27.9 C
Jakarta
Array

Spritualitas di Era Digital

Artikel Trending

Spritualitas di Era Digital
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Di kalangan pesantren, ilmu tasawuf adalah salah satu tingkatan pelajaran bagi para santri senior. Setelah mengenyam pendidikan dasar kepesantrenan seperti ilmu nahwu, sharaf, aqidah, fiqih, tafsir, hadis, mantiq, dan lainnya, para santri baru diperkenankan ikut ngaji kitab-kitab tasawuf seperti kitab Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali, kitab al-Hikam karya Syeikh Ibnu Athaillah As-Sakadari, Kasyful Mahjub Karya Ali Utsman al-Hujwiri, Risalah al-Qusyairiyah karya Imam Abdul Karim bin Hawazin al-Qusyairi dan lain sebagainya.

Kitab al-Hikam karya Syeikh Ibnu Athaillah as-Sakandari merupakan salah satu kitab tasawuf yang cukup populer dan diminati di banyak pesantren. Kitab ini memuat kalam-kalam hikmah yang mengajarkan bagaimana seseorang mengolah kecerdasan spritual dan emosional yang erat kaitannya dengan akhlak terhadap Tuhan dan sesama. Namun, karena pesan yang disampaikan dalam kalam hikmah ini melalui perspektif sufistik, terkadang susah dipahami dan tidak dapat ditangkap dengan logika sederhana.

Oleh karenanya, banyak para ulama yang mencoba men-syarahi (memberikan penjelasan tambahan dan ulasan) terhadap kitab yang unik ini. Salah satunya dilakukan oleh Kyai Sholeh Darat yang mensyarah al-Hikam dalam bahasa Jawa pegon. Kyai Saleh Darat dalam ulasannya mencoba mensederhanakan dan memberikan analogi-analogi yang mudah dipahami. Tradisi mensyarah kitab ini telah menjadi tradisi yang mengakar terutama di kalangan pesantren di Nusantara.

Kehadiran buku karya Ulil Abshar Abdalla yang berjudul Menjadi Manusia Rohani Meditasi-meditasi Ibnu Athaillah dalam Kitab al-Hikam ini adalah salah satu bentuk penjagaan terhadap tradisi yang sudah mengakar selama ini khususnya di kalangan pesantren. Buku ini adalah karya kreatif dari seorang cerdikiawan muslim yang cukup diperhitungkan baik di kalangan akademisi maupun pesantren.

Selain berasal dari keluarga dan didikan pesantren, penulis buku ini juga mengenyam pendidikan filsafat di  Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara dan kemudian melanjutkan studinya di program doktoral di Universitas BostonMassachussetts, AS. Latar belakang pendidikan yang kompleks ini membuat buku yang ditulisnya kaya perspektif dan menarik untuk menjadi bacaan khalayak umum.

Selain itu, Gus Ulil (panggilan akrab Ulil Abshar) juga aktif bermedia sosial baik di facebook, twitter dan instagram sehingga ia berusaha memahami psikologi audiennya saat menuliskan kitab syarah al-Hikam ini. Jika KH Sholeh Darat menjabarkan dengan bahasa Jawa pegon yang audiennya adalah masyarakat Jawa, maka Gus Ulil mencoba menyajikannya kepada masyarakat kontemporer yang sebagian besar aktif di dunia maya. Hal ini bisa dilihat dari beberapa pilihan bahasa yang sangat aktual dan milenial. Misalnya dalam salah satu subbab ia menjelaskan ‘Bagaimana menjadi sufi di era digital?’

Selah satu kelebihan buku ini adalah kemampuan penulis menjabarkan kalam hikmah dalam kitab al-Hikam dengan bahasa yang sederhana dan pemilihan bahasa yang mudah dinalar akal. Gus Ulil memberikan dua pengertian di setiap maqalah, yakni pengertian umum dan pengertian khusus. Pengertian umum dimaksudkan untuk menjelaskan pemahaman orang-orang biasa atau orang awam. Sedangkan pengertian khusus dimaksudkan untuk menjelaskan kalam al-Hikam dengan pembahasan yang lebih rumit dan kompleks. Di akhir setiap penjelasan, Gus Ulil mencantumkan beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kalam tersebut.

Di tengah-tengah hiruk-pikuk kehidupan terutama di era medsos, kehadiran buku Gus Ulil ini menjadi oase spiritual yang meyiramkan kesejukan batin dan melahirkan sikap mawas diri dari segala tipuan-tipuan duniawi. Dalam buku ini, kita banyak diajarkan untuk lebih melihat diri sendiri ketimbang melihat dan menilai orang lain. Kita juga diajarkan bagaimana mengolah kondisi kejiwaan yang selalu ‘nyambung’ dengan sang Maha Penguasa hati dan tidak menduakannya dengan kepentingan-kepentingan duniawi. Dalam buku ini juga banyak dibahas bagaimana seseorang selalu memiliki sikap optimis, berprasangka baik dan tidak sombong. Selamat membaca!

 

Judul              : Menjadi Manusia Rohani

Penulis          : Ulil Abshar Abdalla

Penyunting   : Hamzah Sahal

Penerbit         : Alifbook & el-Bukhori Institute

Tahun Terbit    : 2019

ISBN               : 978-602-53634-2-9

Peresensi      : Abd. Halim, penulis Buku Wajah al-Quran di Era Digital dan Pimred islamsantun.org.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru