26.1 C
Jakarta
Array

Sudah Jalan-Jalan Kemana? Tuliskan, Dong!

Artikel Trending

Sudah Jalan-Jalan Kemana? Tuliskan, Dong!
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Siapa yang suka mendatangi tempat-tempat baru? Entah itu untuk wisata atau sekadar berburu kuliner uniknya. Pasti sebagian besar akan menjawab, suka.

Apalagi sekarang eranya sosial media, dunia tanpa sekat. Visualisasi sebuah tempat begitu memikat ketika sudah terunggah di media sosial.

Ini pula yang menggiring tren plesiran jadi meningkat. Selain karena terpukau keindahan dari foto yang tersebar di media sosial, masyarakat juga mengincar label dianggap eksis.

Lalu mengapa foto-foto di media sosial berhasil menggiring pengunjung baru ke obyek wisata atau tempat makan?

Sebab orang-orang memainkan berbagai teknik supaya mendapatkan gambar yang menarik. Itu dilakukan sebelum sebuah foto lolos kurasi untuk nampang di akun mereka.

Dan instagram menjadi salah satu media sosial yang menjadi candu para penikmat objek wisata. Di sana, banyak foto-foto keren bidikan pengunjung yang nangkring dalam satu hestek. Hestek inilah yang memandu rasa penasaran para pengguna media sosial saat mencari tahu soal objek tersebut.

Namun sayangnya, kita kerap menjumpai akun yang kurang terkelola. Pasalnya, keindahan foto tidak ditunjang kelengkapan informasi. Pemilik akun minim membubuhkan kata. Bahkan tak jarang mereka hanya menaruh emotikon yang sama sekali tak ada kaitannya dengan tempat itu.

Memang benar, mengandalkan foto yang cakep sudah bisa mendulang ratusan likes dari para pengikut. Apalagi jika unggahan tersebut dicantumkan hestek (tanda pagar) yang bakal menggiring lebih banyak pengunjung mengintip profil kita. Namun, bukankah lebih enak dinikmati jika potret indah tersebut dilengkapi caption yang memudahkan pembaca. Dari caption yang itu pulalah bakal terjalin interaksi yang menambah relasi.

Literasi Bangkit

Selain itu, penyertaan caption tersebut memancing dunia literasi jadi lebih semarak. Apa pasalnya? Ini membuktikan literasi sebagai hal yang fleksibel dan bisa menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Literasi tak melulu membahas buku. Media untuk membicarakan literasi mengikuti teknologi yang kian pesat.

Di instagram, si pemilik akun jadi lebih terasah bakat menulisnya. Sedangkan para pengikut lebih tergerak untuk membaca dan mencari tahu. Jadi instagram tidak cuma bisa dipakai untuk menyebarkan foto-foto memukau. Namun juga sarana untuk menuangkan gagasan dalam bentuk tulisan.

Nah, kendala utama para pemilik akun instagram saat mengubah ide menjadi tulisan adalah ketakutan dicap jelek. Saya ingin membagikan sedikit tips dan trik yang semoga bisa diterapkan.

Sebenarnya, ketakutan itu diri sendiri yang buat dan hanya diri sendirilah yang bisa hapuskan. Menulis itu yang terpenting memulai dan jangan pikirkan bagus atau tidaknya. Ciri dan kualitas tulisan bakal terbentuk sendiri seiring dilatih.

Lalu terkait dengan topik wisata yang bakal diuraikan di caption instagram, kita bisa memasukkan unsur perasaan ke dalam tulisan yang dibuat. Pasalnya, pembaca lebih menyukai tulisan yang sarat makna. Penulis memaikan emosi pembaca. Caranya, buat tulisan semengalir mungkin seperti bercerita dengan teman akrab. Sisipkan dialog supaya tulisan terasa hidup dan pembaca pun seakan dilibatkan dalam tuturan cerita.

Kekuatan story telling itu penting. Sehingga pembaca tidak merasa berjarak dengan apa yang tengah ia nikmati di caption instagram. Dengan begitu, pembaca tidak bosan dan tidak berniat menghentikan kegiatan menggulirkan layar gawai mereka.

Penulis bisa berkisah bagaimana caranya sampai ke tempat wisata tersebut. Misalnya dengan menumpang angkutan umum dan menghentikan kendaraan yang melintas. Sebab, penulis memang sengaja ingin berpetualang dengan anggaran minim. Ada drama yang ditonjolkan berikut tokohnya tapi tidak mengada-ada. Semua dijalin dengan sejujurnya sebab ini bukan cerita karangan. Pada dasarnya, penulis dapat menyelipkan perjuangan yang dilakoni untuk tiba di sana.

Selanjutnya penulis perlu menangkap hal-hal unik yang ditemui selama di perjalanan. Ini bisa memantik daya imajinasi pembaca. Pembaca pun tertarik untuk singgah ke tempat itu berkat tulisan Anda. Contohnya, saat pergi ke Kebun Raya Bogor. Di sana ada deretan bambu. Ini bisa dibungkus jadi tulisan yang berkesan. Barisan bambu tersebut bisa disamakan dengan yang ada di Jepang. Maka pembaca jadi bisa menghargai wisata di Indonesia.

Kedekatan lain yang mesti ada dalam tulisan adalah soal geografis. Penulis bisa memilih tempat wisata yang dekat dengan jangkauan pengikutnya. Dengan demikian, pembaca tidak usah bersusah payah menjangkau tempat tersebut.

Jadi para penggiat wisata mulailah belajar merangkai kata dan mempertimbangkan kedekatan psikologi dan geografis. Supaya foto yang bagus juga diiring dengan caption yang enak dibaca.

Oleh: Shela Kusumaningtyasseorang yang gemar membaca, menulis, berenang, dan jalan-jalan. Menulis menjadi sarana saya untuk mengabadikan berbagai hal. Menulis juga melatih saya untuk mengerti arti konsistensi dan pantang menyerah.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru