25.6 C
Jakarta
Array

Soleh Sosial

Artikel Trending

Soleh Sosial
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sejak sore tadi hingga dini hari malam ini gema takbir masih berkumandang di seluruh pelosok di indonesia di kota dan desa, kumandang takbir ini menandakan telah berakhirnya ritual ibadah puasa di bulan ramadhan, sebuah ritual yang bertujuan untuk menjaadikan pelaksananya menjadi insan yang bertakwa. Kata takwa memiliki manka yang mendalam yaitu melaksanakan perintah-perintah Allah dan menjauhi larangan-larangan-Nya yang menjadikan jiwa, pikiran, ucapan, sikap dan tindakan tercerahkan sehingga melahirkan ahlak yang mulia (Ahlak al-Karimah) dan rahmat bagi semesta alam (Rahmatan Li al-alamin).
Tahun ini Mentri Agama mengumumkan 01 syawal 1440 H jatuh pada tanggal 05 juni 2019, setelah sebelumnya mentri agama melakukan sidang istbat bersama para ulama dan pakar serta pihak-pihak terkait guna menetapkan tanggal 01 syawal 1440 H. Selain mengumandangkan takbir dengan berbagai pernak-perniknya yang menjadi tradisi umat muslim indonesia, terdapat banyak tradisi lain umat muslim indonesia, semisal; mudik libur lebaran, nyekar atau nyandar, unjung-unjung, dukderan dan sebagainya. Tradisi-tradisi tersebut menjadi ciri khas umat muslim indonesia, yang diklaim sebagai negara dengan penganut agama islam terbanyak di dunia.
Bersamaan dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan perkembangan tradisi baru dikalangan umat muslim indonesia yang berlaku sejak awal tahun 2000 an, yaitu tradisi berkirim pesan dan memposting status ucapan selamat hari raya, permohonan maaf dan doa ”Taqabbal Allahu Minna Waminkum Kulla Am Wa Antum Bi al-khair”, melalui berbagai media sosial, biasanya tradisi seperti ini dilakukan oleh sanak saudara yang tidak pulang mudik lebaran atau sahabat lama, sehingga mereka mengungkapkan rasa kasih sayang, rindu, permohonan maaf dan do’a mereka dengan berkirim pesan melalui berbagai media, walau tidak jarang mereka yang berkirim pesan sebenarnya akan atau sudah berjumpa.
Disadari atau tidak tradisi seperti ini terkadang membuat Hand Phone kita sulit beroprasi dengan baik karena saking banyaknya pesan yang masuk. Namun penulis sarankan agar pembaca tidak kesal disebabkan banyak-banyaknya pesan yang masuk, sebab tradisi semacam ini merupakan oleh para ulama dianjurkan di saat hari raya idul fitri tidak setelahnya, namun jika setelah hari raya idul fitri tradisi semcam ini tidak dianjurkan namun tidak pula ada larangan karena pada esensinya tradisi tersebut merupakan ungkapan rasa kasih sayang, bahkan dapat penulis yakini bahwa tradisi tersebut merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang baik dan perlu dipertahankan.
Sebagaimana dijelaskan di dalam kitab Hasyiah al-Jamal  bahwa Tradisi mengucapkan doa ”Taqabbal Allahu Minna Waminkum Kulla Am Wa Antum Bi al-khair”  yang berkembang di kalangan masyarakat saat hari raya adalah berdasarkan pada hadist dan atsar yang lemah, namun karena pada esensinya do’a tersebut diucapkan karena mengungkapkan rasa syukur atas kenikmatan dan kebahagiaan yang dicapai, maka para ulama menjadikan kisah diterimanya taubat Ka’ab setelah sebelumya ka’ab tidak ikut serta dalam perang tabuk, sebagai inspirasi dan landasan dianjurkannya tradisi tersebut.
Selain itu tradisi berkirim pesan ucapan selamat yang merupakan ungkapan kasih sayang dan kebahagiaan serta sebagai upaya untuk kembali menyucikan dan membebaskan diri dan jiwa dari kesalahan antara umat muslim sehingga nampak seperti dilahirkan kembali (kembali pada fitrah), juga  merupakan salah satu dari indikasi bahwa umat muslim di indonesia merupakan umat dan bangsa yang berbudi luhur dan menjungjung tata krama yang senantiasa rendah hati.

[zombify_post]

Muhammad Izul Ridho
Muhammad Izul Ridho
Alumni Pascasarjana UIN Khas Jember, Pengajar di PP. Mahfilud Duror II Suger Kidul Jember.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru