26.1 C
Jakarta

Siaga Tempur Mengikis Terorisme Pascamudik

Artikel Trending

Milenial IslamSiaga Tempur Mengikis Terorisme Pascamudik
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Mati satu tumbuh seribu. Tak terjadi pada hari-bulan lalu, bisa terjadi pada hari-bulan ini. Kiranya begitu pepatah yang pas untuk menggambarkan ‘regenerasi’ radikalisme-terorisme di negeri ini.

Menyisakan Tanda Tanya

Mengapa? Sebab, kemarin saja, tertangkapnya teroris asal Uzbakistan masih menyisakan tanya. Benarkah mereka tidak bekerjasama dengan teroris lokal di Indonesia? Atau jika benar tidak, bagaimana mereka membangun jaringan propaganda dan rekrutmen di Indonesia?

Memang begitu krusial jika kita tidak bisa mengakses bagaimana jalannya aktivitas terorisme itu. Kadangkala, Warga Negara Asing (WNA) mengaku sebagai seorang pengungsi ke Jakarta (muhajir), seperti kebanyakan tinggal di Jakarta. Namun faktanya, mereka memiliki agenda lain, yakni untuk mengedarkan paham radikal-teror, karena mereka sebelumnya sudah menjadi bagian dari jaringan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) di Indonesia.

Hampir selalu terjadi. Meski mereka selalu ditangkap, tapi tidak jera, tidak kapok. Belakangan, meski beberapa di antara amirnya sudah bertobat dan mencoba membangun marwah dengan program redikalisasi, tapi faktanya masih saja semakin parah. Mereka mengedarkan ajaran dan paham radikal di grub-grub WA, beserta sejumlah tulisan tentang kisah-kisah sahabat Rasulullah yang dianggap bisa menjadi contoh teladan di dalam terorisme.

Terorisme Pascamudik

Ini yang sering terjadi. Dan tampaknya tak mudah untuk menghilangkan paham mereka. Karena itu, kita perlu awas. Mengingat, minggu ini, Indonesia menjalani mobilitas arus balik mudik yang tinggi. Menurut pemerintah, tahun ini merupakan yang tertinggi dibanding 2019 sampai 2022. Sehingga, arus baliknya juga akan menjadi arus balik tertinggi sepanjang tahun ini.

BACA JUGA  Cara Jitu Menangani HTI dan Gerakan Bawah Tanah Khilafahers

Meningkatnya arus mudik, episentrum teror juga meningkat. Potensily, setidaknya banyak korban yang akan berjatuhan bila tidak dicegah sejak dini. Fakta memiriskan ini yang seharusnya kita khawatirkan dan pikirkan. Karena, kita tahu, teroris tidak punya akalbudi untuk bersimpati kepada manusia lainnya.

Rasa kemanusiaannya telah hilang, tergerus oleh rong-rongan ideologi yang menancap di pikirannya. Mereka tidak memiliki sisa rasa takut, gentar, ataupun malu. Begitu ada kesempatan terbuka di hadapan mereka, bom pun tanpa sungkan mereka ledakkan. Mental jihad palsu sudah meresap terlalu dalam keseharian para teroris.

Siaga Tempur

Mereka tidak peduli dengan nyawa manusia, tidak peduli dengan keagamaan dan timbulnya kerusakan. Dengan murah dan gampangnya mereka menghilangkan rasa kemanusiaan dan arti agama-kehidupan yang sesungguhnya. Mungkin, dalam benak mereka hanya ada jihad, jihad, surga, surga dan khilafah.

Karena itu, dalam setiap tindakan mereka, tendensi untuk melakukan praktik-praktik kejahatan dan kekerasan selalu niscaya.

Apalagi, saat ini keberanian mereka sangat tinggi, ditambah faktor lembaga penindaknya yang tak tangguh, lembek dan lumpuh. Terlihat lembaga ini juga miskin taktik dan strategi, dan malah sibuk dengan urusan rumah tangga sendiri sehingga menguras banyak energi. Dengan segala kompleknya masalah yang terjadi, teroris harus tetap tiada.

Arus mudik pasca Idulfitri tidak patut memberikan keleluasaan bagi para teroris. Kita sama-sama harus siaga tempur melawan terorisme pasca mudik ini.

Agus Wedi
Agus Wedi
Peminat Kajian Sosial dan Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru