30.8 C
Jakarta
spot_img

Telaah Peran Strategis Majelis Taklim dalam Kontra-Radikalisme dan Mengonstruksi Harmoni Sosial

Artikel Trending

KhazanahResensi BukuTelaah Peran Strategis Majelis Taklim dalam Kontra-Radikalisme dan Mengonstruksi Harmoni Sosial
image_pdfDownload PDF
Judul Buku: Majelis Taklim Cegah Radikalisme, Penulis: Dr. Hj. Romlah Widayati, M.Ag., dkk. Penerbit: Pengurus Pusat Muslimat NU dan BNPT, Tahun Terbit: 2021, Tebal: 212 Halaman; 21 cm, ISBN: 978-623-95320-1-7, Editor: Mas’ud Halimin, Pembaca Ahli: Prof. Dr. Hj. Sri Mulyati, MA, Desain Sampul: Muhammad Makhlad, Tata Letak: Abd. Rauf, Peresensi: Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi.

Harakatuna.com – Buku Majelis Taklim Cegah Radikalisme adalah panduan yang dirancang untuk membantu komunitas majelis taklim, khususnya di bawah naungan Muslimat NU, dalam memahami dan mencegah penyebaran paham radikalisme. Ditulis oleh tim yang dipimpin Romlah Widayati bersama beberapa rekan penulis, buku tersebut diterbitkan pada tahun 2021 sebagai hasil kolaborasi antara Pengurus Pusat Muslimat NU dengan BNPT. Isinya memberikan wawasan mengenai bagaimana majelis taklim dapat menjadi garda terdepan dalam menangkal ekstremisme berbasis agama.

Buku tersebut dimulai dengan penjelasan dasar mengenai radikalisme, bagaimana ia menyusup ke dalam masyarakat, dan mengapa perempuan sering menjadi sasaran utama kelompok radikal. Penulis menekankan bahwa radikalisme kerap menggunakan kedok agama untuk menarik simpati, terutama di kalangan perempuan yang aktif dalam kegiatan keagamaan seperti majelis taklim. Buku tersebut menyoroti pentingnya moderasi beragama sebagai benteng utama melawan pengaruh radikalisme.

Salah satu keunikannya adalah pendekatannya yang praktis. Buku tersebut menyajikan teori sekaligus menyediakan panduan langsung yang dapat diterapkan oleh anggota majelis taklim. Contoh dialog, materi kajian, dan pendekatan berbasis komunitas yang disertakan membantu dalam mendeteksi tanda-tanda awal radikalisasi sekaligus mengedukasi masyarakat tentang pentingnya nilai toleransi dan kebersamaan. Buku tersebut lebih dari sekadar wacana akademis, melainkan sebuah alat praktis yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis juga menyoroti potensi besar perempuan dalam mencegah radikalisme. Sebagai pendidik utama dalam keluarga, perempuan memiliki peran strategis untuk menanamkan nilai moderasi kepada anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Selain itu, majelis taklim, sebagai ruang belajar agama bagi perempuan, juga dapat menjadi tempat yang efektif untuk membangun kesadaran kolektif dalam melawan narasi ekstremis.

Salah satu tema utama buku tersebut adalah pentingnya kembali kepada ajaran Islam yang damai dan inklusif. Moderasi beragama, atau Islam wasatiah, menjadi landasan dari seluruh pendekatan yang diusulkan. Penulis menekankan bahwa Islam yang penuh kasih sayang, toleransi, dan keterbukaan adalah kunci untuk menciptakan masyarakat harmonis yang terbebas dari pengaruh ekstremisme. Nilai-nilai itu dijelaskan dengan pendekatan sederhana namun kuat, sehingga mudah dipahami oleh pembaca dengan berbagai latar belakang pendidikan.

Keunggulan buku terletak pada relevansi topiknya dengan situasi sosial di Indonesia. Sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam menjaga harmoni sosial di tengah keberagaman. Majelis taklim, yang kerap menjadi institusi keagamaan nonformal dengan pengaruh signifikan di masyarakat, diposisikan sebagai aktor kunci dalam pencegahan radikalisme. Fokus pada perempuan sebagai subjek utama menghadirkan perspektif yang segar dan strategis, mengingat perempuan sering kali menjadi katalis perubahan dalam komunitas mereka.

Gaya penulisannya juga merupakan nilai tambah signifikan. Dengan penggunaan bahasa yang sederhana dan lugas, buku tersebut juga dapat diakses oleh pembaca dari berbagai kalangan, termasuk mereka yang tidak memiliki latar belakang akademis mendalam. Hal itu menjadikan buku tersebut relevan bagi anggota majelis taklim, pendidik, tokoh agama, dan masyarakat umum. Panduan praktis seperti materi kajian dan contoh dialog yang disertakan memberikan nilai aplikatif yang tinggi, menjadikannya lebih dari sekadar referensi teoretis.

BACA JUGA  Menumbuhkan Benih Toleransi, Masa Depan Keberagaman Bangsa

Namun, buku juga juga memiliki beberapa kelemahan. Salah satu kekurangannya adalah minimnya data empiris yang mendukung argumen yang disajikan. Meskipun pendekatan praktisnya sangat bermanfaat, pembaca yang mencari analisis berbasis data atau studi kasus mungkin merasa kurang puas karena kurangnya gambaran mendalam tentang pola penyebaran radikalisme di Indonesia.

Selain itu, buku tersebut kurang membahas peran teknologi, khususnya media sosial, dalam menyebarkan paham radikal. Mengingat radikalisasi saat ini banyak terjadi melalui platform digital, pembahasan mengenai cara majelis taklim dapat memanfaatkan teknologi untuk menyampaikan kontra-narasi akan menjadi tambahan yang penting.

Cakupan buku juga cenderung terbatas pada komunitas Muslimat NU. Meskipun hal itu relevan dengan audiens utama buku, yaitu anggota majelis taklim di bawah naungan NU, pendekatan yang lebih inklusif terhadap komunitas perempuan dari berbagai latar belakang keagamaan dapat memperluas dampak buku itu sendiri. Kendati buku tersebut memberikan panduan untuk pencegahan, kurangnya diskusi mengenai evaluasi kebijakan pemerintah dalam menangani radikalisme menjadikan analisisnya terasa kurang menyeluruh.

Urgensi memiliki buku tersebut sangat tinggi, terutama dalam konteks Indonesia yang masih menghadapi tantangan besar terkait radikalisme. Buku itu menawarkan panduan strategis untuk membangun komunitas yang lebih toleran dan inklusif, yang relevan tidak hanya bagi anggota majelis taklim tetapi juga bagi siapa saja yang peduli terhadap masa depan sosial dan keagamaan bangsa.

Sebagai ruang berkumpul perempuan dengan peran strategis, majelis taklim dapat menjadi garda terdepan dalam upaya kolektif mencegah radikalisme. Buku itu membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menjalankan peran tersebut secara efektif.

Buku tersebut juga sangat ideal untuk digunakan dalam program pelatihan, diskusi komunitas, dan kegiatan edukasi lainnya. Panduan praktis yang disertakan menjadikannya relevan untuk diterapkan dalam konteks lokal, sekaligus memberikan kontribusi signifikan dalam upaya nasional melawan radikalisme. Tidak hanya itu, juga dapat menjadi inspirasi bagi organisasi lain yang ingin mengembangkan program pencegahan radikalisme berbasis komunitas.

Sebagai kesimpulan, Majelis Taklim Cegah Radikalisme adalah buku yang penting dan relevan dalam menghadapi tantangan sosial saat ini. Dengan fokus pada moderasi beragama dan pemberdayaan perempuan, buku tersebut menawarkan panduan praktis yang dapat dimanfaatkan oleh anggota majelis taklim maupun masyarakat luas untuk melawan radikalisme.

Meski terdapat beberapa kekurangan, seperti minimnya data empiris dan kurangnya pembahasan tentang peran teknologi dalam radikalisasi, buku tersebut tetap menjadi literatur yang sangat berharga. Buku tersebut direkomendasikan bagi anggota majelis taklim, pendidik, tokoh agama, dan siapa saja yang ingin berkontribusi dalam membangun masyarakat moderat, damai, inklusif, dan anti-radikalisme.

Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Tgk. Helmi Abu Bakar El-Langkawi
Dosen UNISAI Samalanga, Kandidat Doktor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Alumni Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, dan Ketua Ansor Pidie Jaya, Aceh.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru