30.1 C
Jakarta
Array

Sinergi Antarnegara Mutlak untuk Berangus Radikalisme

Artikel Trending

Sinergi Antarnegara Mutlak untuk Berangus Radikalisme
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Jakarta- Paham radikal atau radikalisme yang ada di Indonesia adalah paham kekerasan yang berasal dari luar negeri (impor). Ironisya, ideologi transnasional itulah yang kini menjadi momok dalam menjaga keutuhan dan perdamaian di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Fakta itulah yang mengharuskan Indonesia, melalui Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), terus memperkuat sinergi dengan negara-negara lain, agar penyebaran dan aksi radikalisme antarnegara bisa ditanggulangi. Apalagi, dengan telah disahkannya Undang-undang (UU) Anti-Terorisme yang baru, penanganan radikalisme dan terorisme, baik di dalam maupun di luar negeri bisa lebih terarah dan tepat sasaran.

“Radikalisme dan terorisme bukan sekadar fenomena, sehingga kerja-kerja deradikalisasi dan kontraradikalisasi harus ditingkatkan, termasuk sinergi dengan negara-negara lain. Radikalisme di negara kita sekarang ini adalah produk impor dari negara tertentu sehingga institusi di Indonesia, dalam hal ini BNPT, harus mengetahui asal dan cara pengananannya dengan bekerja sama dengan badan sejenis di negara lain,” ujar anggota Komisi III DPR dari Fraksi PPP Arsul Sani, di Jakarta, Senin (9/7).

Sejauh ini, ia menilai kinerja BNPT dalam bersinergi dengan badan internasional sudah sangat baik. Terbukti BNPT aktif di setiap konferensi antiterorisme. Terakhir Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius diundang dan memaparkan strategi penanggulangan terorisme di Indonesia, dalam KTT Badan Anti-Teror seluruh dunia di markas besar PBB, beberapa pekan lalu.

Bahkan, upaya lunak BNPT dalam menjalankan program deradikalisasi dengan merangkul dan memanusiakan mantan napi terorisme dan keluarganya, menjadi acuan negara-negara lain. Pasalnya, selama ini penanganan terorisme, terutama di luar negeri, hanya difokuskan pada tindakan hukum saja.

Belanda langsung mengutus Menteri Luar Negeri Stephanus Abraham Blok datang dan melihat langsung cara deradikalisasi Indonesia di Yayasan Lingkar Perdamaian pimpinan mantan teroris Ali Fauzi, adik bomber Bom Bali Amrozi, di Lamongan. Di sini, ada sekitar 37 mantan napiter telah sepakat untuk menjadi agen perdamaian dengan membangun lembaga pendidikan terhadap anak dan keluarga mantan napiter.

Mereka juga mengajak rekan-rekannya yang belum ‘sembuh’ untuk kembali ke jalan yang benar. Hal yang sama juga dilakukan di Desa Mencirin, Deliserdang, Sumatera Utara. Di tempat ini, mantan teroris, Khoirul Ghazali memimpin pondok pesantren yang sebagian besar santrinya anak teroris.

Sebelumnya, sudah banyak badan antiteror dari berbagai datang ke Indonesia untuk bertukar pikiran dalam penanganan terorisme. Salah satu fokus dari kedatangan mereka adalah mendalami cara pendekatan lunak BNPT.

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru