27.5 C
Jakarta

Tabayun: Kontra-Hoaks dan Hate Speech Para Radikalis

Artikel Trending

KhazanahPerspektifTabayun: Kontra-Hoaks dan Hate Speech Para Radikalis
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dewasa ini, bisa dikatakan media sosial sudah digunakan untuk melakukan perang opini dengan tujuan mempengaruhi persepsi masyarakat demi kepentingan tertentu.

Argumentasi yang dinarasikan mampu melahirkan hoaks dan ujaran kebencian apabila tidak ditelaah dengan teliti dan detail. Pada kenyataannya, narasi-narasi yang berseliweran di media sosial lebih cenderung di kritik tanpa solusi, daripada melakukan tabayun dari sebuah isi kabar berita atau konten yang tersaji di ruang maya.

Sebagaimana yang dikatakan Harianto dalam sebuah penelitiannya tentang media sosial dan interaksi sosial yang mengatakan bahwa seseorang yang mengadopsi media sosial secara signifikan di dorong oleh tiga kebutuhan. Pertama, kebutuhan persoalan yakni kenikmatan dan hiburan. Kedua, kebutuhan sosial yakni pengaruh sosial dan interaksi sosial. Ketiga, pelepasan ketegangan yakni persahabatan, rasa memiliki, main game dan pelarian dari kenyataan.

Dapat dikatakan bahwa modernisasi dalam bidang informasi mengundang perubahan total dari masyarakat yang miskin informasi menuju kepada masyarakat yang kaya informasi. Lajunya arus informasi, salah satu penyebab terjadinya pergeseran sistem nilai dalam masyarakat.

Interaksi antara masyarakat dengan berbagai sistem nilai baru berupa pergaulan yang permisif, adegan kekerasan yang berlebihan, pola hidup sekuler, dan lain sebagainya yang dibawa oleh tayangan film Barat di televisi, gambar-gambar pornografi di internet telah menyebabkan masyarakat mendapatkan tawaran nilai-nilai baru yang berbeda dengan sistem nilai lama yang berbasis dari nilai-nilai agama dan budaya yang selama ini menjadi miliknya.

Akibatnya ekspresi nilai-nilai baru yang kebanyakan dari barat yang demikian kuatnya mampu mempengaruhi sebagian masyarakat itu larut dalam sistem nilai baru itu. Sehingga terjadilah dekadensi moral. Mereka menyimpang dari nilai-nilai ajaran keagamaan dan budaya yang sudah ada.

Sebagaimana yang dikatakan dalam pemaparan makalah Setyawan, Era Digital dan Generasi Digital, teknologi digital telah membuat globalisasi menciptakan budaya global atau global village dengan intensitas, kecepatan dan dampak yang paling tinggi di segala aspek kehidupan. Dengan adanya teknologi digital cara berkomunikasi yang menekankan felling is fist semakin dilipatgandakan percepatan dan keserentakannya (zaman lisan kedua).

BACA JUGA  Filter Bubble: Penyebaran Radikalisme Dunia Maya yang Harus Diwaspadai

Dari sini dapat di katakan pengaruh teknologi informasi dalam masyarakat seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, teknologi informasi dapat digunakan sebagai sarana manipulasi terhadap orang lain dan penyebaran konten-konten yang menantang pertimbangan moralitas dan kemanusiaan.

Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi juga dapat dimanfaatkan untuk menjadikan kinerja manusia lebih efisien dan menjadikan informasi dapat diakses lebih cepat oleh lebih banyak orang.

Merujuk dari hal tersebut, bisa dikatakan seluruh dunia kini terhubung dan saling berkomunikasi mendekati real time. Cara berkomunikasi ini berbeda dengan cara berkomunikasi zaman cetak yang coraknya linier. Bukan hanya kita sekarang mempunyai teknologi canggih yang bisa mempermudah kegiatan manusia, tetapi bahwa teknologi itu dan salah satunya adalah teknologi komunikasi telah menciptakan budaya baru.

Perkembangan teknologi media komunikasi telah menciptakan bahasa baru, gaya hidup baru, cara berpikir yang baru, cara berdoa yang baru, dan secara keseluruhan itulah yang disebut sebagai budaya baru.

Dari sinilah mengapa sangat dianjurkan bertabayun ketika masyarakat menikmati sosial media sebagai teman sehari-hari. Dengan tujuan dirinya tidak gampang terprovokasi dan termakan berita-berita atau konten yang tidak menunjukkan unsur kebenarannya. Karena dengan tabayun seseorang bisa memilah dan memilih mana berita yang layak dikonsumsi dan mana yang harus di singkirkan dalam tatanan sosial media.

Melalui budaya tabayun dalam ruang maya tersebut seseorang akan menemukan pemahaman baru yang mencerdaskan. Sebuah pemahaman yang akan memberikan edukasi bahwa lahirnya teknologi Informasi sejatinya berusaha memudahkan manusia dalam mengakses informasi pengetahuan yang lebih luas.

Dengan kata lain, kehadiran media sosial memudahkan seseorang untuk mengakses apapun dan di mana pun, serta mempermudah memenuhi kebutuhan hidup. Fungsi utama media sosial adalah memberikan informasi yang memadai dan memudahkan orang untuk berkomunikasi tanpa batas ruang, bahkan belahan dunia.

Dan sudah seharusnya jari-jemarimu sebagai jalan untuk menjaga kestabilan dalam ruang maya. Agar tidak ada lagi kabar tentang hoaks dan ujaran kebencian berseliweran di ruang maya. Tentunya hal tersebut juga akan berguna dalam dunia nyata.

Sudiyantoro
Sudiyantoro
Penikmat buku dan pegiat literasi. Mukim di Rembang.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru