menyebar diseluruh media sosial.

Umat Islam yang memahami pesan Islam yang sesungguhnya perlu merebut media sosial untuk digunakan mendakwakan Islam yang berwajah ramah. Menunjukkan Islam yang menjadi rahmat dengan menyebarkan paham Islam ramah ini akan menangkal penyebaran Islam yang tidak toleran, paham yang memecah belah persatuan.

Kehadiran mayoritas orang-orang Islam Moderat dalam menyuarakan agama yang ramah dalam bingkai dunia maya sangat diperlukan. Mengingat, tak jarang media sosial menjadi ajang penyebaran paham agama yang salah serta tidak jarang pula menjadi media rekruitmen para calon jihadis.

Kondisi negara serta kehidupan antar umat beragama, akan diciderai oleh orang-orang yang salah kaprah dalam memahami agama, salah kaprah disertai dengan menutup diri  terhadap pendapat orang lain. Bahkan tak jarang kelompok radikal ini juga menyerang ulama Islam moderat dengan tuduhan kafir, bid’ah dan lebel lainnya.

Islam ramah perlu disuarakan, bahkan harus lebih nyaring dari Islam Radikal di era digital ini. selain itu, suara Islam moderat harus mendominasi jagat digital, sehingga menjadi referensi utama masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat dunia dalam memahami Islam kepada para ahlinya.

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru