26.1 C
Jakarta

Tata Cara Shalat dan Amalan Khusus di Tahun Baru

Artikel Trending

Asas-asas IslamIbadahTata Cara Shalat dan Amalan Khusus di Tahun Baru
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Tahun baru adalah proses pertambahan sekaligus proses pengurangan, proses bertambah karena secara hitungan digit angkanya selalu bertambah, proses pengurangan karena jatah kita menghirup udara segar di bumi semakin berkurang, ternyata usia bumi sudah begitu tua, sudah saatnya bumi di istrirahatkan dari kerjanya yang berat, perlu pembaharahuan dan penyegaran terhadap bumi kita yang sudah tua usianya. 

Tahun baru adalah suatu momen yang berdaur ulang setiap tahun, suatu momen yang selalu datang dan pergi, kemudian datang kembali. Momen dimana kebanyakan orang bergembira menyambutnya, semua elemen masyarakat berduyung-duyung untuk menyongsong kedatangan tahun baru ini, hal yang pasti dilakukan ketika momen tahun baru adalah mengganti kalender lama dengan kalender yang baru, memperbaharuhi harapan lama dengan harapan yang baru, dan beribu-ribu doa dipanjatkan semoga dan semoga satu tahun yang akan datang dipenuhi keberuntungan, keberkahan, dan kebahagiaan.

Tidak sedikit masyarakatat yang merayakan tahun baru ini dengan bersuka ria dengan melihat gemericik cahaya kembang api dan gemuruh suara terompet. Hal ini dilakukan dengan satu asa yaitu untuk memulai tahun baru dengan perasaan suka ria, dengan demikian diharapkan satu tahun kedepan juga ikut bahagia, suatu yang diawali dengan senyuman akan diakhiri dengan senyuman pula, terlepas dari fenomena yang terjadi di era kontenporer ini dengan semakin menguatnya Islam kanan yang menyerukan bahwa merayakan tahun baru adalah haram sehingga banyak yang beralih dari meniup trompet ke dzikir bersama. Ini adalah suatu proses menuju suatu peradaban yang insani, yaitu merayakan tahun baru dengan cara berdzikir dan mengingat Allah. 

Terlepas dari hal yang demikian ternyata Islam itu kontektual dan lentur karena bisa menyesuaiakan dengan segala zaman dan situasi, dengan demikaian menuju peradaban yang lebih maju bisa dilaksankan dengan jalan kebaikan. Merayakan apapun dibolehkan asalkan didalamnya termuat hal kebaikan dengan mengingat allah, bukan tujuan hidup ini untuk selalu bisa merasakan kehadiran dan nikmat Allah dalam setiap halnya..?

Momen tahun baru adalah momen dimana harusnya setiap insan menata kembali niat dan tujuan hidupnya untuk kemudian di afirmasi dalam alam sadarnya agar segera diwujudkan. Sehingga dalam menjalani satu tahun kedepan apa yang dilakukan tidak bersebrangan dengan niatnya yang awal, atau minimal ketika mengalami persimpangan ditengah jalan mampu melakukan perbahuran niat, sehingga insan tersebut kuat dan istiqomah menuju sesuatu yang diharapkannya. 

Secara umum betapun beragamnya harapan dan keinginan setiap insan, ada satu titik temu dari setiap harapan tersebut yaitu menemukan keselamatan dan kebahagiaan di akhir perjalanan. Setiap insan selalu berusaha dan berlomba dengan segala rutinitas dan aktifitasnya untuk mencapai satu tujuan yaitu keselamatan dan kedamaian, keselamatan dan kedamaan adalah tanda kesuksesan setiap Insan. 

Tak perduli situasi dan kondisi setiap insan selalu mengerahakan seluruh energi menuju satu titik ini, yaitu titik keselamatan. Terlebih ditahun baru impian untuk segera sampai pada titik ini menemukan momennya, energi untuk sampai pada titit tersebut pada momen ini begitu memuncak bagaikan handphone yang baru di charger penuh. 

Untuk bisa sampai kepada titik ini, yaitu titik keselamatan kita perlu dan butuh melakukan sesuatu, kita butuh berjuang. Nah sesuatu tahapan untuk bisa sampai pada titik ini tersiratkan dalam gerakan sholat. 

Seperti kita tahu semua bahwa gerakan sholat pasti diakhiri dengan salam. Salam secara bahasa adalah keselamatan dan kebahagiaan. Salam adalah suatu titik keselamatan yang didapat setelah kita melakukan ibadah sholat. Sholat adalah suatu ibadah yang diawali dengan proses niat, takbirotul ihrom membaca fatihah sampai kepada rukuk, I’tidal, sujud dan di akhiri dengan salam.

Untuk bisa sampai pada titik salam, yaitu titik yang selalu diharapkan setiap insan, maka hal yang harus pertama di lakukan adalah niat yang dibarengi dengan takbirotul ihrom. Niat adalah kunci dari segala sesuatu, niat adalah system aplikasi yang harus terpasang pada software. Niat harus terpasang pada mindset pikiran manusia agar segala system yang bekerja sesuai dengan alurnya, apabila kita melakukan penyimpangan maka system tersebut mengalami error dan harus diinstal ulang, niat adalah serangkain tekat yang harus diafirmasi dalam sanubari manusia, niat saja ternyata tidaklah dianggap cukup untuk sampai pada titik salam, oleh kaneranya niat harus dibarengi dengan takbiratul ihrom, yang secara maknawi diartikan kekuatan yang mulia, jadi niat untuk sampai pada keselamatan harus dibarengi dengan tekat kuat yang mulia, kenapa mulia artinya jangan sampai kita menginstal niat yang salah diawal pergerakan.

BACA JUGA  Besarnya Pahala Menghidupkan Malam-malam di Bulan Rajab

Kemudian langkah selanjutnya setalah niat yang dibarengi dengan takbiratul ihrom adalah membaca doa iftitah dan surat al-fatihah. Setelah melakukan niat yang disertai tekat yang mulia maka langkah selanjutnya adalah iftitah dan fatihah, yang secara maknawi diartikan dengan membuka kran informasi, membuka kran ilmu pengetahuan, membuka kran jaringan, yang jelas tahap ini ditandai dengan kita membuka pikiran dan mindset untuk diarahkan mencari strategi agar bisa sampai pada titik salam. Kita wajib membuka pikiran untuk menerima masukan, saran, kritik, ilmu agar pikiran kita terbuka dan luas dalam memandang sesuatu.

Setelah membaca iftitah dan dan al-fatihah tahab berikutnya yang harus dilalui adalah rukuk, rukuk disini diartikan sebagai berusaha dengan bersungguh-sungguh tetapi selalu melihat kadar dan porsinya. Itulah sebabnya jumlah rekaat/rukuk dalam sholat selalu berbeda. Subuh dua rekaat, Dhuhur empat rekaat, Mahrib tiga rekaat. Hal ini menunjukan bahwa setiap usaha yang kita lakukan harus mengetahui kadarnya, kapan kita harus berjuang dengan kekuatan empat rekaat, kapan kita harus berusaha dengan kekuatan dua rekaat, dan tahu juga kapan kita harus menggunakan kekuatan tiga rekaat. Intinya pada tahap ini kita harus mengetahui porsi dan kadar diri kita dalam melakukan sesuatu. 

Setalah kita melakukan rukuk maka tibalah saatnya kita pada posisi I’tidal, yang diartikan sebagai keadilan, orang yang adil adalah orang yang tau kadar kemampuan dirinya. Orang adil adalah orang yang bisa berlaku pertengahan, tidak ekstrem kanan dan ekstrim kiri. Titik akhir salam itu bisa dicapai apabila orang tersebut telah mampu berlakuk adil, baik untuk dirinya maupun orang lain. Terlebih baik lagi apabila orang tersebut sudah bisa berlaku adil sejak dalam pikrannya. Serangkaian proses dari dari niat sampai rukuk mutlak dilakukan agar orang bisa sampai pada titik salam. 

Akan tetapi apabila seseorang hanya sampai pada tahap I’tidal biasanya orang tersebut lupa akan jati dirinya, bisa terkena virus sombong dan jumawa. Oleh karennya langkah berikutnya adalah sujud, yaitu penyerahan total kepada sang kuasa, bahwa apa yang telah dilakukannya itu semata-mata untuk mencari keselamatan yang telah dijanjikan. Oleh karenanya setelah pasrah dengan bersujud kita akan sampai pada tahap duduk diantara dua sujud, tahab ini ditandai dengan merenung sejenak apa yang telah dilakukan dan apa yang akan dilakukan. Pada tahap ini juga ditandai dengan inti dari aktifitas sholat tersebut. Dimana pada tahap ini inti dari doa manusia dipanjatkan. 

Setelah melakuakn tahap ini langkah berikutnya adalah sujud kembali untuk menyerahkan sesuatunya kepada sang pencipta, setelah ini semua dilakukan tibalah manusia ada tahap tahhiyat atau tasyahud, tahiyat bisa diartikan adalah penghormatan. Posisi dimana manusia sudah mulai mendapatkan kehormatan, pangkat dan kedudukan. Pada tahap ini manusia harus lebih berhati-hati karena tak jarang pangkat terhormat ini membuat kita jumawa dan sombong, makanya perlu diingatkan kembali dengan adanya sujud sahwi, agar manusia tersebut tidak lupa akan niatnya awal tadi.

Setelah melakukan tahap itu semua barulah manusia tersebut sampai pada titik salam atau keselamtan, yang ditandai dengan menoleh kearah kanan dan menoleh kearah kiri. Ini artinya bahwa keselamatan yang kita dapatkan harusnya bisa membuat orang lain yang berada disekeliling kita mendapatkan rasa aman dan selamat juga. Keselamatan Bersama adalah tujuan yang hakiki, bukan hanya mengejar keselamatan diri sendiri.

Dengan demikian pada dasarnya pada momen tahun baru, kita disuruh merayakannya dengan cara sholat. Melakukan sholat disertai renungan dan penghayatan. Karena hal ini adalah hal yang sangat baik untuk membentuk peradaban yang insani. Tahun baru, harapan baru, langkah baru menuju satu titik temu dari beragam harapan yang dipanjatkan oleh setiap insan yaitu keselamatan.

[zombify_post]

Ahmad Khalwani, M.Hum
Ahmad Khalwani, M.Hum
Penikmat Kajian Keislaman

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru