Harakatuna.com. Colombo-Kepolisian Sri Lanka menyatakan bahwa seluruh pelaku pengeboman gereja dan sejumlah hotel mewah pada Minggu Paskah telah ditangkap. Jika ada tersangka yang tidak terdaftar dalam penangkapan, berarti dinyatakan tewas.
“Kami sudah mengerahkan penangkapan ke seluruh Sri Lanka. Pasukan juga menyita bahan pembuatan bom yang ditujukan untuk serangan selanjutnya,” kata pernyataan dari kepolisian Sri Lanka, dikutip dari laman AFP, Selasa 7 Mei 2019.
Namun, hingga pernyataan ini dirilis, belum ada komentar atau pengumuman resmi yang datang dari Kementerian Pertahanan maupun kantor presiden.
Sejak serangan di Sri Lanka pada 21 April, lebih dari seratus orang telah ditangkap. Serangan tersebut menewaskan lebih dari 250 orang, termasuk 40 warga negara asing.
Pihak berwenang mencurigai anggota daru dua kelompok militan lokal, yakni National Thawheedh Jamaath (NTJ) dan Jammiyathul Millathu Ibrahim. Kedua kelompok ini mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang terjadi saat Hari Paskah. Padahal, kelompok Islamic State (ISIS) telah mengaku bertanggung jawab.
Status darurat diberlakukan mulai Selasa 23 April dini hari waktu setempat belum dicopot hingga sekarang. Status darurat memberikan lebih banyak wewenang kepada polisi dan militer Sri Lanka untuk memerangi kelompok teroris.
Selain itu, sejumlah tempat ibadah pun dijaga dengan ketat. Bahkan untuk sementara, misa dan kebaktian di gereja ditiadakan hingga Sri Lanka dinyatakan aman.