30.8 C
Jakarta
spot_img

Strategi Mengatasi Potensi Terorisme dalam Parayaan Nataru 2024

Artikel Trending

Milenial IslamStrategi Mengatasi Potensi Terorisme dalam Parayaan Nataru 2024
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Dalam perayaan Natal 2024 dan Tahun Baru 2025 (Nataru), potensi ancaman terorisme tetap menjadi perhatian utama aparat keamanan di Indonesia. Kapolri Jenderal Polisi Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa, meskipun belum ada indikasi konkret terkait kejahatan terorisme, Polri bersama TNI telah menerapkan pola pengamanan ketat dan melakukan sterilisasi di seluruh tempat ibadah.

Koordinasi Multi Pihak

Berbagai langkah telah diambil. Berbagai pihak saling berkoordinasi untuk mencegah potensi ancaman teror. Misalnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) berkoordinasi dengan TNI dan Polri untuk memitigasi potensi aksi teror. Mereka berupaya melakukan deteksi dini terhadap ancaman terorisme.

Menurut pihak kepolisian, cara jitu untuk menghilangkan potensi teror adalah dengan optimalisasi patroli rutin di berbagai lokasi dan di waktu rawan. Selama Nataru, mereka melibatkan unsur swakarsa untuk memastikan kondisi tertib. Mereka juga tampaknya melakukan sterilisasi tempat ibadah untuk memastikan keamanan selama perayaan Nataru.

Apakah cara pengamanan seperti itu sudah cukup? Sejarah perayaan Nataru selalu ada ancaman padahal pengamanan telah dijaga ketat. Bahkan pihak dan tempat keamananlah yang dijadikan sasaran tempat teror. Untuk itu, harus ada pihak pengamanan lain yang wajib diajak, yaitu masyarakat.

Meskipun potensi serangan terorisme diperkirakan relatif kecil pada Nataru 2025 ini, kewaspadaan tetap wajib ditingkatkan untuk memastikan perayaan Nataru berlangsung aman dan kondusif. Masyarakat bukan hanya dihimbau untuk waspada, tetapi juga perlu dilibatkan sebagai mata informasi. Misalnya bila ada gerak yang mencurigakan segera melaporkan kepada aparat keamanan.

Dengan melibatkan seluruh elemen masyarakat, maka fokus utamanya dapat segera dijangkau, yaitu menciptakan rasa aman tanpa mengganggu kenyamanan masyarakat dalam merayakan Nataru.

BACA JUGA  Membaca Gejolak #IndonesiaGelap dalam Kacamata Pancasila

Namun, kita masih belum mendengar keberlanjutan tentang hasil koordinasi antarinstansi yang lengkap. Sejauh ini, TNI, Polri dan BNPT sudah memberikan pernyataan di media. Tetapi di lapangan tampak sepi. Alhasil, anak-anak muda masih banyak melakukan aksi-aksi menyeramkan di jalan.

Seperti kasus di Solo, aksi pemuda-pemudi melakukan balap liar dan kejar-kejaran dengan mamakai parang. Artinya, kesiapsiagaan menghadapi situasi darurat (tidak hanya pada terorisme) menjadi masalah dalam perayaan Nataru kali ini.

Melibatkan Berbagai Sumber Daya Manusia

Berbagai sumber daya manusia, baik dari pihak keamanan dan masyarakat harusnya bisa berkolaborasi untuk memetakan potensi wilayah rawan dan merumuskan strategi cegah dini. Sumber daya manusia bisa diarahkan untuk mengidentifikasi potensi ancaman atau memantau aktivitas yang mengganggu kenyamanan masyarakat.

Tahapan kedua, sumber daya tersebut bisa melakukan sterilisasi di semua tempat. Tidak hanya mensterilkan tempat ibadah. Tetapi juga memastikan pusat keramaian, dan fasilitas publik aman dari bahaya teror dan lainnya. Mereka juga bisa menggunakan teknologi seperti metal detector, drone, dan kamera pengawas sebagai cara untuk memaksimalkan pengawasan.

Tahapan selanjutnya, mendorong masyarakat untuk aktif dalam menjaga keamanan lokal dan menghadapi situasi darurat. Salah satunya adalah mengajak masyarakat untuk menggunakan gawai dan media massanya untuk menyampaikan pesan-pesan damai dan memperkuat toleransi. Cara tersebut mampu mengatasi ketakutan atau kepanikan dari simpang siur pemberitaan yang tidak bermutu di media yang berdampak langsung pada kehidupan masyarakat di momen Nataru.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru