27 C
Jakarta

Serial Pengakuan Napiter (C-LI-III): Eks Napiter Aris Widodo Bebas dari Penjara Jadi Seles dan Akhirnya Bertani

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Napiter (C-LI-III): Eks Napiter Aris Widodo Bebas dari Penjara Jadi...
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Terorisme menjadi isu global. Isu ini terdengar di pelbagai penjuru dunia. Termasuk di Indonesia. Isun terorisme di Indonesia mulai memuncak berawal dari pengeboman yang dilakukan oleh Amrozi cs di Bali. Sampai kemudian mereka mendapat hukuman mati.

Apakah isu terorisme berakhir sampai di situ? Ternyata, tidak. Banyak bangsa yang terjebak dalam kasus kejahatan ini. Semisal, Ali Imron, Umar Patek, dan masih banyak yang lainnya. Termasuk juga Aris Widodo yang sekarang sudah bertobat.

Tulisan ini tertarik untuk membahas cerita Aris selama terlibat dalam kasus terorisme sampai dia hijrah ke jalan yang benar. Aris adalah warga Karanganyar yang terlibat konflik Poso.

Awal keterlibatan Aris dalam terorisme adalah ketika dia mengirim surat kepada kelompok radikal di daerah itu. Isi suratnya menyoal bantuan ternak untuk kurban Idul Adha. Surat itu dikaitkan dengan kelompok Jamaah Islamiyah (JI) sehingga dia ditangkap.

Aris divonis hukuman selama lima tahun penjara, ia menjalaninya di tiga lembaga pemasyarakatan (lapas) berbeda. Pertama, Lapas Markas Komando (Mako) Korps Brigade Mobil (Brimob) Kelapa Dua, Depok, kemudian pindah ke Lapas Kelas IIA Sragen, dan terakhir Lapas Nusakambangan sebelum bebas bersyarat pada 2012 lalu.

Sebelum ditangkap, warga Kecamatan/Kabupaten Karanganyar itu pekerjaan sehari-harinya berwirausaha rental komputer. Saat menjalani hukuman, usaha itu kolaps sehingga membuatnya harus beralih pekerjaan.

BACA JUGA  Abdullah Sonata: Eks Napiter dan Perjalanan Menuju Deradikalisasi

Aris sempat menjajal menjadi sales keliling, kemudian menjadi petani dan bergabung dengan kelompok tani. Aris mengakui sempat ada warga sekitar tempat tinggalnya yang ketakutan bahkan sampai sakit. Warga itu ketakutan karena khawatir ikut kena tangkap lantaran pernah dekat dengan Aris.

Aris menyebut hingga saat ini masih menggarap lahan sawah seluas 3.000 meter. Berbekal kartu tani, ia bisa membeli pupuk bersubsidi yang bisa ia aksesnya dengan mudah. Selain itu, bantuan dari BNPT ikut membuat usahanya itu berjalan lancar.

Ihwal perjalanannya hingga ditangkap, Aris mengaku tak mendapat indoktrinasi dari kelompok tertentu, melainkan hanya mengikuti kajian dan buku-buku. Ia yang tak setuju dengan bom bunuh diri tersebut hanya menjalankan keyakinannya saat itu, membantu umat muslim yang dizalimi.

Aris enggan menyebut dirinya sebagai sosok berpikiran radikal hingga ingin mencelakai orang lain. Namun, jika umat Islam dizalimi oleh siapa pun, ia hanya ingin berjihad dan membantu mereka. Apa pun itu, Aris melanjutkan saat ia dianggap melakukan tindakan terorisme, ia hanya bisa pasrah.[] Shallallahu ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita eks napiter Aris Widodo yang dimuat di media online Suarajawatengah.id

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru