SUARA KIAI
— untuk semua kiaiku, yang uzlah di pelosok negeri
Karya Muhammad Al-Fayyadl
Maafkan kami, kiai
jika kami menagih suaramu
suaramu yang jarang engkau lantang suarakan
yang engkau jaga agar tak bermaksiat pada-Nya
karena engkau tahu hadits Nabi,
“Katakanlah kebaikan atau diamlah”
Engkau yang berzikir dengan burung-burung dan reremputan
zikirmu khafi
sayup tak terdengar bahkan oleh dirimu
karena zikir itu untuk-Nya semata
Zikirmu yang khafi
memberkahi negeri ini
seperti munajat Daud ‘alaihissalam
yang makmurkan Yerusalem
Zikirmu khafi
bersambung ruhani lintas generasi
melanjutkan doa-doa para Nabi di atas bumi
Zikir khafi
yang tak terusik oleh gigitan semut pun
karena tenggelammu dalam pelukan-Nya
yang membuat kami sungkan
untuk sekadar berceloteh di sampingmu
burung-burung pun menjauh
untuk membiarkanmu duduk sendiri
dalam bisikan kepada-Nya
Uzlahmu nyaris purna
andai tak kau dengar dari perbincangan tamu
tetangga
atau televisi
tentang negeri yang disesaki oleh
perang mulut para elite
dan cekcok kaum muda
yang terlalu semangat membawa nama Tuhan dan agama
sampai mengkafirkan sesama saudara
Zikirmu terusik
heningmu putus
ketika mereka meminta pendapat
atau pandanganmu
Lalu engkau mulai berdawuh
dawuh yang jarang engkau sampaikan
kecuali kepada orang-orang yang siap
menerima dengan kemawasan hatinya
Namun, siapa tahu
di antara pendegarmu ada juga yang belum terbiasa
mereka menganggap pendapatmu
sebagai opini biasa
yang tinggal dikutip
Dicatatlah ia
lalu esoknya tayanglah ia di koran
dan beredar di medsos
bahkan engkau sendiri pun memiliki akun medsos
agar kata-katamu tak disalahgunakan
agar engkau dapat mengutarakan pendapatmu
agar jadi rujukan para pengikutmu
Kadang di situ
dawuhmu menjadi polemik
lontroversi yang sengaja
dimasak oleh mereka yang hatinya
sarat kepentingan
untuk membuat sesama saudara sependeritaan
bertengkar beradu klaim tentang
pemahaman mereka atas dawuhmu
Dawuhmu permata yang langka menetes ke kalbu
dikemas menjadi seribu duri
dan ranjau
bagi yang tak mengerti duduk-perkaranya
Statemen-statemenmu bertebaran di media
dengan beragam versi
di situ kami, para santrimu
hanya tertunduk kebingungan
membaca tanda-tanda zaman ini
Ini salah kami juga
terlalu banyak menuntutmu
berkiprah dalam segalanya
politik, sosial, ekonomi
uzlahmu tak lagi purna
siapa lagi bisa menanggung uzlah
di tengah umat yang berteriak mencari kebenaran dan pembenaran
di tengah umat yang menarikmu ke pusaran kepentingan mereka
Maafkan kami
jika kami terlalu menagih suaramu
sehingga zikir khafimu putus-putus
dan terkadang, doamu jadi tak se-“mandhi” dulu
Kami akan berhenti menagih suaramu
jika itu membuat aliran doamu buat kami terputus
kami akan belajar bersuara sendiri
meneladanimu
yang hemat berkata-kata
Belajar menata suara sendiri
dengan bahasa kami sendiri
Uzlahmu adalah tiang ruhani kami
meninggalkannya hanya membuatmu rapuh
membuatmu jadi objek yang dibawa ke sana-ke mari
untuk pabrik
untuk membenarkan penggusuran
untuk mendukung pemerintahan yang korup dan aniaya
untuk segalanya
Meninggalkannya juga membuat kami rapuh
tak terbayang jika semua kiai berbicara
jika semua kiai tampil di televisi
jika semua kiai punya akun medsos
betapa riuhnya negeri ini
bisa-bisa tak ada demokrasi karena tak ada yang akan membantah dawuhmu
Kami rindu zikir khafimu
kami hanya akan tagih doamu
dalam sunyi paling runcing
dari kalbu kami
jika terdapat saudara kami yang teraniaya
Istirahatlah kata-kata, para kiai
hidupkanlah kembali bumi uzlah yang tandus
agar kami dapat meneladani
kekhusyukanmu
22/1/2017