28.2 C
Jakarta

Tantangan Dakwah Pada Zaman Digital

Artikel Trending

KhazanahOpiniTantangan Dakwah Pada Zaman Digital
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Dalam pengertiannya, dakwah merupakan kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak orang untuk beriman dan taat kepada Allah sesuai dengan garis aqidah, syari’at dan akhlak Islam. Dalam konteks agama Islam, kita tentunya sudah banyak diajarkan tentang bagaimana cara dakwah yang baik. Dakwah tanpa memaksa dan tidak menyakiti. Ditambah lagi agama Islam adalah agama yang cinta persaudaraan. Baik dalam tataran hubungan antar sesama manusia (habluminannas) hingga hubungan hamba (manusia) dengan Tuhan (hablumminallah).

Maka dari itu, sudah seyogyanya kita menjaga hubungan tersebut sebaik-baiknya. Agama tidak mengajarkan kebencian. Hal itu menjadi rujukan kita untuk ikut menebar kebaikan dimuka bumi ini. Seperti bunyi QS. Al-Baqarah: 195 yang artinya “Dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik”.

Dakwah dan Misi Mulia

Dakwah bukan hanya dianjurkan oleh pemuka agama saja, seperti ustadz, kyai dan habaib. Sebagai manusia kita juga punya hak untuk menebar kebaikan dimuka bumi ini. Sekecil apapun yang kita punya tentunya bermanfaat bagi sesama.
Dari penjelasan diatas, tak luput dari cara bagaimana kita untuk berdakwah. Jika merujuk pada pengalaman, atau history dakwah dari pendahulu kita dan zaman yang dilaluinya, terdapat berbagai macam metode dakwah yang dilakukan. Sebab disesuaikan dengan zaman masing-masing.

Kita ambil contoh pada masa penyebaran Islam ditanah Jawa yang dilakukan oleh para Walisongo. Mereka datang untuk menyebarkan Islam yang dilakukan adalah memahami kondisi masyarakat itu sendiri. Dalam hal ini adalah Islamisasi budaya. Sebab budaya dalam masyarakat sudah mendarah daging dalam diri masyarakat kala itu. Seperti masyarakat percaya pada mistisme yang berbau syirik, dan tahayul serta kepercayaan nenek moyang misal nya, tidak lantas ditentang oleh para walisongo.

Namun Walisongo ikut melebur dengan budaya dan adat istiadat masyarakat setempat. Kemudian sedikit demi sedikit mereka memasukkan sebuah nilai-nilai ajaran Islam di dalam nya. Bahkan menciptakan budaya baru disesuaikan dengan nilai ajaran Islam. Misalnya, Gamelan Sekaten (dari kata syahadatain), Gapura Masjid (berasal dari kata ghofura), baju takwo (dari kata takwa), dan lain sebagainya. Dan budaya-budaya tersebut masih dilakukan hingga hari ini.

BACA JUGA  Idulfitri dan Iptek

Zaman Teknologi

Dari sedikit ulasan contoh metode dakwah tersebut, tak bisa dipungkiri kita juga bisa mengambil pelajaran dan menerapkan metode tersebut pada zaman sekarang. Bisa dikatakan masih sangat relevan, meskipun zamannya berbeda.

Ya, hari ini zaman kita adalah zaman teknologi. Kemudahan yang ditawarkan begitu besar. Jika dulu dakwah dilakukan melalui metode berpindah tempat dari satu daerah ke daerah yang lain, hari ini dakwah bisa dilaksanakan melalui alat yang disediakan pada era teknologi masa kini. Ya, dakwah melalui media.

Peluang yang nyata untuk kita bisa menyebarkan ajaran agama secara cepat dengan jangkauan luas. Jangan sampai media dikuasai oleh orang-orang yang menyebarkan dengan ajaran Islam keras dan ajaran yang melenceng dari syariat Islam. Misal Wahabi.

Sebuah tantangan besar yang harus kita hadapi. Alternatif cara yang bisa dilakukan yakni pertama, menganalisis karakteristik orang yang akan dituju. Seperti anak zaman milenial. Anak milenial tidak suka bahasan (agama) yang terlalu membingungkan. Mereka lebih suka yang instan dan jelas. Selain itu mereka tidak suka dengan dakwah yang monoton dan membosankan.

Hal itu berkaitan dengan cara yang kedua yakni penyesuaian konten tema dakwah. Bisa dengan cara berpakaiannya, penyampaian dakwah nya yang disisipi humor serta menyesuaikan keadaan pribadi yang sedang dialami anak milenial, misalnya.

Memang dalam dakwah banyak media yang bisa digunakan. Yakni, dakwah melalui tulisan, ucapan, bahkan virtual (gambar). Anak milenial bisa dikategorikan mereka yang sulit untuk membaca tulisan panjang, mereka pula lebih suka pada konten yang isinya bersifat virtual. Dalam hal ini bisa dikategorikan video. Bisa melalui youtube, Facebook, Instagram dan Twitter.

Jika kita hanya terfokus pada media konvensional dan tradisional saja, ketakutan terbesar adalah zaman digitalisasi (dunia maya) ini dikuasai oleh segolongan orang-orang yang merujuk pada Islam garis keras atau suhu pendek. Sebab bisa dikatakan metode dakwah yang dipakai adalah salah satu kunci dalam diterimanya ajaran Islam dikalangan masyarakat.

Penulis adalah Alumni Pondok Pesantren Khozinatul Ulum Blora, Mahasiswa Jurusan S1 Perbankan Syariah dan Aktiv sebagai Pemimpin Redaksi Surat Kabar Mahasiswa (SKM) Amanat UIN Walisongo Semarang

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru