30.1 C
Jakarta

Tangkal Ekstremisme dan Terorisme, BPET MUI Gelar Ngaji Kebangsaan di Markas Deradikalisasi

Artikel Trending

AkhbarNasionalTangkal Ekstremisme dan Terorisme, BPET MUI Gelar Ngaji Kebangsaan di Markas Deradikalisasi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Badan Penanggulangan Ekstremisme dan Terorisme Majelis Ulama Indonesia (BPET-MUI) menggelar Ngaji Kebangsaan dengan tajuk “Optimalisasi Islam Wasathiyah dalam Mencegah Ekstremisme dan Terorisme” di Yayasan Hubbul Wathon Indonesia (HWI 19), Leuwi Pangaduan, Bogor, Jawa Barat, pada Senin (8/8). Acara berlangsung mulai pukul 12:00 s/d16:30 WIB. Yayasan HWI juga dikenal sebagai Markas Deradikalisasi.

Hadir dalam acara tersebut, Muhammad Syauqillah selaku Ketua BPET MUI, Irjen Pol (Purn) Ir. Hamli selaku Wakil Ketua BPET MUI, Dr. Wachid Ridwan selaku Sekjend BPET MUI, Komisi Ukhuwah MUI KH. Nurul Huda Haem, Ketua Umum MUI Kota Bogor Tb Muhidin, Sekum MUI Kota Bogor KH. Ade Syarmili, Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88 Anti-Teror Polri, Kombes Pol Ponco Ardani, serta ustaz Haris Amir Falah selaku Pembina Yayasan Hubbul Wathan Indonesia 19. Sementara itu, peserta berasal dari sejumlah pihak, mulai dari MUI Kota Bogor, MUI Kabupaten Bogor, dan MUI Depok. Peserta juga dari anggota HWI dan beberapa jemaah PCNU Depok.

Dalam sambutannya, Ketua BPET MUI Muhammad Syauqillah mengatakan, acara Ngaji Kebangsaan yang diikuti oleh MUI tiga wilayah itu sengaja digelar di Markas Deradikalisasi untuk menunjukkan bahwa terorisme itu benar-benar ada. Ekstremisme dan terorisme yang merupakan ancaman, menurutnya, tidak boleh disepelekan, dan peserta bisa merasakan sendiri bahwa mereka berada di markas mantan terpidana kasus terorisme.

“Acara ini sengaja digelar di Agrowisata Leuwi Pengaduan. Ini menunjukkan bahwa terorisme nyata di depan mata kita karena kita berada di tengah markas para mantan narapidana kasus terorisme,” terang Kaprodi Kajian Terorisme SKSG UI.

Ia juga menambahkan, BPET MUI memilih Bogor sebagai lokasi Ngaji Kebangsaan, di antara alasannya karena Bogor selalu jadi kota dengan indeks radikalisme-terorisme yang tinggi. Setiap ada aksi teror, menurutnya, pasti pelakunya ada yang berasal dari Bogor. Selain itu, Markas Deradikalisasi menjadi bukti bahwa negara hadir untuk mencegah ekstremisme, sehingga seluruh masyarakat diharap ikut andil di dalamnya.

BACA JUGA  Jelang Pemilu, Kapolri Titipkan Cooling System Pemilu kepada Para Tokoh Agama

“Semoga BPET MUI dan juga MUI di tiga kabupaten, yaitu Kota Bogor, Kabupaten Bogor, dan Depok, nanti tidak merasa bosan untuk acara ini, juga untuk menyebarkan Islam wasathiyah dan dapat berkolaborasi dengan HWI untuk mencegah ekstremisme dan terorisme,” tegasnya.

Setelah Ketua BPET MUI, sambutan juga disampaikan oleh Tb Muhidin selaku Ketua Umum MUI Kota Bogor, serta perwakilan dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Kota Bogor. Setelah itu, materi Ngaji Kebangsaan disampaikan oleh Kombes Pol Ponco Ardani, Irjen Pol (Purn) Ir. Hamli, KH. Nurul Huda Haem, dan Haris Amir Falah.

Dalam pemaparannya, Kombes Pol Ponco Ardani mengatakan, ekstremisme di berbagai daerah masih terasa sangat jelas, sehingga harus disadari bersama. Kontra-terorisme, menurutnya, tidak mengkriminalisasi Islam. Terorisme benar-benar ada di Indonesia, dan ia mewanti-wanti agar Indonesia jangan sampai jadi seperti Suriah yang dikuasai ISIS. Intoleransi sebagai akar, radikalisme sebagai batang, dan terorisme sebagai buahnya harus diatasi bersama.

“Sumber radikalisme terorisme banyak. Penyebaran radikalisme yang paling utama adalah lewat media sosial, karena paham radikal di media sosial sekarang bisa diakses oleh semua orang, termasuk oleh anak-anak. Faktor penyebab terorisme itu banyak, di antaranya adalah merasa terancam dengan agama lain dan terancam dengan etnis lain. Tak hanya itu, pluralitas juga rentan menumbuhkan intoleransi,” tegas Kasubdit Kontra Ideologi Ditcegah Densus 88.

Acara Ngaji Kebangsaan berjalan dengan lancar. Di akhir sesi, pemateri terakhir, ustaz Amir Falah mengajak semua umat Islam terutama yang masih terjebak ekstremisme dan terorisme untuk segera hijrah.

“Islam terhalang oleh Muslim itu ungkapan yang fenomenal. Salah satu penghalang keindahan Islam adalah terorisme. Islam tak mengajarkan kekerasan atau ekstremisme. Para ikhwan yang belum insaf, segeralah hijrah ke NKRI karena jihad-teror sama sekali tidak manfaatnya, destruktif dan hanya merusak,” pungkasnya. (Khr)

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru