29 C
Jakarta
spot_img

Temu Muslimah Muda: Intrik Licik Aktivis Khilafah Merebut Ruang Publik dalam Mendirikan Pemerintahan Islam

Artikel Trending

KhazanahTelaahTemu Muslimah Muda: Intrik Licik Aktivis Khilafah Merebut Ruang Publik dalam Mendirikan...
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Salah satu kegiatan yang masih membekas pada bulan Oktober lalu adalah gelaran Temu Muslimah Muda 2024 yang bertajuk “The Next Level Activism: We Aspire, We Engage, & We Stand for Islam Kaffah”, pada Minggu (27/10) di Kota Palembang. Agenda ini dihadiri oleh sekitar 300 pemuda dan aktivis mahasiswa, serta diikuti secara hybrid oleh semua anak muda yang ada Indonesia. Tercatat sekitar 17 ribu peserta dari kalangan pemuda dan aktivis.

Apa yang membekas dari kegiatan ini? Kenyataan bahwa ideologi khilafah yang menjadi role model bagi anak muda Muslim masa kini, membawanya pada gerakan-gerakan transnasional, yang membuat mereka terus berupaya agar Indonesia menerapkan sistem khilafah. Menghadapi berbagai tantangan kebangsaan masa kini, kita juga dihadapkan dengan kondisi anak muda yang pesimis terhadap Indonesia, dan beralih pada optimisme menerapkan khilafah. Hal ini bisa disebut ancaman serius.

Mengapa Aktivis Khilafah Tumbuh Subur?

Seperti yang kita ketahui bahwa, arus informasi sejak berkembangnya internet dan beragam media sosial, sangat besar. Segala macam pemikiran, argumentasi yang disampaikan oleh orang lain di media sosial, bisa menjadi salah satu hal yang mempengaruhi pemikiran, bahkan kehidupan kita. Tidak heran, dalam konteks paradigma Islam, perkembangan pemikiran Islam dari berbagai pakar, tokoh bahkan kelompok-kelompok tertentu, menjadi salah satu hal yang tidak bisa dicegah oleh kita sebagai masyarakat Muslim.

Di sisi lain, negara Indonesia sebagai negara demokrasi, menjadi salah satu privilege tersendiri bagi masyarakat Muslim dalam mengekspresikan keberagamaan yang dijalaninya. Artinya, sekalipun pada beberapa tahun lalu, pemerintah membubarkan organisasi HTI, sampai hari ini mereka eksis dan menjadi makar dalam dinamika kebangsaan Indonesia.

BACA JUGA  Pencegahan Terorisme: Pentingnya Pelibatan Ormas di Tataran Akar Rumput

Tidak bisa dipungkiri bahwa, sekalipun mereka menentang dan mengkritik demokrasi sebagai sistem yang jahil di Indonesia, mereka menikmati dinamika demokrasi di Indonesia dengan tetap mengadakan berbagai kegiatan berselimut dakwah, untuk mencari simpati publik dalam mendirikan pemerintahan Islam di Indonesia.

Pemerintah sendiri, belum menemukan formulasi yang tepat untuk melarang aktivitas ‘berkedok’ Islam yang mengkampanyekan pendirian khilafah. Sekalipun pembubaran organisasi HTI sudah dilakukan pada beberapa tahun silam, faktanya bibit HTI yang menjelma dengan berbagai organisasi, komunitas, ataupun lembaga sosial, masih sangat banyak di Indonesia dengan tujuan mendirikan negara khilafah. Oleh karena itu, suburnya organisasi radikal yang semakin lama mendapatkan perhatian publik begitu besar dan digandrungi oleh anak muda karena memasang ‘wajah’ Islam di balik eksistensinya.

Di tengah banyaknya problematika kebangsaan yang terjadi beberapa waktu belakangan ini, mulai dari kasus korupsi, transisi pemerintah, kriminalitas, hingga carut-marut persoalan politik, masyarakat yang lelah dengan kondisi tersebut, mulai mencari pelarian untuk tetap optimis hidup. Salah satu pelarian tersebut dengan ‘kembali kepada Islam’. Sayangnya pelarian tersebut mengakar kuat pada jati diri aktivis khilafah dan menjadi tagline kuat mereka, sehingga masyarakat berbondong-bondong untuk mendukung pendirian negara khilafah di Indonesia dengan harapan menjadikan Indonesia lebih baik.

Kita membutuhkan masyarakat kita lebih kritis terhadap praktik demokrasi dan kondisi bangsa Indonesia, namun bukan kelompok yang mengkampanyekan khilafah. Sebab seluruh perjuangan masyarakat sipil yang sampai hari ini, mengkritik praktik demokrasi, oligarki, kapitalisme, dan berbagai problematika kebangsaan hari ini, bukan bertujuan untuk mendirikan khilafah, melainkan memperbaiki praktik demokrasi agar Indonesia bisa menjadi percontohan global dan bersaing dengan ciamik di dalam ranah global dengan integritas dan kemajuan bangsanya.  

Muallifah
Muallifah
Aktivis perempuan. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru