27.3 C
Jakarta

Spirit Hari Pahlawan untuk Melawan Radikalisme dan Intoleransi

Artikel Trending

KhazanahPerspektifSpirit Hari Pahlawan untuk Melawan Radikalisme dan Intoleransi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Hari Pahlawan adalah momentum penting untuk memompa kembali semangat kebangsaan kita sebagai bangsa Indonesia. Momen 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan melalui Keppres No. 316 Tahun 1959 tanggal 16 Desember 1959. Peringatan ini pada dasarnya bertujuan untuk mengenang peristiwa pertempuran Surabaya antara rakyat Indonesia dengan pasukan bangsa penjajah.

Sejarah mencatat, pertempuran Surabaya bermula dari peristiwa pengibaran bendera Belanda (Merah Putih Biru) oleh sekelompok orang Belanda di Hotel Yamato, Surabaya pada 19 September 1945. Padahal, saat itu pemerintah Indonesia sudah mengeluarkan maklumat usai proklamasi kemerdekaan, yakni perintah untuk mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih di seluruh wilayah di Indonesia sejak 1 September 1945.

Jelas, pengibaran bendera Belanda tersebut membuat arek-arek Surabaya geram. Masyarakat merasa dilecehkan, sebab pasukan kolonial masih berani mengibarkan benderanya padahal bangsa ini sudah merdeka. Banyak orang berkumpul di depan Hotel Yamato dan meminta bendera Belanda tersebut diturunkan dan diganti bendera Indonesia. Namun, peringatan tersebut sama sekali tidak digubris. Saat itulah, demi membela harga diri bangsa, para pemuda Surabaya akhirnya menyerbu Hotel Yamato. Mereka menyerang tentara Belanda di kamar-kamar hotel Yamato.

Di tengah perkelahian tersebut, dua orang pemuda Surabaya dengan berani menyelinap naik ke atas Hotel Yamato. Salah seorang mereka yang bernama Koesnowibowo, naik ke atas dan menurunkan bendera Belanda yang sedang berkibar. Ia langsung merobek warna biru pada bendera Belanda tersebut, sehingga menjadi bendera Merah Putih, kemudian kembali mengerek dan mengibarkannya. Akhirnya, bendera Merah Putih berkibar menggantikan bendera Belanda. Arek-arek Surabaya yang melihatnya pun bersorak gembira.

Momen heroik tersebut tercatat sejarah dan abadi dalam ingatan kita semua hingga sekarang dan selamanya, sebagai bagian dari sejarah perjuangan membela harga diri bangsa yang harus dibanggakan. Perobekan bendera Belanda tersebut menjadi bentuk ketegasan menjaga harga diri bangsa Indonesia yang saat itu sudah memproklamasikan diri sebagai bangsa yang merdeka.

Sebelumnya, pasukan Belanda datang ke Surabaya bersama pasukan Inggris. Mereka mengaku sebagai Palang Merah yang hendak mengurus tawanan Jepang. Namun, mereka malah bertindak seenaknya dan tidak menghormati bangsa Indonesia yang sudah memproklamasikan kemerdekaan.

Peristiwa perobekan bendera tersebut membuat hubungan Indonesia dan Inggris memanas. Terlebih, kemudian Brigadir Jenderal Mallaby, pimpinan tentara Inggris terbunuh. Pengganti Mallaby, Jenderal Robert Mansergh akhirnya mengeluarkan ultimatum agar rakyat Indonesia yang bersenjata melapor dan menyerahkan diri. Batas ultimatumnya adalah 10 November 1945.

Jelas, ultimatum tersebut semakin membuat masyarakat Surabaya murka. Bangsa Indonesia saat itu sudah merdeka, namun bangsa kolonial masih bertindak semaunya. Rakyat berbondong-bondong melawan. Sehingga, pada 10 November 1945 terjadilah pertempuran besar di Surabaya. Ribuan pejuang Tanah Air gugur di medan perang. Dan untuk mengenang perjuangan mereka, pemerintah pun menetapkan tanggal 10 November tersebut sebagai Hari Pahlawan.

BACA JUGA  Mengonstruksi Ruang Digital yang Steril dari Ekstremisme-Terorisme

Spirit Hari Pahlawan

Menyimak sejarah Hari Pahlawan tersebut membawa kita pada keberanian para pejuang dalam melawan bangsa kolonial demi mempertahankan kemerdekaan. Para pejuang saat itu tak sekadar melawan, namun berani mengorbankan jiwa dan raganya demi harga diri bangsa. Mereka berperang dengan senjata yang mungkin seadanya, namun dengan keberanian dan semangat besar yang menyala-nyala dalam dada.

Semangat dan spirit membela harga diri bangsa tersebutlah yang harus kita jaga sampai sekarang, bahkan sampai kapan pun. Terutama untuk menjaga bangsa ini dari berbagai ancaman terhadap kedaulatan, keutuhan, dan keharmonisan bangsa.

Salah satu tantangan tersebut, tentu adalah merebaknya intoleransi, hingga menyebarnya paham-paham radikalisme atau eksremisme agama maupun terorisme. Paham-paham  intoleran dan anti kebhinekaan tersebut merupakan ancaman serius yang mesti selalu kita waspadai. Sebab jika dibiarkan berkembang akan berbahaya dan mengancam keutuhan, persatuan, dan kesatuan bangsa.

Para pendiri bangsa ini berasal dari berbagai golongan dan identitas. Bangsa ini didirikan atas dasar kesepakatan untuk saling menghormati perbedaan. Mereka berbesar hati untuk saling menerima satu sama lain, serta bergandengan tangan membangun sebuah bangsa. Maka, menjadi berbahaya jika kita mulai alergi terhadap perbedaan, apalagi tergiur untuk menjadikan Indonesia sebagai negara yang berdasarkan atas identitas agama atau kelompok tertentu. Itu sama artinya mengkhianati kesepakatan para pendiri bangsa.

Maka, di momen Hari Pahlawan inilah, kita mesti sama-sama kembali memperkuat kesadaran kebangsaan tersebut. Dengan semangat kepahlawanan, kita semua bisa berjuang menjaga bangsa dengan terus menghalau dan meredam bibit-bibit intoleransi di lingkungan sekitar kita masing-masing. Dimulai dari lingkungan terdekat seperti keluarga, lingkungan tempat kerja, lingkungan komunitas dan organisasi, hingga lingkungan masyarakat secara luas.

Semangat kepahlawanan menjaga bangsa bisa diwujudkan dengan terus memperkuat nilai-nilai kebangsaan, seperti semangat persaudaraan, gotong royong, dan toleran atau saling menghormati di tengah kemajemukan yang ada.

Momentum Hari Pahlawan mesti mengingatkan kita kembali pada kesepakatan-kesapakatan para pendiri bangsa (founding fathers), yang telah bertekad untuk mendirikan negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Sehingga, kita tidak mudah terjerumus dalam rayuan-rayuan manis kelompok radikalisme atau ekstremisme agama yang hendak mendirikan negara khilafah.

Momen Hari Pahlawan mesti membuka lebar mata kita, bahwa di balik berdirinya bangsa ini, ada keringat, darah, dan air mata dari ribuan, bahkan jutaan pejuang Tanah Air, sehingga menjadi kewajiban kita semua saat ini untuk terus menjaga bangsa ini dari berbagai bentuk ancaman. Selamat Hari Pahlawan!

Al Mahfud
Al Mahfud
Penikmat buku, penulis lepas, Aktif menulis topik-topik radikalisme-terorisme, Alumni IAIN Kudus.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru