Harakatuna.com. Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan rilis Buku Sejarah yang memasukkan nama-nama para teroris. Buku tersebut mencantumkan profil mantan narapidana kasus terorisme. Rilis kamus Buku Sejarah Kemendikbud membuat Wakil Ketua MPR Arsul Sani menyatakan terheran-heran.
Arsul mengakui bahwa pihaknya terkejut dengan rilis kamus sejarah ini yang tidak memasukkan pendiri NU. Dia mempertanyakan mengapa para teroris seperti Abu Bakar Ba’asyir termuat di halaman 11 buku sejarah tersebut.
“Mengapa nama mantan narapidana para teroris yang menolak membuat pernyataan setia pada ideologi Pancasila ini justru muncul sebagai tokoh pada buku / kamus yang diterbitkan oleh Direktorat Sejarah Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut?” ungkap Wakil Ketua MPR.
Nama-nama tokoh tokoh moderat yang jelas memberi kontribusi pada negara tidak tercover. KH Hasyim Asyari sebagai pendiri Nahdlatul Ulama (NU) sekaligus pahlawan nasional tidak tercantum di dalamnya. Nama Gus Dur juga tidak ada. Malah yang ada adalah nama para teroris.
Pun terhadap nama Jenderal Sumitro mantan Panglima Komando Kemanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib). Sumitro Djojohadikusumo (mantan Menteri Keuangan), dan anggota PPKI Abdul Kahar Muzakir.
“Terkait Gus Dur, namanya dalam Kamus Sejarah tersebut tidak masuk ke jajaran tokoh yang ada. Namanya hanya muncul untuk melengkapi sejarah beberapa tokoh saja. Seperti ketika kamus tersebut menerangkan tokoh Ali Alatas yang pernah sebagai Penasehat Menteri Luar Negeri pada masa pemerintahan Gus Dur,” kata Wakil Ketua MPR pada Rabu, 21 April 2021.
Mengakhiri keterangannya, Arsul Sani menyatakan jajaran Kemendikbud alih-alih mengurangi beban politik. Hal itu malah menambahnya panas kondisi politik negeri ini.