32.9 C
Jakarta
Array

Studi Al-Qur’an dalam Pandangan Barat

Artikel Trending

Studi Al-Qur'an dalam Pandangan Barat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Secara historis, Ilmu Pengetahuan al-Qur’an atau yang dikenal sebagai Orientalisme muncul di Barat pada abad ke-19 M sampai awal abad ke-20 M. Sebenarnya hal itu sudah mulai dirasakan di Barat pada abad ke 8 M, yakni ketika terdapat komunitas Muslim di Spanyol yang menjadikan jalinan perdamaian antara komunitas Yahudi, Muslim, dan Kristen. Adanya Perang Salib juga berpengaruh dalam hal ini, ditambah lagi dengan adanya Dewan Wina (1311-1312) yang menetapkan penggunaan bahasa Oriental di sana. Beberapa tokoh barat juga menyumbang banyak karya dalam hal ini, sejak abad ke-8 hingga abad ke-20, contohnya terjemahan al-Qur’an yang pertama kali dibuat dalam bahasa latin oleh Robert Ketton (1136-1157). Pada abad selanjutnya, yakni kisaran abad 15-20 M kontribusi umat muslim di Barat semakin meluas semenjak Kekaisaran Turki Utsmani meluas ke tiga wilayah Benua dan pada Abad ke-16, mesin cetak teks Arab dipasang di Venesia dan Roma, hal itu sangat berdampak pada kemajuan ilmu pengetahuan Islam disana, yang ketika itu masih secara umum mengkaji tentang Islam dan hal-hal yang berkaitan dengan dunia Timur.

 

Karya-karya orientalis tentang ilmu pengetahuan Islam dan al-Qur’an di Barat sangat komprehensif dalam pembahasan temanya yang dimulai pada abad ke-8 sampai abad 14 M, terdapat biarawan Suriah yang menulis tentang polemik Islam secara umum (Wrote Hersey of the Ishmaelites),  kemudian dilanjutkan dengan karya tentang sanggahan-sanggahan terdapat al-Qur’an (Risalah al-Kindi) hingga penerbitan terjemahan al-Qur’an berbahasa latin pertama oleh Robert Ketton serta Raymond Lull dan Ricaldo da Monte Croce yang menulis tentang kecamana terhadap Al-Qur’an yang bertujuan untuk  mengkonvensi Muslim ke Kristen, dipungkasi dengan penetapan penggunaan bahasa oriental oleh Dewan Winna di sana. Sedangkan pada Abad ke 15-20 M, karya-karya tentang hal tersebut semakin mengerucut tentang al-Qur’an. Terdapat karya-karya baru tentang terjemahan al-Qur’an dalam bahasa Spanyol dan Inggris. Pada abad ke-16, al-Qur’an berbahasa Arab dicetak pertama kali di Italia sekitar tahun 1538. Terjemahan dan sangkalan al-Qur’an juga dibuat oleh Abraham Wellock di abad ke 17. Pada abad ke 18 terdapat terjemahan al-Qur’an berbahasa Inggris pertama yang langsung diterjemahkan dari bahasa Arab oleh George Sale dan terjemahan al-Qur’an dengan penomoran sistem Barat untuk ayat-ayat al-Qur’an oleh Gustav Flugel.

Perjuangan dan hal-hal yang dilakukan oleh Barat untuk menggali dan meneliti Islam tdiatas sangat maksimal. Motif-motif dilakukannya usaha tersebut pada awalnya adalah sebagai kolonisasi dan kristenisasi penduduk  muslim dengan cara mengubah atau menyalahkan nash-nash Islam, namun terdapat juga orientalis yang secara obyektif melakukannya dengan tujuan ilmu pengetahuan saja. Seiring berjalannya waktu, orientalis semakin obyektif dalam melakukan penelitian tersebut dan pada abad 20 ini memfokuskan pada pembahasan studi bahasa, agama, dan budaya Oriental. Fakta ini seharusnya menyadarkan penganut Muslim sendiri khusunya para akademisi yang bergelut di dalamnya, untuk lebih menambah intensitas dan semangatnya dalam mempelajari dan menjaga keilmuan-keilmuan Islam dalam bidang apapun, baik klasik maupun modern dan dibantu dengan sangat berkembang pesatnya teknologi masa kini.

 

 

 

 

 

 

[zombify_post]

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru