27.5 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Teroris (XV): Sukanto Berani Move on dari NII

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Teroris (XV): Sukanto Berani Move on dari NII
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Seperti biasa, orang banyak tahu, ada seorang mantan NII (Negara Islam Indonesia) yang sekarang sudah bertobat. Namanya Sukanto. Sukanto menceritakan masa lalunya yang sangat menyedihkan.

NII yang jelas adalah organisasi teroris yang sangat gencar merekrut masyarakat Indonesia mengikuti jejaknya. Biasanya kelompok teroris mengincar orang yang basic keagamaannya sangat lemah, sehingga mudah didoktrin.

Biasanya orang yang diincar diajak diskusi dalam sebuah kafe atau tempat yang serupa, sedang kelompok teroris ini datang bergerombolan, sehingga dengan mudah mencuci otak orang yang diincar itu.

Sukanto termasuk orang yang pernah diincar dan masuk dalam jebakan para teroris. Sukanto pada mulanya tidak menyadari doktrin yang ditanamkan ke dalam benaknya adalah sesuatu yang keliru dan bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Sukanto akhirnya bergabung dengan NII-terorisme, sehingga dengannya perbuatan Sukanto banyak merugikan masyarakat. Sebut, menebar kepanikan banyak orang, tatanan Indonesia jadi kacau, hingga image Islam sebagai agama rahmatan lil alamin sedikit banyak tercoreng.

Sukanto masih ingat bagaimana langkah-langkah NII mendoktrin orang, sehingga mereka benar-benar percaya dengan argumen yang disampaikan. NII biasanya menanamkan kebenaran itu hanya milik orang Islam, sedang di luar Islam adalah kafir.

Indonesia yang hukumnya tidak menggunakan hukum Islam diklaim oleh kelompok NII sebagai negara kafir. Klaim seperti ini sama dengan klaim yang dialamatkan oleh kelompok Khawarij terhadap Ali Ibn Abi Thalib pada masa dahulu.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Terus, kenapa terorisme tega membunuh banyak orang yang dianggapnya kafir? Sebab, bagi terorisme, siapapun, termasuk Indonesia yang kafir halal darahnya. Maksudnya mereka boleh dibunuh. Sedang, harta yang mereka miliki halal juga diambil, karena harta itu sesungguhnya tidak berhak dimiliki oleh orang kafir.

Kafir-mengkafirkan memang menjadi tolak ukur dalam tubuh terorisme. Sehingga, dengan cara seperti itu seseorang akan lebih mudah dicuci otaknya untuk masuk di dalamnya. Sebab, kalau bukan karena sudah terdoktrin, kelompok teroris tidak bakal berani kehilangan nyawa dengan bom bunuh diri. Secara akal sehat, tidak ada orang yang mau mati kecuali orang yang sudah rusak pikirannya alias “gila”.

Sukanto setelah sekian tahun bergabung dengan NII, akhirnya menyadari bahwa NII bukan organisasi yang dapat mengantarkan pengikutnya mengarungi kehidupan yang sejahtera dan damai. Malah, NII membangkitkan permusuhan, menebar kebencian, dan menghancurkan persatuan. Pertanyaannya, apakah Islam mengajarkan seperti itu?

Sukanto berpesan, agar selamat dari doktrin NII kita hendaknya mempelajari agama kepada ustaz atau guru yang benar. Carilah guru yang mendamaikan dan mempersatukan. Selain itu, penting memperdalam pengetahuan keagamaan, sehingga tahu mana pemikiran yang benar dan yang salah.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari tulisan Niken Satyawati yang dimuat di Kompasiana

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru