30 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan Napiter (C-XXVIII): Cerita Mantan Napiter Yusuf yang Dulu Rakit Bom, Kini Racik Kebab Granat-Susu TNT

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan Napiter (C-XXVIII): Cerita Mantan Napiter Yusuf yang Dulu Rakit...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Terorisme telah menelan banyak korban, baik si pelaku sendiri maupun orang lain yang jelas-jelas tidak bersalah, baik korbannya orang dewasa maupun anak-anak. Dunia ini dibuat ketakutan karenanya. Banyak orang kenak sindrom Islamophobia atau ketakutan terhadap agama Islam, karena hampir pelaku teror beragama Islam.

Korban pelaku teror telah merambah di penjuru dunia, termasuk di Indonesia. Negara seplural Indonesia masih banyak terpapar paham menyesatkan itu, padahal nilai-nilai kebhinekaan sudah lama ditanamkan di negara tersebut. Begitu dahsyat pengaruh terorisme mencuci otak bangsa ini!

Seorang yang pernah terpapar terorisme adalah Mahmudi Haryono alias Yusuf alias Yoseph Adirima. Ia ditangkap Densus 88 di Semarang pada tahun 2003 lalu karena kasus menyimpan satu ton bahan peledak. Usai menjalani hukuman, Yusuf kini mengajak sesama mantan napi terorisme mengelola warung di dekat Taman Indonesia Kaya tepatnya di deretan warung Tahu Gimbal legendaris Pak Edy.

Nama warungnya adalah Warung Kebangsaan. Warung ini menjual berbagai minuman dari susu dan juga menjual kebab dengan berbagai tingkatan pedas. Uniknya nama menu dikaitkan dengan bahan peledak seperti kebab granat, kebab mercon, dan kebab bom. Ini adalah langkah Yusuf dalam berjihad keluar dari kerangkeng terorisme. Karena dengan ketahanan financial ia akan selamat dari bujuk rayu terorisme.

Nama-nama menu yang diadopsi dari istilah-istilah yang dipakai kelompok teroris itu tidak perlu dipersoalkan. Itu hanya sebatas nama, tidak ada maksud jahat di balik nama tersebut. Yang terpenting, niat Yusuf untuk hijrah dari terorisme sudah bulat. Itu sudah termasuk tobat nasuha dan tobat semacam ini merupakan pertobatan yang paling baik, karena pelakunya telah menyesal dan berjanji di hadapan Tuhan untuk tidak kembali melakukan dosa yang serupa di masa depan. Bahkan, soal nama menu ini Yusuf menambah susu TNT, susu bomber bahkan susu penganten, di mana istilah ‘pengantin’ kerap dipakai sebagai kata sandi untuk eksekutor kasus pemboman.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVI): Perjuangan Kristianto Setelah Hijrah dari Radikalisme

Yusuf bersama lima eks napi terorisme yang kini tergabung dalam Yayasan Putra Persaudaraan Anak Negeri (Persadani) membuka warung tersebut bukan untuk kepentingan mereka saja. Namun hasilnya untuk membantu ekonomi keluarga napi terorisme, agar ketika napi tersebut bebas bisa ikut dalam langkah deradikalisasi. Karena, ketahanan financial akan dapat membentengi iman seseorang untuk tidak kembali melakukan dosa teror di masa depan.

Selain itu Yusuf juga terbuka untuk diskusi jika ada masyarakat yang penasaran dengan perihal terorisme dan antiradikalisme. Hal itulah yang mendasari penamaan menu yang unik dan berhubungan dengan aksi terorisme. Yusuf berharap masyarakat bertanya sehingga dirinya bisa memberikan edukasi soal bahaya paham radikal. Dalam kertas menu pun diberi peringatan agar waspada paham radikalisme di sekitar kita.

Harga minuman dan makan yang dijual Yusuf sangat terjangkau. Untuk kebab dihargai Rp 10 ribu dan susu seharga Rp 7 ribu hingga Rp 13 ribu. Warung ini buka setiap hari mulai pukul 16.00 WIB hingga 22.00 WIB. Kemudian, Yusuf yang dulu merakit bom bahkan bisa reparasi granat ini memang tertarik dengan kuliner. Ia pernah juga membuka warung bistik di Semarang namun kini sudah tutup karena harga sewa tempat yang tinggi. Selain itu rekan-rekannya juga sudah mulai mandiri berbaur dengan masyarakat dan membuka usaha.

Sebagai penutup, perjalanan Yusuf memang dramatis. Cerita keterlibatannya dalam jaringan terorisme perlu diangkat ke tengah-tengah publik agar tidak ada lagi yang terjebak dalam penjara terorisme. Cukuplah Yusuf yang merasakan perjalanan yang menyebalkan itu. Sekarang Yusuf bersyukur karena Tuhan kasih dia hidayah, sehingga ia kembali ke jalan yang benar.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan napiter Mahmudi Adirima alias Yusuf yang dimuat di media online Detik.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru