33 C
Jakarta

Stop Gimik Kegilaan Pelaku Radikalisme

Artikel Trending

EditorialStop Gimik Kegilaan Pelaku Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Insiden penembakan terjadi di kantor MUI pada Selasa (2-5-2023) sekitar pukul 11.15 WIB. Insiden terjadi saat para pimpinan MUI sedang melaksanakan rapat rutin. Dikabarkan dua pegawai terluka akibat insiden tersebut dan belum diketahui motif pelaku.

Pelaku penembakan di kantor Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang melukai dua orang disebut sempat mengirimkan surat kepada Ketua MUI. Dalam surat itu, dia mengklaim sebagai nabi. Dalam suratnya pula, sebagaimana dilaporkan sejumlah media, si pelaku meminta Ketua MUI untuk menerima klaimnya sebagai “orang yang diutus” dan mempersatukan umat Islam.

Ternyata, pelaku disebut sudah beberapa kali bolak-balik ke kantor MUI dan meminta untuk bertemu Ketua MUI, Miftachul Akhyar. Dan pada ketiga kalinya, lalu terjadilah penembakan. Lalu apa motif pelaku sehingga mengatakan seseorang yang diutus untuk menyatukan umat Islam? Lalu apa korelasinya dengan mengklaim sebagai nabi dan MUI?

Pada insiden ini, banyak yang mengecam. Bahkan Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengecam penembakan di kantor MUI itu sebagai tindak kekerasan: “Saya sangat mengecam setiap tindak kekerasan, termasuk penembakan yang terjadi di kantor MUI,” kata Menteri Yaqut dalam pernyataan yang dimuat di laman resmi Kemenag.

Memang tindakan orang tersebut berserta alasannya, mirip-mirip seperti perempuan yang pernah menembak kantor polisi dan perempuan yang ingin menerobos istana atau calon pengebom istana kenegaraan. Mereka seperti telah dicuci otak sehingga mau untuk melakukan aksi radikal atas nama agama dan umat Islam.

Alasan-alasan mereka untuk menyatukan umat Islam dan mengklaim sebagai nabi, dan  memakai surat, serta pistol, yang hampir sama persis seperti tindakan teror yang telah dipraktikkan oleh peneror terdahulu. Apakah mereka adalah didikan orang yang sama? Atau dilakukan dengan kehendak perseorangan?

BACA JUGA  Mawas Diri dari Propaganda Khilafah di Bulan Ramadan

Kemungkinan mengingat dari kemiripannya, mereka adalah didikan kelompok yang sama. Tujuannya, sebagai umpan teror untuk mengganggu stabilitas keagamaan di Indonesia. Oleh sebab  itu, tak ada kegilaan yang sempurna, yang sering ditujukan kepada mereka yang meneror.

Teror tetaplah teror. Teror bisa dititipkan kepada siapapun, anak kecil, orang gila, perempuan, atau bahkan kepada orang yang cukup beriman. Namun, teror yang terjadi pada kantor MUI, itu adalah peristiwa penembakan sangat mengejutkan dan memprihatinkan. Sebab, orang teresebut telah berkirim surat dan sudah bolak-balik ke kantor MUI.

Stop gimik geliaan pelaku radikalisme wajib dihentikan. Sudah bukan zamannya, semua yang terjadi karena orang gila. Teror dan radikalisme adalah fakta yang wajib diletakkan pada tempatnya. Agar, tindakan serupa tidak terjadi kembali.

Ingat, berbagai kegiatan kekerasan pembunuhan, penembakan massal yang terjadi di negara-negara nonmuslim dan pelakunya nonmuslim, atau sebaliknya, mereka tetap disebut teroris dan tindakannya disebut sebagai radikal. Bentuk kejahatannya tidak ditolerir, karena tidak mungkin orang gila bisa meracik pistol sendiri kalau tidak ada orang yang menjajakannya.

Kejahatan teror harus disingkap dengan jelas. Jika kejahatan dilakukan dengan senjata apai, maka sudah jelas ada udang di balik batu. Dan kejahatan tersebut jangan hanya dianggap sebagai kejahatan biasa, atau hanya dianggap kejahatan berbau rasis atau penyalahgunaan senjata api, atau soal gangguan jiwa si pelaku.

Pada peristiwa di MUI ini aparat keamanan harus tegas dan berani menuntaskannya. Jika pelakunya muslim atau nonmuslim jangan sungkanmemberikan status kepadanya. Apalagi kalau bisa juga harus tinjau jaringan tertentu yang berkomplot dengan pelaku tindakan teror. Jika keamanan bisa membuka pandora ini, kiranya masyarakat lebih menerima dan kedepannya bisa lebih waspada terhadap tanda-tanda terjadinya tindakan terorisme. Stop gimik kegilaan perilaku radikalisme.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru