28.9 C
Jakarta
spot_img

Swasunting: Langkah Fundamental dalam Menulis untuk Hasilkan Tulisan yang Bernas

Artikel Trending

KhazanahLiterasiSwasunting: Langkah Fundamental dalam Menulis untuk Hasilkan Tulisan yang Bernas
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Swasunting menjadi proses penting dalam menulis. Hal ini dilakukan agar tulisan kita menjadi minim kekeliruan. Ambiguitas dalam sebuah tulisan bukan hanya karena cara penyampaian penulis yang kurang tepat, tetapi karena terburu-buru atau tidak terbiasa melakukan swasunting tulisan sehingga hanya cukup menuliskannya saja tanpa membaca ulang. Padahal, membaca hasil tulisan sendiri menjadi langkah yang sangat fundamental sebelum tulisan kita dikirim ke media atau pun penerbit. 

Menurut KBBI V, menyunting diartikan sebagai menyiapkan naskah siap cetak atau siap terbit dengan memperhatikan segi sistematika penyajian, isi, dan bahasa. Penulis pun sebaiknya perlu mempelajari hal ini karena ia adalah penanggungjawab penuh tentang isi/konten tulisannya sendiri.

Adapun di dalam proses swasunting dibutuhkan kejelian, ketelitian, juga kesabaran. Mengapa demikian? Hal ini dilakukan agar proses swasunting berjalan dengan baik dan menghasilkan naskah yang terbebas dari kesalahan fatal. Pekerjaan swasunting memang tidak mudah, tetapi akan semakin mengasyikkan jika dikerjakan dengan sepenuh hati. Terlihat sepele, tetapi berdampak signifikan bagi tulisan kita nantinya. 

Lantas, apa saja yang perlu dipehatikan bagi seorang penulis dalam swasunting tulisannya?

Tulisan yang Dihasilkan

Tulisan yang kita hasilkan bukan semata-mata harus selesai, melainkan harus dipahami maksud dan tujuannya sehingga ketika ada satu dan hal lain di kemudian hari, kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Argumentasi yang ditulis dalam harus jelas dan bermakna sehingga tidak memunculkan ambiguitas. Ketika kita merasa paham dengan apa yang ditulis, maka besar kemungkinan orang lain pun akan memahaminya karena bahasa yang digunakan sudah sesuai.

EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)

Penulis harus benar-benar paham mengenai penggunaan huruf kecil dan huruf kapital, pemenggalan kata, dan penggunaan tanda-tanda baca seperti titik, koma, dan lain-lain. Oleh karena itu, seorang penyunting naskah dituntut untuk menguasai tata bahasa. Ia harus tahu mana kalimat yang baik dan benar, dan mana kalimat yang salah.

Gaya Bahasa

Tidak dapat dielakkan bahwa gaya bahasa seorang penulis akan menentukan target bacanya. Seorang penulis perlu memahami gaya bahasa apa yang digunakan dalam tulisannya.

Apakah gaya bahasa yang cenderung bahasa anak, gaya bahasa untuk remaja/dewasa, atau gaya bahasa ilmiah. Dengan demikian, saat hendak melakukan swasunting, kita tidak kebingungan dalam menentukan arah target bacanya.

BACA JUGA  Debut Baru Tahun 2025 Menerbitkan Karya Pertama, Intip Caranya

Setelah penulis melakukan swasunting pada tulisannya sendiri, lalu apa yang didapatkan oleh seorang penulis nantinya? Beberapa dampak positifnya adalah:

  1. Meningkatkan kualitas tulisan
  2. Dapat mengasah kemampuan berpikir kritis
  3. Meningkatkan kejelian dan kecermatan
  4. Meningkatkan kredibilitas seorang penulis

Apa jadinya jika tulisan yang kita hasilkan tidak melalui proses swasunting terlebih dahulu? Hal sederhana yang kerap kali ditemukan adalah tipo atau salah ketik. Hal ini bisa terjadi karena penulis terlalu bersemangat menulis sehingga ada beberapa tulisannya yang tidak lengkap.

Jika tulisan tersebut sudah terbit, tentu saja mengganggu konsentrasi dalam membaca. Jika kesalahannya terlalu banyak, maka akan berakibat fatal. Pembaca menjadi tidak tertarik.

Oleh sebab itu, penulis perlu belajar swasunting. Minimal memahami kata baku dan tidak baku, mempelajari KBBI V, juga memiliki aplikasi tesaurus. Apakah kamu sudah memiliki semua aplikasi dasar untuk menulis?

Swasunting juga sangat membantu seorang editor dalam menimbang apakah naskah tersebut layak dipinang atau tidak. Misalnya, penerbit mayor akan sangat mempertimbangkan kerapian naskah calon penulis, melihat bagaimana cara penulis menyampaikan idenya, juga apakah masih terdapat banyak kesalahan dalam mengetik.

Sebab, tulisan yang rapi dan tidak banyak revisi akan memudahkan pekerjaan seorang editor nantinya. Dengan demikian, seorang penulis wajib mempelajari swasunting. Jangan berpikir “Ah, nanti kalau tulisan saya tidak rapi masih ada editor. Dia tugasnya merapikan naskahku”. Editor itu bukan seorang pesuruh, tetapi ia yang membantu penulis untuk memaksimalkan tulisan agar layak baca dan layak terbit.

Di dalam dunia tulis menulis, swasunting akan selalu ada. Seorang penulis akan semakin peka dengan tulisan yang dihasilkannya. Kegiatan swasunting akan mengajak para penulis untuk fokus pada tulisan yang dihasilkannya, sehingga tidak asal menulis lalu selesai. Belajar swasunting tulisan sendiri adalah sebuah seni. Seni mempercantik tulisan agar semakin enak dibaca, semakin diterima oleh pembaca. Bukankah ambiguitas nantinya akan menimbulkan berbagai persepsi?

Oleh karena itu, mulai sekarang, marilah mulai belajar swasunting. Perbanyak buku referensi tentang penyuntingan, baca bukunya lalu praktikkan. Selamat belajar, selamat membaca, rasakan juga perbedaannya, ya.

Devi Ardiyanti
Devi Ardiyanti
Penulis profesional dan tercatat sebagai mahasiswa Pascasarjana Universitas Indraprasta PGRI Jakarta. Puluhan bukunya sudah tersebar di Gramedia seluruh Indonesia. Sangat menyukai dunia literasi dan travelling.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru