29.1 C
Jakarta

Serial Pengakuan Mantan ISIS (XX-VI): Didi Iskandar Santoso Korban Propaganda ISIS

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Mantan ISIS (XX-VI): Didi Iskandar Santoso Korban Propaganda ISIS
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semua orang ingin menjadi muslim yang baik, tapi mereka sering salah mengartikan menjadi muslim yang baik seperti apa. Saya termasuk di dalamnya. Saya merasa gagal menjadi muslim yang kaffah saat sekian tahun terjebak dalam propaganda ISIS, salah satu organisasi yang dibangun oleh Abu Bakar al-Baghdadi.

Kegagalan ini saya sadari begitu saya masuk di dalamnya bertahun-tahun sampai banyak orang yang terjebak ke jurang yang sama karena saya. ISIS yang saya bayangkan sebelumnya adalah organisasi yang moderat yang dapat mengantarkan seseorang belajar Islam yang baik, malah sebaliknya, ISIS mengajarkan paham radikal yang justru bertentang dengan spirit Islam.

Paham radikal yang saya maksud adalah pendirian sistem khilafah di suatu negara. ISIS mengklaim khilafah adalah syariat Islam yang dibawa dan dipraktekkan oleh Nabi Muhammad Saw. ISIS menipu jutaan orang belajar Islam persis seperti yang diajarkan Nabi. Sayangnya, yang dijanjikan ISIS tidak seperti keyataannya. ISIS malah mendorong pengikutnya untuk mengkafirkan negara yang tidak menganut sistem khilafah.

Klaim kafir yang dialamatkan ISIS ini tidak berbeda dengan klaim kafir yang ditudingkan oleh kelompok Khawarij pada kepemerintahan Ali Ibnu Abi Thalib. Alasannya pun serupa, orang yang kafir adalah mereka yang memutuskan suatu hukum di luar hukum Allah. ISIS mengkafirkan sebuah negara karena menggunakan sistem yang dibuat oleh manusia. Semisal, sistem republik demokratis yang digagas di Negara Indonesia.

Semenjak saya hijrah, saya getol mengajarkan paham sesat ISIS kepada masyarakat lewat Pesantren Darus Salamah Al-Mubarak, Cianjur yang saya dirikan. Tak sedikit orang yang termakan omongan saya. Mereka mengamini dan mengikuti, sehingga pada waktu itu kita sesat bersama-sama. Saya sadar kemudian bahwa apa yang saya lakukan adalah dosa. Ini termasuk dosa sosial yang jika tidak bertaubat akan sangat mungkin mengantarkan saya terjatuh dalam siksa yang sangat pedih nanti.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVI): Perjuangan Kristianto Setelah Hijrah dari Radikalisme

Berkat hidayah Tuhan, saya hijrah secara total dan meninggalkan ISIS. Untuk menebus dosa sosial ini, saya tidak malu menarik omongan saya yang sudah-sudah. Saya menyampaikan di pelbagai media untuk menarik kembali apa yang saya sampaikan sebelumnya, karena itu termasuk ajaran sesat yang haram dikonsumsi. Saya kemudian menegaskan, pesantren yang saya dirikan sudah tidak dipengaruhi paham ISIS.

Saya menyesal telah memprovokasi negeri di mana saya dilahirkan, dibesarkan, dan berkembang. Tentunya, Negara Indonesia. Saya berjanji ke depan membela tanah air sendiri. Karena tanah air itu merupakan tanah di mana saya dilahirkan dan dengan airnya saya minum. Air merupakan bagian dari kebutuhan hidup. Bersyukur sekali hidup di tengah-tengah negeri yang subur dan makmur, yang dalam bahasa Al-Qur’an disebut dengan, baldatun thayyibah.

Saya coba cium bendera merah putih sebagai lambang kemerdekaan Indonesia dari paham-paham radikal. Saya merasakan ketenteraman di sana. Saya merasakan kedamaian yang tak terhingga. Saya berani membela Indonesia sampai menumpahkan darah sekalipun, karena jasa Indonesia sangat besar. Sungguh gila orang yang tidak membanggakan tanah airnya sendiri, mereka seakan adagium: Kacang lupa kulitnya.

Sebagai penutup, saya berdoa kepada Tuhan untuk menjaga iman ini agar tidak terpengaruh dari paham radikal ISIS. Karena, iman ini akan kokoh kalau cinta ini selalu terpaut terhadap tanah air sendiri. Ada sebuah adagium—yang oleh sebagian orang disebut hadis—“Hubb al-wathan min al-iman”. Maksudnya, mencintai dengan sepenuh hati terhadap tanah air itu merupakan bagian dari iman.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari cerita Didi Iskandar Santoso, Mantan Pimpinan / Amiir JAD Halaqoh Muara Angke Jakarta

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru