27.3 C
Jakarta
Array

Sumenep Darurat HTI; Menelaah Gerakan Khilafah dari Pinggir

Artikel Trending

Sumenep Darurat HTI; Menelaah Gerakan Khilafah dari Pinggir
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Belakangan ini mulai ramai tersebar berita di media sosial tentang deklarasi kebangkitan Khilafah dimana-mana, khusus pada tulisan ini saya akan menyampaikan apa yang terjadi di kota Sumenep, Jawa Timur. Beberapa hari yang lalu, sebuah spanduk besar yang bertuliskan #ReturnTheKhilafah terpampang di depan Masjid jamik Sumenep (Media Madura.com, 14/04/2018).

Beberapa hari kemudian media diviralkan dengan adanya hasteg #ReturnTheKhilafah yang diunggah melalui salah satu akun media sosial. Kampanye kebangkitan khilafah yang sudah dilakukan oleh salah satu pengikut ideologi khilafah tersebut mencantumkan sebuah caption yang berbunyi; “Perlahan namun pasti menjadi kesepakatan nasional hingga saatnya menjadi kekuatan global, dari Sumenep-Madura, Kora Seribu Pesantren” dengan hasteg #KhilafahAjaranIslam #ReturnTheKhilafah.

Pertanyaannya saat ini, bukannya organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sudah dilarang? Maka yang jelas dari masif-nya pendeklarasian khilafah yang dilakukan hingga ke pelosok-pelosok desa—perlahan tapi pasti—organisasi terlarang itu memiliki kesempatan yang cukup besar saat gerakan Islam di Indonesia mendapatkan panggung di setiap pesta demokrasi digelar.

Tidak bisa disalahkan jika aparat keamanan semakin hari semakin teledor; tidak tegas bertindak untuk mendompleng gerakan khilafah, bukan tidak mungkin ideologi khilafah menjadi kekuatan yang terus bertambah dan besar. Bisa saja hal ini dilakukan di desa-desa di masyarakat yang masih kurang paham tentang sistem khilafah itu sendiri, karena bagaimanapun masyarakat awam gampang terprovokasi, pengetahuan mereka tentang ideologi khilafah belum merata, sedang di sisi lain mereka gampang diiming-imingi dengan sesuatu yang sifatnya materi.

Masyarakat yang kini sudah masuk pada perangkap ideologi khilafah, khususya di masyarakat pinggiran, dengan kondisi yang semakin genting ini, menyempatkan untuk menyebarkan ideologi khilafah di belbagai kegiatan sosial keagamaan ataupun di media sosial.

Salah satunya, mereka dengan bangga menyatakan bahwa HTI yang kini sudah terkriminalisasi (mereka mengaku sebagai korban dari sistem pemerintahan yang jahat), kini kembali menggema di bumi Nusantara. Belbagai pernyataan politik dan framing jahat terhadap ideologi khilafah tak membuat khilafah akan berhenti berdakwah untuk meneggakkan syariah Islam.

Kesempatan ini menjadi lahan basah bagi penggerak khilafah di desa-desa untuk menarik para tokoh masyarakat memperjuangkan syariah Islam yang sebenarnya itu adalah kekuatan ormas HTI. Kesadaran untuk bangkit diamini oleh segelintir masyarakat bahwa setiap seratus tahun Allah akan membangkitkan seorang mujaddid (pembaharu agama), sebagaimana perkembangan Ikhwanul Muslimin di abad ke-20 oleh Hasan Al-Banna yang diklaim sebagai salah satu kebangkitan Khilafah di Mesir.

Antusias dalam menyebarkan ideologi ini senafas dengan ijtihad yang dilakukan sang pendiri Hizbut Tahrir, Syaikh Taqiyuddin Annabhani bahwa kembalinya peradaban ummat manusia satu-satunya melalui penegakan institusi pemersatu politik dan benteng kaum muslimin yang tidak lain adalah khilafah. Seakan khilafah menjadi solusi semua permasalah bangsa ini.

Kesempatan ini menjadi stategi HTI untuk merumuskan gerakan yang lebih besar, dengan keyakinannya bahwa ketidakpahaman masyarakat terhadap ideologi khilafah telah menyebabkan kaum muslimin menjadi negeri-negeri kecil yang lemah dan mudah dikendalikan, sebab itulah puncak keyakinan khilafah adalah di sini.

Wacana Hizbut Tahrir adalah mengajak masyarakat dari pinggir untuk bergabung dalam barisan para aktivis dakwah untuk mempelajari bersama tsaqafah Islam pada seluruh aspeknya, baik dari ekonomi, politik, pergaulan sosial, industri, dan militer bahkan pemerintahannya. Mengajak bergerak dalam satu gerakan yang sistematis yang terpimpin dan politis.

Maka benar apa yang disampaikan oleh Sayyidina Ali ra., bahwa kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan dikalahkan dengan kejahatan yang terorganisir dengan baik. Pernyataan HTI sangat menyakinkan sekali bahwa sistem demokrasi merupakan sitem politik kafir yang dikelola dengan baik sedang dirinya sebagai salah satu bagian dari korban kedhzaliman kekuasaan. Propaganda ini menjadi senjata yang sangat besar hingga wacana khilafah seperti bola salju yang menggelinding menyebar kemana-mana. Wallahua’lam…

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru