27.1 C
Jakarta
Array

Surabaya, Pemuda Lintas Iman Tolak Radikalisme

Artikel Trending

Surabaya, Pemuda Lintas Iman Tolak Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com, Surabaya-Universitas Katolik Widya Mandala laksanakan talk show Mengenang Pemikiran Gus Dur pagi menjelang siang hari ini, (Senin, 4/9). Kegiatan ini diadakan oleh Women and Youth Development Institute of Indonesia (WYDII) bekerja sama dengan salah satu Kampus Katolik di Surabaya.

Pasalnya, kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan maraknya kasus-kasus radikal yang semakin tak terkontrol. “kami ini merasa miris dengan Negara Kesatuan Indonesia kita ini, Pak. Akhir-akhir ini kasus hoaks dan intimidasi serta prilaku-pilaku radikal terus bergejolak. Dan pada endingnya, biasanya berakhir dengan kasus terorisme sebagaimana beberapa bulan lalu di sini,” jelas ketua panitia, Nurjannah dalam sambutannya.

“kasus-kasus radikalisme yang menimpa kita, mengingatkan saya pada Sang Guru Bangsa kita, Gus Dur. Saya menaru harapan besar, gagasan-gagasan kebangsaan Gus Dur tetap terus dilestarikan,” himbau Mizan, salah satu GUSDURian Surabaya saat ditemui media sore hari ini.

Menurut Ibu Hikamah Bafaqih Kekerasan dan Radikalisme perlu kita sikapi dengan arif. “Terhadap tindakan-tindakan intoleran dan kekerasan yang terjadi akhir-akhir ini telah dilakukan usaha-usaha moderasi oleh kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Namun yang demikian perlu dilakukan secara serentak bersama-sama bahkan dengan saudara-saudara kita lintas agama ini,” ujar ketua Fatayat NU Jawa Timur itu.

“Yahya Kholil Tsaquf teleh keliling sana-sini untuk menuntaskan kekerasan atas nama agama serta mengispirasi dunia dengan Islam Nusantara. Dan saya sepakat dengan pernyataan beliau bahwa radikalisme tidak bisa dibubarkan, maka yang perlu diperkuat adalah Islam Rahmatan ini, yaiut Islam Nusantara,” sambaungnya.

Bagi Prof. Anita Lie, M.A. Ed. D. yang dapat mengurangi radikalisme dan tindak kekerasan adalah kearifan. Dan kearifan itu telah diteladankan oleh Gus Dur. “Secara pribadi saya memang tidak pernah beguru langsung pada Gus Dur. Namun saya merasa sudah cukup bekal dengan berbagai gagasan Gus Dur yang saya dengar sejak kecil. Maka, marilah kita kuatkan kebangsaan kita, perdamaian perbedaan kita untuk mencipta perdamaian bersama, tanpa kekerasan,” tutur Dosen Universitas Katolik Widya Mandala di tengah-tengah persentasinya.

Lebih dari itu, Dr. Fawaizul Umam, salah satu pemateri asal Dosen IAIN Jember itu menuturkan bahwa Radikalisme terjadi sebab pemahaman keagamaan secara holistik sudah rapuh. “saya hanya bisa menyarakan, agar angka radikalisme semakin mengecil, bangsa ini butuh menguatkan gagasan kebangsaan dan kerukunan antar umat beragama. Bahkan kerukunan antar golongan sesama agama, juga butuh digalakkan lagi,” pungkas dosen IAIN Jember itu.

Hal serupa juga disampaikan oleh berbagai peserta lintas iman yang silih berganti mengungkapkan perndapatnya untuk menekan angka radikalisme dan intimidasi di negeri ini. Semuanya berakhir pada penguatan gagasan kebangsaan, penguatan local wishdom, serta pemantapan kerukunan antar agama.

Dari berbagai silih-ganti pendapat yang disumbangkan oleh pemuda lintas agama ini, forum bersepakat bahwa: Radikalisme Adalah Musuh Bersama. (Fay)

Ahmad Fairozi
Ahmad Fairozihttps://www.penasantri.id/
Mahasiswa UNUSIA Jakarta, Alumni PP. Annuqayah daerah Lubangsa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru