27.6 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (C-L-III): Babeh, Mantan Napiter yang Dikafirkan Temannya Sendiri

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (C-L-III): Babeh, Mantan Napiter yang Dikafirkan Temannya Sendiri
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Pengaruh terorisme memang cukup besar memakan korban. Disebut korban, karena pelaku teror hampir berasal dari orang yang secara latar belakang kurang mendalam pengetahuan keagamaannya sehingga ia mudah terjebak dalam narasi yang menyesatkan. Meski begitu, sudah banyak pula narapidana teroris (napiter) yang sudah hijrah dari paham radikal ini menuju paham moderat, yaitu Islam rahmatan lil alamin.

Proses hijrah ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan. Tentu, hijrah ini melewati proses panjang, mulai perenungan, menganalisa, hingga menyatakan ikrar hijrah dengan tobat yang sesungguhnya atau, dalam istilah agama disebut dengan, ”taubatun nashuha”. Salah seorang yang sudah hijrah adalah Bujono alias Babeh.

Babeh adalah mantan anggota ISIS Indonesia. Dia mengaku pernah menculik seorang pendeta. Bahkan dia mengklaim pernah mengucap sumpah mati dalam rencana serangan ke Bandara Internasional Soekarno-Hatta, 2016 silam. Kemudian, dia ditangkap oleh pihak kepolisian dan dimasukkan ke dalam penjara selama beberapa tahun.

Selama di penjara inilah Babeh mengalami titik balik yang cukup menggembirakan. Di sana dia tinggal bersama orang yang mengklaim diri sebagai Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Babeh pernah dikafirkan, gara-gara anaknya sekolah negeri. Bagi mereka, belajar Pancasila sudah musyrik. Oleh sebab itu, Babeh paham bahwa mereka memiliki pemahaman ”takfiriyah”, yang ”mengkafirkan siapa saja yang tak sepaham dengan dia”.

Apalagi, Babeh mendapatkan informasi terkait bom bunuh diri di Surabaya tahun 2018 yang melibatkan anak-anak dan perempuan. Dia mulai mempertanyakan aksi-aksi terorisme itu, ”Apakah perang dalam Islam seperti itu?” Babeh tahu, bahwa Islam melindungi anak-anak dan perempuan, sehingga Islam tidak memperbolehkan mereka terlibat dalam perang. Maka, bagi Babeh, aksi-aksi terorisme itu bertentangan dengan ajaran Islam yang sebenarnya.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXIII): Badri Wijaya Terpapar Terorisme karena Ketidaktelitian Menerima Informasi

Setelah hijrah dan bertobat dari terorisme, Babeh masuk Yayasan DeBintal, yayasan yang memediasi mantan teroris yang ingin kembali produktif, baik dalam perihal ekonomi dan lain-lain. Di sana dia berperan sebagai pengemudi. Dia bersama teman-teman satu yayasan melakukan penjemputan narapidana teroris yang baru keluar dari penjara. Mengajak untuk tidak lagi mengambil jalan teror. Yayasan DeBintal melakukan pendekatan ekonomi kepada mantan napiter.

Lewat Yayasan DeBintal ini mantan napiter disupport untuk melangkah ke arah yang lebih baik, terutama dalam soal ekonomi. Karena, dengan kemapanan ekonomi seseorang tidak mudah terpengaruh oleh paham teror yang membahayakan. Beruntungnya, mantan napiter yang gabung dengan DeBintal dari Cirebon sudah ada yang keliling pakai motor untuk jualan. Pagi hari mereka sudah berangkat kerja.

Sebagai penutup, Babeh menjadi bukti bahwa mantan teroris masih sangat mungkin untuk memperbaiki diri dan bertobat di hadapan Tuhan. Dengan cara itulah dia akan kembali menjadi manusia yang mulia selagi tidak mengulangi dosa yang serupa. Babeh bersyukur sampai di titik pertobatan itu dan hidup bermanfaat kepada banyak orang.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan teroris Babeh yang dimuat di media online bbc.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru