26.1 C
Jakarta
Array

Strategi TSM (Terstruktur, Sistematif, dan Masif) untuk Hancurkan Kelompok Radikal

Artikel Trending

Strategi TSM (Terstruktur, Sistematif, dan Masif) untuk Hancurkan Kelompok Radikal
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Era digital telah mentranformasi komunikasi umat dari lisan menjadi ketikan. Tidak hanya anak muda, semua lapisan baik tua maupun muda ikut terseret dalam arus digitalisasi. Dahulu pertengkaran hanya bisa terjadi jika kedua belah pihak bertemu dan bertatap muka. Namun kecanggihan teknologi ikut memperluas daerah pertarungan. Sehingga orang yang tidak saling kenal bisa saling hujat melalui media sosial.

Dengan berkembangnya teknologi dan kemajuan komunikasi, orang dapat menyampaikan pendapat melalui ponsel pintar atau smartphone. Manusia pun semakin dimudahkan dengan pengiriman informasi yang sangat cepat dengan biaya lumayan murah. Cukup satu klik saja, otomatis informasi sudah dapat dibagikan kepada semua orang yang dituju.

Namun, ibarat api yang menyala, media sosial yang berfungsi sebagai penyampai informasi juga dapat diputarbalikkan fungsinya. Dahulu tindakan kriminal hanya bisa dilakukan secara langsung tanpa perantara, namun dengan kecanggihan media sosial, tindakan kekerasan dapat dilakukan secara sistematis dan canggih.

Oleh teroris, media sosial digunakan sebagai alat dakwah paham radikal dan kekerasan. Tidak jarang kita menemui tulisan, gambar, ataupun video yang mengajak merubah ideologi Pancasila menjadi ideologi khilafah. Tulisan ataupun video berguna sebagai doktrin sosial yang menimbulkan kegelisahan pada masyarakat. Hal ini semakin diperparah dengan penyebaran berita hoax yang semakin masif. Selain memicu salah tafsir ataupun suudzon, berita hoax juga dapat melatih mental radikal yang kental akan kekerasan.

Penyebaran berita hoax memacu adrenalin seseorang untuk bereaksi keras terhadap suatu permasalahan. Dengan bekal kalimat provokatif, berita hoax akan menyulut emosi seseorang dan menghilangkan sifat kasih sayang dan penuh toleransi.

Hal ini sangatlah berbahaya bagi bangsa ini. Masyarakat yang sejak dulu mempunyai budaya guyub dan rukun perlahan-lahan diubah menjadi keras dan intoleran melalui kabar hoax dan ajaran radikal. Ideologi Pancasila yang lebih mementingkan persatuan dan kepentingan bersama, diubah menjadi kekerasan dan keutamaan kelompok di atas segalanya.

Melihat kondisi ini, perlu tindakan pencegahan yang sistematif. Salah satunya melalui relawan penebar kedamaian. Tugasnya, menebarkan kedamaian di semua lini kehidupan, terutama di media maya. Kelompok ini sangat diperlukan guna perlawanan terhadap kelompok radikal yang menyebarkan pahamnya secara terstruktur, sistematif, dan masif (TSM).

Kelompok radikal selama ini menggunakan media sosial sebagai media dakwah baru. Tentunya, penyebaran itu diiringi dengan perencanaan yang matang dan dilakukan secara struktur. Untuk itu, perlu adanya kelompok tandingan yang kontraradikal dengan menggunakan secara sistematik dan struktur juga. Tindakan ini sangat mendesak dilakukan, mengingat ancaman kelompok radikal mulai merasuk ke tubuh bangsa Indonesia.

Jika kelompok radikal merekrut dengan cara penyalahgunaan dalil agama, relawan kedamaian bisa direkrut menggunakan nasionalisme kebangsaan yang diwujudkan dalam peraturan. Sebagai wujud cinta tanah air, pemerintah dapat menetapkan aturan berupa mewajibkan seluruh elemen pemerintahan ikut serta menjadi relawan perdamaian. Misalnya, menetapkan aturan baru bagi PNS untuk ikut serta menjadi relawan kedamaian. Cara ini juga dapat diterapkan pada elemen pemerintahan yang lainnya misalnya anggota partai politik, anggota legislatif, yudikatif, eksekutif, dan elemen pemerintahan yang lainnya.

Sedangkan para pemuka agama bisa ikut relawan perdamaian melalui ucapan dan tingkah lakunya. Kharismatik dari sang kiyai dapat menyuburkan kembali gaya hidup guyub dan rukun yang mulai memudar. Diimbangi perilaku yang santun, serta mampu menjawab permasalahan sosial di masyarakat, akan sangat berguna bagi perdamaian bangsa.

Selain itu, pemerintah juga dapat menerapkannya melalui dunia pendidikan. Pelajaran PPKN yang selama ini berkutat pada teori belaka perlu diaplikasikan secara nyata agar tidak menjadi angan-angan belaka. Semua murid atau mahasiswa dapat bergabung di relawan perdamaian untuk mengaplikasikan pelajaran PPKN. Murid atau mahasiswa memerangi tindakan kekerasan dan radikal di wilayah media maya. Yang mempunyai kemampuan menulis bisa melakukannya dengan membuat artikel, sedangkan murid yang mempunyai kemampuan mengedit video bisa dilakukan dengan pembuatan video yang menarik pula.

Dengan aktifitas seperti ini, diharapkan semua orang akan mempunyai kesadaran lebih untuk menjaga perdamaian bangsa. Tidak hanya membuat konten perdamaian, namun juga menjiwai pesan apa yang tersirat di dalamnya. Yang paling utama, tujuan relawan perdamaian sebagai tandingan kelompok radikal bisa terlaksanakan dan menemui kata kemenangan.

[zombify_post]

M. Nur Faizi
M. Nur Faizi
Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Bergiat sebagai reporter di LPM Metamorfosa, Belajar agama di Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadi-ien Yogyakarta.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru