26.1 C
Jakarta
Array

Takwa Dalam Bilik Suara

Artikel Trending

Takwa Dalam Bilik Suara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Pilkada di beberapa daerah baru saja berlangsung. Peristiwa ini memberi banyak pelajaran yang mesti kita fahami agar kehidupan kita bisa lebih baik lagi di masa depan.

Sistem yang berlaku dalam pemilu di sini mendisain Bilik Suara tempat kita mencoblos tanda gambar sebagai ruang pribadi yang bisa menyimpan rahasia pilihan kita. Maka sudah seharusnya Bilik Suara ini memberikan rasa kemerdekaan untuk memilih siapa pun yang ingin kita pilih.

Mungkin hanya dalam hitungan beberapa detik saja kita berada dalam Bilik Suara untuk menentukan pilihan kita. Namun beberapa detik itu sungguh sangat menggambarkan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Sunnatullah

Pilihan sesungguhnya adalah sunnatullah yang dikaruniakan kepada manusia sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam surat As Syams ayat 7 dan 8 yang artinya,  “dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya). Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”.

Artinya, sejak diciptakan oleh Allah SWT, manusia sudah diberikan kemampuan dan kebebasan untuk memilih salah satu dari dua jalan, apakah jalan kefasikan dan kemungkaran atau jalan kebaikan dan ketakwaan dan kepada Allah SWT.

Sebagai orang yang beriman tentu saja seharusnya kita memilih jalan takwa. Dengan demikian berarti dalam memilih saat pemilu, kriteria-kriteria pilihan kita adalah kriteria yang sesuai dengan prinsip-prinsip ketakwaan, bukan kepentingan semu dan sesaat.

Islam Dalam Tiap Kesempatan

“Keharusan” memilih jalan takwa sesungguhnya memiliki banyak dalil lain dalam ajaran Islam. Pada akhirnya, keseluruhan dalil tersebut akan menunjukkan bahwa kehidupan manusia harus selalu berada dalam aturan Islam, harus menjadi orang Islam dan melaksanakan ajaran Islam sampai akhir hayatnya.

Allah SWT berfirman di dalam surat Ali ‘Imran ayat 102 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.”

Firman Allah SWT ini menunjukkan bahwa wacana tentang pemisahan agama dari beberapa bidang kehidupan umat Islam, seperti pendidikan, ekonomi dan politik sudah selesai sejak 15 abad yang lalu. Kesimpulan akhirnya adalah tak ada pemisahan antara agama dengan berbagai bidang kehidupan kaum Muslimin.

Setiap individu dari kaum Muslimin harus hidup dengan aturan Islam. Menjadi orang Islam adalah di tiap waktu bukan hanya sewaktu-waktu.

Distorsi

Prinsip-prinsip ajaran Islam tentang orang yang seharusnya dipilih untuk menjadi wakil di lembaga-lembaga perwakilan rakyat, atau dipilih menjadi kepala daerah mesti diterapkan.

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam proses pengenalan para calon anggota lembaga perwakilan rakyat maupun calon pemimpin daerah maupun nasional sering ada distorsi berupa teknik-teknik pencitraan maupun tindakan pembodohan melalui upaya jual-beli suara rakyat.

Untuk mengatasinya, cukuplah setiap orang Islam kembali kepada ajaran agamanya yang sudah dijamin sebagai ajaran yang sempurna sebagaimana firman Allah SWT dalam surat al Maidah ayat 3, yang artinya, “… Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu…”

Konsekuensi

Dengan mengikuti alur pemahaman di atas, kaum Muslimin yang berada di Bilik Suara juga harus menerapkan ajaran Islam dalam menentukan pilihannya.

Calon yang dipilih haruslah berdasarkan ukuran ketakwaan. Sebab Allah SWT telah berfirman di dalam surat al Hujurat ayat 13 yang artinya, “… Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

Jadi, jika pada waktunya penghitungan suara selesai dan ternyata yang menjadi pemenang adalah orang yang kurang layak dari pandangan agama, maka salah satu kemungkinan penyebabnya adalah karena kita kehilangan ketakwaan kita kepada Allah SWT saat berada di Bilik Suara.

Maka menjadi jelas buat kita betapa kaum Muslimin harus bertakwa disetiap waktum termasuk saat sendirian berada di Bilik Suara, karena ketakwaan dalam beberapa detik itu akan berpengaruh pada kehidupan kita di masa depan, setidaknya hingga lima tahun ke depan.

Semoga Allah SWT menolong dan menguatkan kita untuk bisa menjadi orang yang bertakwa di sepanjang waktu.

*Toto Mulyoto (Abi Ihsan)Anggota Grup WA Belajar Menulis asuhan Ustadz Drs. H. Ahmad Yani (LPPD Khairu Ummah).

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru