25.1 C
Jakarta

Sistem Khilafah hanya Romantisasi Kejayaan Islam Masa Lampau

Artikel Trending

KhazanahTelaahSistem Khilafah hanya Romantisasi Kejayaan Islam Masa Lampau
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com- Pernahkah kita berpikir mengapa narasi para aktivis khilafah dari setiap kelompok manapun selalu sama? Berbagai propaganda, narasi liar untuk mematikan peran pemerintah dan  kebobrokan yang selalu ditampilkan. Tidak heran, ketika narasi yang tersebar adalah kritik terhadap pemerintah, kemudian menawarkan solusi sistem pemerintahan Islam, kita bisa mengetahui bahwa narasi yang disajikan adalah berupa kebencian kepada pemerintah.

Dengan demikian, kita perlu kritis ketika membaca narasi kelompok khilafah supaya tidak terjebak pada solusi itu. Kritis terhadap kebijakan dan segala tetek bengek yang dilakukan oleh pemerintah merupakah keharusan. Namun, narasi kembali kepada Islam dengan upaya mendirikan khilafah, wajib kita tolak.

Diskursus tentang sistem upaya penegakan khilafah di Indonesia terus relevan hingga saat ini. Berbagai wacana terkait hubungan agama dan negara selalu mewarnai tatanan pemerintahan Indonesia. Melihat hubungan/ikatan yang terjalin itu, Amiruddin memaparkan bahwa setidaknya ada 3 aliran politik Islam, di antaranya: Pertama, kelompok integralisme menganggap bahwa agama dan negara dianggap satu dan tidak dapat dipisahkan. Artinya, misi negara adalah mendukung agama sehingga tujuan umat Muslim dalam mendirikan khilafah bisa terwujud. Oleh karena itu, semua umat muslim harus mematuhi negara dan hukum Islam.

Kedua, kelompok interseksionalisme menganggap bahwa agama dan negara adalah symbiosis mutualisme atau saling ketergantungan. Agama mengharuskan negara perlu menegakkan aturan syariah. Meskipun agama membutuhkan bangsa untuk memperoleh legitimasi, para pemikir ini menunjukkan ideologi politik yang sederhana dengan tanpa melupakan peran penting negara bagi bagi agama.

Ketiga, kelompok sekularisme menganggap bahwa negara dan agama harus dipisahkan. Kelompok ini mengklaim bahwa Nabi Muhammad Saw tidak perang memerintahkan pembentukan negara. Pembentukan negara Islam pada awalnya mrupakan faktor alam dan sejarah dalam hidup bermasyarakat, sehingga tidak mesti bagi umat Muslim membangun negara Islam atau khilafah.

Berdasarkan kelompok ini, setidaknya kita memahami bahwa, upaya yang dilakukan oleh umat Muslim, yakni para aktivis khilafah, berdasar kepada pondasi pemahaman tentang agama dan negara yang diyakini. Sikap keukeuh yang ditampilkan untuk mendirikan negara Islam berpotensi untuk memecah belah bangsa.

Bagaimana kita menanggapi ini? apakah kebebasan yang dimaknai di Indonesia, bebas memeluk agama apapun, menyuarakan pendapat, juga berarti bebas untuk menyuarakan sistem khilafah agar ditegakkan di Indonesia? Tentu tidak. Kita perlu mengecam keras segala bentuk narasi, propaganda yang dilakukan oleh aktivis khilafah yang berupaya mendirikan negara Islam di Indonesia.

Mengapa Narasi Khilafah Selalu Baik?

Khilafah yang dijanjikan oleh para aktivis khilafah untuk Indonesia hanyalah romantisasi kejayaan masa lampau. Sebab yang ditampilkan oleh mereka adalah kejayaan, kemakmuran dan kebaikan yang memabukkan. Apakah ada penerapan sistem khilafah yang korup? Jahat dan tidak sesuai dengan syariat Islam? tentu ada.

Jika khilafah yang dimaksud oleh para aktivis khilafah adalah sistem pemerintahan yang diterapkan pada masa Rasulullah Saw, para sahabat hingga kerajaan Islam yang sampai masa Turki Utsmani, di mana dalam keruntuhan kejayaan Islam selalu diperingati setiap tanggal 3 Maret, maka perlu diketahui ada khilafah yang gemar mabuk, jahat dan korup. Salah satunya adalah Al-Hadi Abu Muhammad Musa bin al-Mahdi bin al-Mansyur. Ia dilahirkan pada tahun 147 Hijriah serta menjadi khalifah karena wasiat dari ayahnya, yakni al-Mahdi. Dan tercatat sebagai khalifah keempat masa Bani Abbasiyah.

Khalifah Al-Hadi adalah pemabuk keras. Ia bahkan menjadi dalang dari pembunuhan ibunya yang meninggal dengan alasan, sang ibu terlalu mencampuri urusan kerajaan. Kisah-kisah khalifah yang korup, tidak manusiawi, tidak pernah dimunculkan oleh para aktivis khilafah. Mereka hanya memunculkan kejayaan Islam yang begitu sejahtera, makmur dan memberikan kenyamanan bagi rakyatnya dengan berbagai kebijakan yang terdapat dalam Islam.

Padahal, di balik dari kisah kejayaan Islam yang luar biasa. Ada pula kisah khalifah yang tidak sejalan dengan Islam. Kisah-kisah khalifah yang berbanding terbalik dengan ajaran Islam itu perlu kita ketahui. Hal ini untuk menjadi referensi pengetahuan bagi kita umat Muslim, agar tidak mudah terprovokasi oleh propaganda yang dilakukan oleh aktivis khilafah.

Berdasarkan hal tersebut, kita dapat memahami pula bahwa, sistem khilafah yang dikoar-koarkan ke publik hanyalah romantisasi kejayaan Islam, bukan tuntunan Islam. Ini tidak lebih dari gerakan politik untuk meninabobokkan umat Islam dengan kebencian kepada Barat, sehingga merasa paling syariat dan merasa si paling Islam. Wallahu a’lam.

Muallifah
Muallifah
Perempuan Madura yang sedang aktif di komunitas Puanmenulis. Bisa disapa melalui Instagram @muallifah_ifa

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru