29.1 C
Jakarta

Teroris Itu Tidak Benar-Benar Sembuh

Artikel Trending

Milenial IslamTeroris Itu Tidak Benar-Benar Sembuh
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Sampai saat ini, saya masih bertanya-tanya, seperti apa ideologi teroris yang dijalankan. Mungkinkah ia benar-benar menerapkan keislaman yang sesungguhnya ia percaya sepenuh hati. Atau jalan jihad yang sangat mereka bela sampai mati.

Tapi jika itu adalah pilihannya, lalu mengapa sebagian besar para teroris menjalankan kehidupan yang terbalik dari ajaran dan lelaku Islam, seperti mereka menjual narkoba, membohongi orang dengan kotak amal, memerkosa perempuan anak kecil, dewasa hingga ibu-ibu, dan kini menjadi penadah motor curian, yang akhirnya ditangkap di Bekasi, Jawa Barat.

Apa yang terlintas dalam benaknya, dan apa alasan-alasan pilihan baik-buruknya. Jika alasan semua itu dianggap bagian jihad, jihad seperti apa ia lakukan dan impikan? Dengan curian tersebut, diketahui bahwa ia anak masih di bawah umur yang terlibat. Ini artinya, ada lorong aktivitas yang panjang dan mungkin juga basah di mana kawasan-kawasan tertentu sudah menjadi kawasan yang multiekstrem.

Serba-Serbi Teroris Kini

Dalam penjelasan Densus 88 Antiteror, kedua penadah curanmor itu masuk dalam bagian terorisme. Diketahui pula ia merupakan mantan narapidana pidana terorisme (napiter) yang telah menjalani masa hukuman selama empat tahun. Dari sini, benar-benar tersingkap bagaimana teroris sebenarnya tidak benar-benar jera dan tidak benar-benar mengakui bahwa aksinya selama ini keliru dan salah.

Lalu adakah harapan bahwa amir-amir teroris besar di Indonesia memang benar-benar tobat total dan melepas semua identitas keterorisannya? Meski para amir-amir ini mungkin dalam pengawasan, baik dari segi ideologi atau tempat-tempat rahasia, atau malah bahkan yang diberi fasilitas fantastis atas nama deradikalisasi, tetapi saya masih ragu untuk mengatakan bahwa mereka sudah menjadi orang seperti biasanya, orang yang sama sekali telah merelakan akal, pikiran, dan jalan jihadnya kepada negara secara seutuhnya. Maksudnya mencintai negara dan bangsa.

Saya belum menemukan alasan masuk akal daripada teroris yang menjalankan program atau yang memegang program deradikalisasi sehingga dinyatakan sembuh total. Masih kita sering jumpai teroris liar yang berkeliaran dan mereka di bawah naungan amir-amir itu?

BACA JUGA  One Ummah: Doktrin Neo-HTI yang Menyalahi Al-Qur’an

Mereka menggendong tas ke sana ke mari. Mereka juga membawa kitab-kitab atau buku-buku jihad andalannya mengenai bagaimana berjihad sesungguhnya. Dan mereka masih berlatih bagaimana menembak dengan baik dan benar di perbukitan-perbukitan rimbun, sehingga tepat sasaran.

Apa yang terjadi pada mantan teroris yang kini menjadi penadah curanmor dan lainnya, adalah masalah kecil belaka di mana ketidaktahuan kita melekat di sana. Paham atau ideologi teroris tak mungkin hilang hanya sekadar karena cinta dan setia pada siapa pun.

Paham teroris akan terus membayanginya hingga akhirnya ia bakal kembali lagi menjalankan fungsinya manakala ia punya kesempatan. Teroris bakal melakukan kerjaannya sebagai teror bilamana keadaan memaksa mereka harus memenuhi itu.

Lebih Ditingkatkan Lagi!

Jadi, kewaspadaan pemerintah Indonesia, dengan hanya mengandalkan program deradikalisasi, atau yang sekarang membangun padepokan atau Kampung Tangguh Ideologi seperti di depok dan Bogor, tak mungkin sepenuhnya akan cukup berhasil. Itu hanya sempalan kecil yang tentunya juga memberikan harapan kecil untuk mencegah penyebaran radikalisme dan apalagi terorisme.

Harapan bahwa, Kampung Tangguh Ideologi ini akan mensinergikan seluruh pimpinan di desa untuk mengedukasi masyarakat, mencegah masuknya paham radikal, melindungi masyarakat yang rentan terpapar, mendata dan mengawasi pendatang yang masuk ke lingkungan masyarakatnya, serta menjaga toleransi dan moderasi beragama di lingkungannya, juga punya tendensi yang mengkhawatirkan. Bagaimana jika itu hanya sekadar program-programan yang sejak lama dikhawatirkan oleh banyak kalangan.

Namun demikian, ide dan kesediaan untuk memilih alasan-asalan yang terbaik di antara yang buruk patut diapresiasi, ketimbang tidak memilih sama sekali. Namun sekali lagi, kita masih menunggu bagaimana prospek pemerintah ke depan untuk lebih tangkas lagi menghilangkan kekhawatiran masyarakat Indonesia yang terus menerus membara, yaitu teroris tidak kambuh lagi.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru