27.3 C
Jakarta
Array

Shalawat Bagi Nabi Pembawa Rahmat

Artikel Trending

Shalawat Bagi Nabi Pembawa Rahmat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

“Al-Syâfiʻi masuk surga tanpa hisab karena shalawat yang ditulisnya dalam kitab al-Risâlah”, Sabda Rasulullah saw dalam mimpi Syeikh Al-Isfahani.

Pada penghujung bulan Rabiul Awwal, bulan maulid, bulan kelahiran Baginda Nabi Besar Muhammad saw, kita akan sedikit mengupas tentang shalawat.

Shalawat merupakan bentuk plural dari shalat. Secara etimologi shalawat berarti doa. Arti menurut bahasa ini cukup menggambarkan bagi kita tujuan dan manfaat dari shalawat baik yang dimaksud shalawat itu sendiri maupun shalat yang menjadi salah satu rukun Islam. Hakikatnya orang yang shalat dan bershalawat adalah berdoa untuk dirinya sendiri.  Perbedaan penggunaan kata shalawat dan shalat dalam bahasa Arab biasanya ditandai dengan tambahan huruf ʻalâ setelah kata shalawat sebagai pengalihan fungsi dari kata intransitif menjadi kata transitif. Sebab dalam shalawat mempunyai objek dari doa yang dimuatnya, yakni Baginda Nabi Besar Muhammad saw.

Sejatinya arti shalawat itu bergantung pada sosok pelaku yang bershalawat. Jika Allah swt yang bershalawat maka berarti memberi rahmat. Saat malaikat yang bershalawat maka yang dimaksudkan adalah memohonkan ampun. Ketika manusia yang bershalawat maka bermakna doa. Jadi tidak perlu heran jika Allah swt juga bershalawat bagi orang yang mau bershalawat untuk teladan terbaik, Nabi Muhammad saw.

Berbicara mengenai shalawat kepada Rasulullah saw, kita akan disuguhkan ‘seabrek’ dalil tentang keutamaannya. Mulai dari mendapat syafaat hingga memperoleh rahmat. Oleh karena itu para ulama berlomba-lomba merangkai untaian shalawat terbaik bagi sosok insan termulia yang mereka warisi ilmunya, Nabi Agung Muhammad saw.

Salah satunya gubahan shalawat al-Syâfiʻî yang diabadikan dalam master piece-nya al-Risâlah, sebagaimana berikut:

فصلى الله على نبينا كلما ذكره الذاكرون وغفل عن ذكره الغافلون وصلى عليه في الأولين والآخرين أفضل وأكثر وأزكى ما صلى على أحد من خلقه وزكانا وإياكم بالصلاة عليه أفضل ما زكا أحدا من أمته بصلاته عليه والسلام عليه ورحمة الله وبركاته. فصلى الله على محمد وعلى آل محمد كما صلى على إبراهيم وآله إبراهيم أنه حميد مجيد.

Tidak sedikit karya-karya ulama yang ditulis khusus untuk menghimpun untaian shalawat pada Nabi penutup, Nabi Muhammad saw, sebut saja kitab Dalâil al-Khairât, Jâmiʻ al-Shalawât wa Majmaʻ al-Saʻâdât fî al-Shalâh ʻala Sayyid al-Sâdât yang ditulis oleh Syeikh Yûsuf bin Ismâʻîl al-Nabhânî dan masih banyak lagi. Belum lagi tulisan shalawat yang termuat dalam biografi singkat Nabi saw yang kita kenal sebagai kitab Mawlid.

Konon redaksi shalawat Nabi saw terbaik adalah shalawat Ibrâhimiyyah yang nota bene paling sering diucapkan oleh setiap muslim dalam tasyahhud akhir shalat. Sebab redaksi shalawat tersebut langsung diajarkan oleh Nabi Muhammad saw kepada para sahabat seusai turunnya Qs. Al-Ahzâb [33]: 56. Ketika itu para sahabat bertanya, “Kami sudah tahu bagaimana cara bersalam kepada Engkau wahai Nabi saw. Lalu bagaimana cara kami bershalawat kepadamu wahai Rasul saw?” Nabi Muhammad saw pun mengucapkan redaksi shalawat Ibrâhimiyyah sebagaimana yang kita kenal hinggal saat ini.

Acapkali dalam redaksi shalawat, para ulama menyelipkan doa-doa tertentu sesuai dengan hajat dan kebutuhan yang dinginkan. Doa-doa itu dirangkai dengan shalawat agar mendapat sokongan penuh dari sosok yang di-shalawati, Nabi Muhammad saw. Konon shalawat yang disusun oleh para ulama ada ribuan hingga puluhan ribu redaksi. Tidak sedikit redaksi shalawat yang mempunyai khasiat untuk doa-doa tertentu, diantaranya adalah shalawat Nâriyah yang disusun oleh Syeikh Muhammad Al-Tûnisî, shalawat al-Munjiyât untuk doa penyelamat, shalawat al-Anwâr untuk penerang, shalawat Thibb al-Qulûb untuk penyembut penyakit lahir maupun batin, shalawat al-Fâtih sebagai pembuka segala yang telah tertutup, shalawat al-Farah untuk kebahagaiaan, shalawat pengampun dosa yang disusun oleh Habib Shaleh bin Muhsin al-Hâmid, hingga shalawat agar cepat naik haji.

Shalawat merupakan satu-satunya dzikir yang masih bisa diterima walaupun diucapkan saat bercanda. Ini menjadi kesempatan bagi kita yang masih sering suka bercanda untuk memperbanyak ‘tabungan’ dzikir kita. Nabi Muhammad saw dan para ulama telah mengajarkan bagi kita bagaimana cara bershalawat. Sebagai manusia yang mempunyai kebutuhan dan keinginan ‘menggunung’, kita masih bisa mewujudkannya melalui shalawat pada Nabi pembawa rahmat. Allahumma Shalli ʻalâ Sayyidinâ Muhammad Qad Dlâqat Hîlatî Adriknî Yâ Rasûlullâh.(Ali Fitriana) 

 

 

Harakatuna
Harakatuna
Harakatuna.com merupakan media dakwah berbasis keislaman dan kebangsaan yang fokus pada penguatan pilar-pilar kebangsaan dan keislaman dengan ciri khas keindonesiaan. Transfer Donasi ke Rekening : BRI 033901002158309 a.n PT Harakatuna Bhakti Ummat

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru