31.8 C
Jakarta
Array

Sesederhana Mahar untuk Maharani

Artikel Trending

Sesederhana Mahar untuk Maharani
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Novel ini menceritakan seorang lelaki bernama Salman yang jatuh hati pada gadis salihah, kawan karibnya yang bernama Maharani. Seorang gadis sederhana yang membuat dirinya berubah menjadi sosok yang lebih baik. Sebagai mahasiwa yang tidak lulus a.k.a wisuda tepat waktu—tetapi diwaktu yang tepat, merupakan tantangan tersendiri untuk dapat meyakinkan Pak Umar, ayah Maharani. Dibumbui dengan kehadiran Dimas, anak Pak Haji Kahfi, yang secara kualitas jauh di atas Salman, dalam hubungan tanpa status yang masa depannya belum jelas, semakin memotivasi Salman untuk segera menyelesaikan kuliah dan bekerja demi mimpinya memiliki Maharani. Namun, setelah lulus kuliah, Salman justru menjadi seorang petani kangkung yang dinilai oleh Pak Umar justru sangat tak masuk akal putrinya akan dinikahkan dengan Salman.

Akankah Salman berhasil memiliki Maharani? Bagaimana perjuangan Salman? Apakah Dimas tinggal diam? Mengapa Pak Umar begitu keras? Jawabannya sesaat lagi, setelah pariwara berikut ini.

Diselingi dengan kisah lain, seorang mahasiswa yang memiliki tekad kuat demi cita-cita dan melaksanakan amanah orang tuanya, menjadikan novel ini tidak monoton.

Siapakah dia? Mengapa tekadnya begitu kuat? Apakah bumi bulat?

Seperti buku karya Azhar Nurun Ala yang lain, saya selalu menangkap pesan-pesan yang disampaikan penulis selain ceritanya itu sendiri, ada pesan religi dalam novel ini. Selain itu, kisah tokoh utama yang ‘galau’ demi wanitanya kelak, bisa dikaitkan dengan dilema sebagian orang yang baru saja lulus sarjana: apakah akan menikah, kerja atau lanjut kuliah, begitu menarik disajikan. Menikah, bagaimana masa depan keluarga kelak atau minimal bagaimana meyakinkan pihak keluarga wanita. Dilema, apakah akan mencari kerja sebagai karyawan di kota—rantau ataukah hidup sebagai pewirausaha—bertani, membangun kampung halaman, juga sebagai hidangannya. Setidaknya itu hal tersirat yang saya petik.

Dari novel ini juga, menyadarkan pembaca akan perkara jodoh yang sekali lagi rahasia Sang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Dibalik pengharapan dan ikhtiar yang besar, perlu diiringi kepasrahan yang tak kalah besar pula. Asa yang optimis adalah keharusan, karena semesta akan berkonspirasi meng-iya-kan, ‘mestakung’ alias semesta medukung.

Pada tokoh-tokoh yang dihadirkan, saya justru salah fokus pada Ajran. Tokoh dengan karakter yang memiliki tekad kuat, amanah, religius, dan yang pasti membuat pembaca tak menduga-duga apa yang dilakukan Ajran diakhir cerita.

Adegan pada bagian akhir novel ketika Ajran bertemu Salman di saung dan menceritakan dari mana dan apa yang dia lakukan sebelumnya, benar tak terduga dan mengirim pesan tersirat bahwa akan ada novel sekuelnya.

Deskripsi tempat dan alur cerita membuat pembaca seakan-akan turut terlibat dalam kisahnya, tak jarang senyum dan sesak akan dirasakan disela-sela konsentrasi.

Latar cerita yang berbeda-beda antar bab, bisa membuat pembaca sedikit bingung diawal. Tetapi dari ‘kekurangan’ itu, novel ini justru semakin menarik, penulis terkesan cerdas sehingga novelnya tampak tidak “lurus-lurus” saja. Ada hal yang mungkin tertebak, tetapi hal lainnya diluar perkiraan.

Judul: Mahar untuk Maharani

Penulis: Azhar Nurun Ala

Tebal: 250 halaman

Penerbit: Lampu Djalan

Tahun Terbit: Desember 2017.

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru