26.3 C
Jakarta

Tantangan Bulan Ramadhan di Tengah Wabah Virus Corona

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanTantangan Bulan Ramadhan di Tengah Wabah Virus Corona
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pandemi Virus Corona telah mengusik kebahagiaan kaum muslimin menghadapi bulan suci Ramadhan tahun ini. Masyarakat Indonesia, misalnya, cukup khawatir memasuki Ramadhan dalam kondisi yang kurang stabil beribadah, tidak seperti Ramadhan tahun-tahun sebelumnya.

Ramadhan bagi kaum muslimin di Indonesia menjadi momen tahunan yang disambut secara spesial dibandingkan momen-momen yang lain. Pada bulan ini kaum muslimin bersama-sama, tanpa membedakan status sosial kaya-miskin, melaksanakan ibadah puasa selama sebulan, shalat tarawih di masjid, makan sahur bersama, berbuka puasa barsama, bahkan saling berlomba memperbanyak amal perbuatan yang baik. Sebut saja, mengkhatamkan bacaan Al-Qur’an, mengadakan kajian Ramadhan, dan masih banyak yang lain.

Pada surah al-Baqarah ayat 185 disebutkan tentang keutamaan Ramadhan: (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Sebuah keutamaan Ramadhan adalah diturunkannya Al-Qur’an, kitab yang menjadi tumpuan referensi segala bentuk disiplin pengetahuan, kitab yang tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan, bahkan kitab yang telah dibaca oleh miliaran orang di penjuru dunia.

Selain itu, Ramadhan memiliki keutamaan mustajab atau terkabulnya doa, sehingga dengannya kaum muslimin berlomba-lomba memperbanyak berdoa, baik urusan duniawi maupun urusan ukhrawi. Disebutkan dalam sebuah hadis Nabi Saw.: Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa, maka pasti dikabulkan. Pada kesempatan lain, Nabi Saw. menambahkan: Tiga orang yang doanya tidak tertolak: orang yang berpuasa sampai ia berbuka, pemimpin yang adil, dan doa orang yang dizalimi.

Sekian keutamaan ibadah tersebut sedikit banyak terganggu dengan wabah Virus Corona. Kaum muslimin tidak memiliki momen melaksanakan tarawih bersama, berbuka bersama, bahkan sahur bersama. Imbauan pemerintah untuk beraktivitas di rumah sungguh membuat kaum muslimin bersedih. Sekalipun di rumah semua orang Islam masih bisa melakukan tarawih, berbuka, baca Al-Qur’an dan lain-lain, kesan yang dirasakan jauh berbeda jika semua itu dilakukan bersama-sama. Kehadiran Ramadhan mampu menghilangkan sekat pembatas antar manusia yang berbeda, baik secara status sosial maupun kualitas ketakwaan. Semua manusia, terlebih orang Islam, sama-sama bersaudara, sehingga saling menghormati dan menjaga.

BACA JUGA  Membaca Al-Qur'an dan Momen Hijrah Para Teroris

Ramadhan memiliki nuansa yang berbeda dibandingkan bulan-bulan yang lain. Selain nuansa persaudaraan, Ramadhan menghadirkan nuasa sufistik yang mampu membawa orang Islam—bisa jadi juga orang non-muslim—meraih kebahagiaan yang hakiki lantaran berpuasa pada bulan itu. Kebahagiaan naluriah ini digambarkan dalam sebuah hadis Qudsi: Bagi orang yang melaksanakan puasa ada dua kebahagiaan; kebahagiaan ketika berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabbnya.

Lantas, masihkah kebahagiaan itu dapat diraih oleh kaum muslimin bila berbuka puasa itu hanya dilakukan di rumah saja? Mungkin juga, kebahagiaan itu ada. Lagi-lagi, itu tidak bakal sama dengan kebahagiaan berbuka yang dilakukan secara bersama-sama. Berbuka puasa bersama akan menghadirkan kebahagiaan yang berlipat ganda (double happiness), yaitu kebahagiaan berbuka dan kebahagian kebersamaan. Kemudian, masihkan kita memaksakan kehendak untuk meraih kebahagiaan berlipat di tengah wabah Virus Corona?

Saya pikir, tidak perlu memaksakan diri meraih kemaslahatan (kebahagiaan kebersamaan). Sementara, yang terpenting kaum muslimin menghindar dari kemafsadatan (Virus Corona). Sikap ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. sebagaimana yang terekam dalam hadis beliau: Umar Ibn Khattab RA menempuh perjalanan menuju Syam. Ketika sampai di Sargh, Umar mendapat kabar bahwa wabah sedang menimpa wilayah Syam. Abdurrahman Ibn Auf mengatakan kepada Umar bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda, ‘Bila kamu mendengar wabah di suatu daerah, maka kalian jangan memasukinya. Tetapi jika wabah terjadi wabah di daerah kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.’ Lalu, Umar Ibn Khattab berbalik arah meninggalkan Sargh.

Melalui tulisan ini, saya hanya ingin saling mengingatkan untuk lebih memilih waspada dari penularan atau tertular Virus Corona daripada berlomba meraih kemaslahatan yang berlipat di bulan Ramadhan. Kaum muslimin terus berusaha dan berdoa memerangi wabah ini. Allah Maha Tahu situasi hamba-Nya. Saya yakin, di tengah zona darurat sekarang ini, Allah tidak bakal mengurangi pahala atau kualitas ibadah seseorang lantaran hanya melakukan di rumah saja.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru