28.9 C
Jakarta
spot_img

Staf UIN Alauddin Makassar Terlibat Skandal Uang Palsu: Apa yang Salah dengan Pendidikan Kita?

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanStaf UIN Alauddin Makassar Terlibat Skandal Uang Palsu: Apa yang Salah dengan...
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com Pada suatu hari yang mengejutkan, publik dikejutkan dengan berita tentang staf perpustakaan di Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang terlibat dalam pembuatan uang palsu. Sebagai sebuah institusi pendidikan tinggi, UIN Alauddin Makassar seharusnya menjadi tempat yang menanamkan nilai-nilai moral dan etika yang kuat pada setiap civitas akademikanya.

Namun, kejadian ini justru mengguncang banyak pihak, karena di dalam lingkungan pendidikan yang seharusnya menjunjung tinggi integritas dan kejujuran, seorang staf justru terjebak dalam praktik kejahatan yang sangat merusak: pembuatan uang palsu. Kasus ini bukan hanya sekadar pelanggaran hukum, tetapi juga mengundang pertanyaan besar mengenai kualitas pengawasan dan pembinaan di lingkungan kampus.

Peristiwa ini menjadi tamparan keras bagi banyak pihak, karena seorang staf yang diharapkan dapat menjadi panutan bagi mahasiswa, justru terlibat dalam aktivitas yang bertentangan dengan prinsip dasar kejujuran. Pendidikan seharusnya tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan akhlak yang baik. Namun, peristiwa ini mengungkapkan adanya celah dalam proses pendidikan yang ada di kampus tersebut. Bagaimana bisa sebuah institusi yang memiliki misi untuk membentuk generasi unggul dan berintegritas, justru melahirkan oknum yang terlibat dalam tindakan kriminal seperti ini?

Pembuatan uang palsu bukanlah tindakan yang bisa dianggap sepele. Selain merupakan pelanggaran hukum yang dapat merusak sistem ekonomi negara, pembuatan uang palsu juga merupakan bentuk kecurangan yang merusak nilai-nilai kejujuran dalam masyarakat. Praktik semacam ini mencerminkan hilangnya rasa tanggung jawab dan kesadaran moral seseorang terhadap dampak dari perbuatannya.

Bagi sebuah institusi pendidikan, terutama yang berbasis agama seperti UIN Alauddin Makassar, tindakan semacam ini menjadi sebuah ironi besar. Seharusnya, pendidikan tinggi yang berbasis Islam menjadi garda terdepan dalam menanamkan nilai-nilai moral yang kuat, bukan malah menjadi tempat terjadinya penyimpangan etika yang merugikan.

Dalam pandangan Islam, kejujuran adalah salah satu nilai yang sangat ditekankan. Nabi Muhammad SAW bersabda, “Jujurlah, karena sesungguhnya kejujuran itu membawa kepada kebaikan, dan kebaikan itu membawa ke surga” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini mengajarkan kita bahwa kejujuran bukan hanya soal ucapan, tetapi juga soal tindakan. Kejujuran harus tercermin dalam setiap aspek kehidupan, termasuk dalam hal yang berhubungan dengan transaksi ekonomi dan kepercayaan masyarakat. Pembuatan uang palsu adalah bentuk pelanggaran terhadap prinsip dasar kejujuran, dan merupakan tindakan yang sangat bertentangan dengan ajaran agama.

Selain itu, dalam Al-Qur’an juga banyak ayat yang menekankan pentingnya menjaga amanah dan menjauhi kecurangan. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta orang lain dengan cara yang batil dan yang menghalangi jalan Allah, mereka itu adalah orang-orang yang kafir” (QS. Al-Mumtahanah: 9). Ayat ini menunjukkan bahwa berbuat curang, baik dalam bentuk pemalsuan uang maupun bentuk kecurangan lainnya, adalah perbuatan yang sangat tercela. Praktik pemalsuan uang, yang merugikan banyak pihak, tidak hanya dilarang dalam hukum negara, tetapi juga dalam ajaran agama Islam yang mengedepankan kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab.

Sebagai institusi pendidikan tinggi yang berbasis pada nilai-nilai agama, UIN Alauddin Makassar memiliki tanggung jawab moral yang besar dalam membentuk karakter mahasiswanya. Salah satu aspek utama dalam pendidikan adalah pengembangan karakter, yang tidak hanya menekankan pada penguasaan ilmu pengetahuan tetapi juga pada pengamalan nilai-nilai akhlak mulia. Institusi pendidikan seharusnya menjadi tempat yang mengajarkan mahasiswa untuk hidup dengan penuh integritas dan rasa tanggung jawab, baik di dalam maupun di luar kampus. Ketika ada oknum yang terlibat dalam pelanggaran seperti pembuatan uang palsu, ini menunjukkan adanya kelalaian dalam membina karakter civitas akademika.

BACA JUGA  Refleksi Akhir Tahun 2024: Tiga Dosa Digital yang Harus Kita Tinggalkan Sekarang Juga!

Peristiwa ini seharusnya menjadi bahan evaluasi bagi UIN Alauddin Makassar dan juga seluruh institusi pendidikan lainnya. Bagaimana sistem pengawasan di kampus ini sehingga sebuah tindakan kriminal bisa terjadi? Apakah kurikulum yang ada sudah cukup menekankan nilai-nilai moral dan etika dalam kehidupan sehari-hari? Atau apakah ada kelemahan dalam hal pengawasan terhadap staf dan tenaga pendukung lainnya? Kejadian ini menunjukkan bahwa pengawasan dan pembinaan di lingkungan kampus harus diperbaiki agar tidak ada lagi individu yang terjerumus dalam tindakan yang merugikan banyak pihak.

Nabi Muhammad SAW memberikan nasihat yang sangat penting dalam masalah amanah dan tanggung jawab, “Setiap kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggungjawaban terhadap yang dipimpinnya” (HR. Bukhari dan Muslim). Dalam konteks ini, setiap anggota civitas akademika, baik dosen, staf, maupun mahasiswa, adalah pemimpin bagi dirinya sendiri dan akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap perbuatannya.

Sebagai staf di sebuah institusi pendidikan, mereka memiliki amanah untuk menjaga integritas dan memberikan teladan yang baik kepada mahasiswa dan masyarakat. Tindakan yang bertentangan dengan nilai kejujuran, seperti pembuatan uang palsu, jelas merupakan pelanggaran amanah yang sangat besar.

Selain itu, peristiwa ini mengingatkan kita bahwa pendidikan bukan hanya tentang transfer ilmu pengetahuan semata, tetapi juga tentang pembentukan karakter. Pendidikan yang baik harus mencakup pembentukan akhlak dan moral yang luhur. Seharusnya, di dalam lingkungan pendidikan, baik mahasiswa maupun staf pendukung lainnya diajarkan untuk selalu menjaga integritas dan tidak terjebak dalam godaan untuk mencari keuntungan dengan cara yang salah. Kejujuran dan keadilan harus menjadi fondasi dari segala tindakan yang dilakukan, baik dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Keberadaan pengawasan yang baik di dalam sebuah institusi pendidikan sangat penting untuk menjaga agar tidak ada individu yang melakukan tindakan yang merugikan. Pengawasan ini bukan hanya berlaku bagi mahasiswa, tetapi juga untuk seluruh tenaga pengajar dan staf. Kejadian di UIN Alauddin Makassar memberikan pelajaran bahwa pengawasan internal harus lebih ditingkatkan, agar tidak ada celah bagi tindakan kriminal yang merusak citra institusi. Pengawasan ini harus melibatkan berbagai pihak, termasuk pihak rektorat, dekanat, dan juga mahasiswa itu sendiri, sebagai bagian dari masyarakat kampus yang memiliki tanggung jawab bersama.

Bagi mahasiswa, kejadian ini seharusnya menjadi pembelajaran yang sangat berharga. Pendidikan tinggi adalah kesempatan untuk mengembangkan potensi dan wawasan, tetapi juga merupakan tahap penting dalam pembentukan karakter. Jangan sampai kita terjebak dalam godaan untuk meraih kesuksesan dengan cara yang tidak sah. Kejujuran adalah nilai yang harus dijaga, karena hanya dengan kejujuranlah kita dapat mencapai keberkahan dalam hidup. Pendidikan di UIN Alauddin Makassar, yang berbasis pada ajaran agama Islam, seharusnya memberikan fondasi yang kuat dalam hal ini, agar mahasiswa tidak hanya menjadi individu yang cerdas, tetapi juga memiliki karakter yang baik.

Akhirnya, kejadian ini harus menjadi bahan renungan bagi seluruh masyarakat kampus UIN Alauddin Makassar, dan juga bagi seluruh perguruan tinggi di Indonesia. Integritas dan kejujuran adalah nilai yang harus dijaga di setiap tingkat pendidikan. Institusi pendidikan harus menjadi tempat yang mendidik generasi penerus bangsa untuk menjadi individu yang berilmu dan berakhlak mulia.

Sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk selalu menjaga amanah dan menjauhi segala bentuk kecurangan. Semoga peristiwa ini menjadi pembelajaran bagi kita semua, agar kita lebih berhati-hati dalam menjaga integritas dan selalu berusaha untuk menjadi individu yang lebih baik, baik di dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari. [] Shallallahu ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru