30.1 C
Jakarta
Array

Spirit Hijrah bagi Pendukung Pasangan Capres-cawapres 2019

Artikel Trending

Spirit Hijrah bagi Pendukung Pasangan Capres-cawapres 2019
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Kegaduhan akibat berita hoak yang bernuansa adu domba sudah menggejala di tingkat nasional. Tak hanya itu, kondisi kekinian memberikan gambaran betapa kepentingan pribadi dan kelompok masih menguat daripada kepentingan bersama. Klaim dukungan dalam Pilpres 2019, misalnya, sudah banyak yang menjadikan agama sebagai “jualan” yang menggiurkan. Mengaku didukung ulama dan merasa ulama yang benar-benar ulama adalah salah satu bentuk “jualannya.” Memprihatinkan memang!

Kondisi sebagaimana digambarkan di atas, akan terus berlangsung, bahkan dengan intensi yang lebih besar ketika memasuki tahun politik. Sebab, di tahun ini, terlebih pada Pilpres 2019 hanya dua kandidat capres-cawapres, sehingga muncul polarisasi di dalam masyarakat. Rakyat setidaknya akan terbelah menjadi dua kubu yang saling bertentangan. Tentu situasi ini mudah memicu perseteruan yang berujung pada konflik horizontal yang mengarah pada kekerasan dan disintegrasi.

Dalam kondisi seperti ini, diperlukan “sesuatu” yang mampu meredam gejolak sosial tersebut. Sesuatu itu bisa diterjamahkan ke dalam banyak arti. Salah satu sesuatu tersebut adalah uraian yang dapat memahamkan pihak yang berseteru/berselisih bahwa yang mereka lakukan adalah sesuatu yang “hina”. Karena, sebagaimana diungkapkan oleh al-Hafizh Syirazi, bahwa sesungguhnya dunia beserta isinya bukanlah barang berharga yang pantas diperselisihkan.

Bina Damai

Wahai rakyat Indonesia! Kekuatanmu akan hilang akibat kepentingan pribadi, egoisme, dan sikap partisan. Dan camkanlah! Kekuatan kecil sangat sanggup membuat kalian mengalami kekalahan dan bahkan kehancuran. Untuk itu, jika kalian mempunyai komitmen terhadap keutuhan NKRI, maka jadikanlah Bhinneka Tunggal Ika sebagai prinsip dalam menjalankan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Bina damai harus terus diupayakan dan selalu tercipta dalam setiap jengkal kehidupan berbangsa dan bernegara ini. Ingat! Indonesia adalah rumah bersama. Perbedaan kepentingan dan partisan adalah hal kecil yang harus dikesampingkan dan lebih mengutamakan persatuan dan persaudaraan. Bendera kita sama, dan cita-cita kita (secara keseluruhan) juga sama.

Keikhlasan dan komitmen menjada NKRI adalah dasar utama untuk hidup damai di bumi pertiwi, Indonesia. Jika dua dasar itu yang diterapkan, maka perseteruan, apalagi perpecahan akan hilang bak demi diterjang hujan lebat.

Kembali pada masalah tahun politik. Bahwa perbedaan pilihan (politik) jangan sampai menyebabkan tidak saling menyapa. Betapapun rival kalian menghantam dengan isu dan fitnah macam-macam, janganlah engkau balas dengan perbuatan yang sama. Alquran dalam surat Fushilat ayat 34 menegaskan bahwa :”Tolaklah (perbuatan buruk) dengan perbuatan yang lebih baik sehingga orang yang ada rasa permusuhan antara kamu dan dia akan menjadi teman setia.” Inilah sikap bijak nan dewasa yang diajarkan oleh Alquran dan harus dijadikan sebagai pijakan.

Spirit Hijrah

Masyarakat Indonesia patut mengambil spirit hijrah Nabi Muhammad. Sekalipun momentum Hijrah sudah lewat, namun tetap mengambil spirit Hijrah merupakan langkah bijak yang terus dilakukan. Hal ini diperlukan setidaknya karena dua hal. Pertama, hijrah adalah peristiwa lampau namun relevansinya tetap tak akan hilang diterjang masa. Kedua, mengandung sejuta makna dan makna tersebut cocok dengan kondisi Indonesia saat ini.

Spirit tersebut adalah, pertama, mengakhiri konflik yang menggerogoti Madinah kala itu. Fazlur Rahman, tokoh pemikir Islam asal Pakistan dalam sebuah buku yang sudah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Irsyad Rafsadie, Islam: Sejarah dan Peradaban menjelaskan bahwa setelah tiga belas tahun penyiaran dan perjuangan tanpa henti, namun upayanya ini cenderung stagnan, bahkan dakwahnya selalu ditentang, lantas kemudian orang Madinah (sebelum Islam dinamakan Yatsrib) justru menjalin hubungan dengan Nabi Muhammad.

Nabi, Tegas Rahman, dengan kegigihan dan karakter luhurnya yang tercermin ketika menghadapi para penentang di Makkah, dinilai oleh orang Madinah sebagai sosok yang memiliki kapasitas sebagaimana yang diharapkannya, yakni pemimpin yang mampu menyelamatkan mereka dari perseteruan yang telah lama mencekam kotanya (Madinah) dan menggerogoti penduduknya.

Kedua, mengedepankan kepentingan bersama. Setelah berunding dengan para elite dari Madinah, Nabi dinobatkan sebagai pemimpin agama dan politik di Madinah. Sungguh luar biasa! Nabi Muhammad tak menunggu lama untuk menggunakan kuasa yang beliau peroleh untuk menata Madinah. Langkah pertama yang ditempuh oleh Nabi Muhammad adalah memaklumatkan sebuah piagam yang menjamin kebebasan beragama bagi orang Yahudi sebagai sebuah komunitas, menekankan kerja sama diantara sesama Muslim, menyerukan umat Muslim dan Yahudi agar bekerja sama membina perdamaian.

Ketiga, mendamaikan dan mempersaudaraan pihak-pihak/kelompok yang berseteru. Tak sebatas membuat perjanjian yang dilandasi atas kebebasan dan kesetaraan, dalam kurun waktu yang singkat, Nabi Muhammad juga telah mengambil langkah brilian, yaitu berhasil menginisiasi terwujudnya persaudaraan yang kuat antara kaum Muhajirin Makkah dan Muslim Anshar Madinah.

Sekarang pertanyannya adalah, Kaum Muhajirin dan Anshar yang memiliki rivalitas cukup tinggi dan lama saja bisa bersaudara, tentu pendukung capres-cawapres untuk pilpres 2019 lebih bisa bersaudara melebihi persaudaraan Muhajirin dan Anshar, kan? Semoga!

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru