26.8 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Teroris (XC-IV): Hasan Mantan Teroris yang Mendapat Hidayah ketika Berada di Penjara

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Teroris (XC-IV): Hasan Mantan Teroris yang Mendapat Hidayah ketika...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Radikalisme termasuk paham yang sangat membahayakan, bukan hanya kepada orang lain melainkan kepada si pelaku sendiri. Banyak pelaku radikalisme yang hilang masa depannya karena terpapar paham menyesatkan ini.

Radikalisme memiliki ragam bentuk. Mulai yang paling ringan hingga yang paling parah. Paham ini bagai penyakit. Radikalisme yang ringan berupa cara pikir yang eksklusif (tertutup) dalam melihat perbedaan.

Sedangkan, radikalisme yang paling parah berupa aksi-aksi terorisme yang membunuh banyak jiwa yang semestinya dijaga. Ada banyak warga negara Indonesia yang terpapar radikalisme sampai pada tahap parah ini. Salah satunya, Agus Martin alias Hasan.

Hasan yang sudah berusia tiga puluh delapan tahun adalah bagian dari pelaku bom di kawasan Jalan M.H. Thamrin, Jakarta, pada bulan Januari 2016 yang menjatuhkan puluhan korban tewas dan luka-luka. Korbannya meliputi office boy dan masyarakat umum.

Hasan pada saat kejadian sudah memiliki tiga anak. Ia tidak berpikir banyak menyangkut nama baik diri sendiri dan keluarga. Ia pada waktu itu merasa dirinya paling benar, sedangkan orang lain tidak kafir. Akibat ketertutupan ini ia nekat melakukan bom di Thamrin.

Sebelum kejadian itu, tepatnya bulan Agustus 2013 Hasan pernah ditangkap Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri di Desa Tenggulun, Lamongan, karena menyuplai senjata untuk jaringan teroris di Ambon, Poso, Bekasi, dan Solo.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXX): Eks Napiter Khoirul Ihwan Ternyata Pernah Gabung dengan HTI

Kemudian, selepas kejadian aksi teror di Thamrin Hasan ditangkap lagi oleh Densus 88. Di balik jeruji besi inilah Hasan banyak memikirkan aksi radikal yang ditempuhnya. Muncul dalam benaknya, jihad tidak harus menggunakan kekerasan dan menjatuhkan banyak korban.

Jihad yang sebenarnya harus dilakukan dengan cara yang lemah lembut. Dan, inilah jihad yang dilakukan Nabi Muhammad Saw. Jihad yang lemah lembut ini akan sangat mudah menggugah hati dibanding jihad yang dilakukan dengan kekerasan.

Hasan mulai mengkritik jihad kelompok teroris. Salah satunya, Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Jihad dalam jalan kekerasan tidak lagi sejalan dengan jihad yang dimaksud Hasan. Jihad yang diinginkan diupayakan menebar rahmat bagi semesta alam.

Sebagai penutup, kisah Hasan merupakan bagian dari beberapa perjalanan hijrah mantan napi teroris. Mereka mulanya dibutakan dengan paham menyesatkan dan berakhir dengan kesadaran karena mendapatkan hidayah.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita Hasan yang dimuat di media online Antaranews.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru