33 C
Jakarta
Array

Taliban Siap Layani Keputusan Trump untuk Tingkatkan Serangan

Artikel Trending

Taliban Siap Layani Keputusan Trump untuk Tingkatkan Serangan
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF
Harakatuna.com. Kabul – Dua hari lalu, Presiden AS Donald Trump menyetakan dua sikap yang menyulut api konflik Internasional memanas lagi. Pertama, konferensi damai dengan Taliban “mati”. Kedua, Trump atas nama AS akan meningkatkan tensi serangan lebih tinggi lagi.
Sikap Trump ini mendapat respon serius dari militan Kabul. Pasalnya, Kabul talah sangat menyesalkan sikap Presiden AS ini. Perang komentar di antara kedua pihak memunculkan kekhawatiran terjadinya kekerasan baru. Angkat senjata antara Trump dan Taliban siap bertarung kembali dan akan mengorbankan banyak tentara Washington.
Namun demikian, Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid telah merencenakan beberapa strategi khusus untuk menghadapi tantangan ini. Seperti diberitakan AFP Selasa (10/9/2019), pihaknya mempunyai dua cara untuk mengakhiri pendudukan di Afghanistan.
“Satu adalah jihad dan berjuang, satunya lagi negosiasi. Jika Trump ingin menghentikan pembicaraan, maka kami akan mengambil langkah pertama. Dan mereka bakal menyesalinya,” tegas Mujahid komintari pernyataan Trump. Pihaknya siap melayani titik akhir keputusan Trump.

Gagal Damai AS-Taliban Korbankan Pasukan Washington

Pasalnya, pernyataan militan Taliban ini muncul beberapa jam kepada awak media sebagai respon atas ujar Trump yang hentikan proses perundingan. Taliban menegaskan, jika perjanjian damai dilanjutkan, itu bakal memudahkan jalan bagi Washington untuk menarik pasukannya yang telah 18 tahun jadi korban konflik.
“(Perundingan) itu sudah mati. Sejauh yang saya pahami, mereka sudah mati,” terang presiden Trump di Washington sebelum bertolak ke Carolina Utara. Presiden ke-45 dalam sejarah AS menyatakan bahwa serangan AS kepada gerilyanya itu kembali sengit sejak invasi yang terjadi lebih dari satu dekade silam.
Dalam minggu-minggu ini, pada Minggu (8/9/2019), Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengklaim militer AS sudah meluluhlantakkan Taliban. Setidaknya ribuan militan Taliban musnah dalam 10 hari terakhir.
Klaim inilah yang menjadi awal mula penyerangan Militer Taliban yang menewaskan prajurit AS di Kabul saat jelang agenda lanjutan damai. Sebab itulah, Trum dengan gusar, membantah bahwa efek cambukan yang timbul karena pernyataannya itu menjadi penyebab kekacauan yang terjadi di Afghanistan kembali.
Hingga pada akhirnya, dalam sepekan ini, terdapat ekspektasi bahwa perundingan damai akan membuat AS menurunkan jumlah pasukannya di Afghanistan. Dan sebagai gantinya, Taliban menawarkan keamanan.
Namun, tidak seperti yang direncanakan sebelumnya, tiba-tiba pada Sabtu (7/9/2019), presiden Trump membatalkan negosiasi damai. Dan sebagai konsekwensinya prajurit Washington tetap menjadi korban perang selanjunya.
Bagi sosok Trump, walau pihaknya bersama Afganistan telah membantai ribuan prajurit Taliban bukanlah suatu kemenangan. Karena di samping itu, prajurit AS juga mulai berguguran di balik serangan meliter Taliban. “Mereka mengira jika mereka membunuh lebih banyak orang, maka perbuatan itu bisa meningkatkan daya tawar mereka dalam proses perundingan damai?” gusar Trump.
Tramp mengakui bahwa inisiasi perdamaian yang pernah hendak dispakati adalah langkah untuk berdamai bersama. Namun, bom minggu lalu di Kabul menyebabkan inisiasi perdamaian mati. “Saya membatalkan pertemuan di Camp David karena mereka melakukan perbuatan yang tidak sepantasnya mereka lakukan,” kecam Trump merujuk kepada serangan bom.
Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru