31.4 C
Jakarta
Array

Tasawuf Sebagai Solusi Radikalisme

Artikel Trending

Tasawuf Sebagai Solusi Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Menurut Sartono (1985:38) radikalisme merupakan gerakan sosial yang menolak secara menyeluruh mengenai tata tertib sosial yang masih berlangsung sampai sekarang yang ditandai dengan kemarahan moral yang menentang orang yang memiliki hak istimewa dan berkuasa. Dalam pengertian lain radikalisme merupakan salah satu paham yang menuntut adanya perubahan dengan jalan kekerasan. Sedangkan di dalam Islam sendiri tidak ada kekerasan dalam menuntut suatu hal atau perubahan. Islam telah mengajarkan bahwa kekerasan bukanlah jalan terbaik untuk dilakukan.

Paham radikalisme tersebut, jika dilihat dari sudut pandang keagamaan, paham tersebut dapat diartikan sebagai sifat fanatisme yang mengakibatkan kekerasan dalam mengajak seseorang agar sejalan dengan paham tersebut. Di Indonesia sendiri sudah terjadi peningkatan akibat paham radikalisme tersebut yang ditandai dengan munculnya aksi teror dan aksi kekerasan yang dilakukan oleh seseorang. Aksi teror dan aksi kekerasan tersebut menimbulkan banyak pelanggaran HAM karena merenggut hak hidup orang lain. Di Indonesia sendiri salah satu organisasi yang menggunakan paham radikalisme (dengan jalan kekerasan) salah satunya adalah ISIS.

Di dalam agama Islam sendiri melarang antar umat beragama saling bermusuhan. Karena agama Islam merupakan agama “Rohmatan lil ‘alamin” untuk keselamatan umatnya. Untuk dapat meminimalisir dan sekaligus mencegah paham tersebut dengan mendalami aspek-aspek spiritual di dalam tasawuf. Tasawuf dalam Islam tidak mengajarkan penganutnya untuk bertindak dengan kekerasan, tetapi tasawuf sendiri mengajarkan cinta kepada antar umat manusia beragama. Cinta menjadi ruh bagi spiritualitas dan tindakan riil bagi kaum sufi dalam setiap aspek kehidupannya.

Tindakan seperti terorisme, atau yang lainnya dengan mengatasnamakan agama, tidak akan terjadi apabila masyarakat mempunyai nilai-nilai universal tasawuf yang tertanam kuat di dalam mindset umat Islam. Ajaran tasawuf selalu memuja dan mengabdikan diri pada internalisasi kelembutan sikap. Ketika ada pemberontakan fisik melawan musuh-musuhnya, tetap berlandaskan cinta dan kepedulian sosial. Peran tasawuf sendiri di dalam umat beragama sangatlah penting dalam mencegah munculnya radikalisme. Akan tetapi, masih banyak di kalangan umat Islam yang kurang memperdalam tentang aspek spiritual dalam tasawuf.

Fungsi aspek spiritual dalam tasawuf sendiri sangatlah berperan  penting bagi keselamatan, keharmonisan, serta kesatuan umat beragama Islam.  Aspek tersebut meliputi zuhud, khauf, raja’, aspek-aspek itulah yang harus di pelajari secara mendalam bagaimana mengaplikasikan aspek-aspek tersebut dalam menghadapi radikalisme di era modern sekarang. Akan tetapi masih banyak orang-orang enggan memperdalam aspek tersebut sejak dini, karena aspek tersebut diperuntukkan hanya untuk orang-orang tertentu saja. Padahal di dalam agama Islam sendiri aspek tersebut haruslah dipelajari secara mendalam kemudian di aplikasikan secara bertahap.

Ajaran tasawuf sendiri sebenarnya merupakan ajaran untuk mendekatkan diri kepada Allah serta mengajak orang yang ada disekitar untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan kedamaian, tanpa kekerasan.  Jalan tersebut sudah dilakukan oleh ulama-ulama sufi terdahulu dalam mengajak, membimbing serta menjaga kesatuan negara. Ketika aspek spiritual terdahulu lebih menitikberatkan metode yang digunakan seperti nabi pada zaman dahulu. Akan tetapi dengan  bergantinya zaman yang canggih aspek-aspek spiritual tersebut titik beratnya berbeda dengan zaman dahulu.

Untuk mencegah paham radikalisme yang berkembang di Indonesia sekarang, umat Islam harus bersatu dalam mempelajari lebih dalam tentang tasawuf dalam aspek spiritual nya. Dengan begitu perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam tidak terjadi, dan paham radikalisme tidak menyebar secara luas dikalangan umat Islam.

Gerakan-gerakan paham radikalisme di Indonesia sangat mudah ditemui di kalangan masayarakat. Paradigma “hitam-putih” cenderung melahirkan sikap menyalahgunakan pihak lain yang tidak berkeyakinan sama dan tidak sependapat. Tindakan terorisme serta kekerasan yang mengatas namakan agama, dan merusak semua fisilitas-fasilitas ibadah umat muslim lain yang berbeda keyakinan di tingkat lahiriyah merupakan bentuk implikasi yang riil dari adanya truth claim di dunia modern sekarang.

Fenomena-fenomena kekerasa yang terjadi sebagian besar dilakukan oleh umat muslim yang menggunakan justifikasi dan argumen-argumen teologis dari sumber utama agama Islam yaitu Al-Qur’an dan Hadits, dengan model pembacaan literalistik, formalistik dan syariah-minded, sehingga terkesan menjadi rigid, eklusif dan radikal. Berbeda halnya jika menggunakan kacamata tasawuf, membaca Islam melalui ajaran tasawuf dapat memberikan keyakinan bahwa Islam pada hakikatnya sangat lembut, cinta damai dan anti kekerasan.

Fenomena-fenomena kekerasan semacam ini tidak akan berakhir apabila pemahaman tentang keagamaan umat muslim masih kaku. Disinilah peran tasawuf hadir dengan menawarkan konsep pemahaman Islam yang berwajah santun dan lembut, terutama dalam menyikapi paham-paham yang melahirkan kekerasan dan menjadikan antara umat muslim terpecah belah.

Di dalam aspek spiritual dapat membuat umat muslim semakin tidak mudah terkena tipu daya serta adu domba dikalangan umat muslim yang lain, karena sudah memiliki pondasi yang kuat dan tidak mudah rapuh. Aspek spiritual tersebut bisa diperoleh oleh umat muslim jika mau belajar dengan sungguh-sungguh bersama seorang guru yang mengerti lebih dalam mengenai tasawuf.

Nur Meilani, Mahasiswi IAIN Pekalongan

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru