26.7 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Teroris (C-XLVIII): Eks Napi Teroris Iqbal Kini Bantu Densus 88 Sadarkan Pengikut Paham Radikal

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Teroris (C-XLVIII): Eks Napi Teroris Iqbal Kini Bantu Densus...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Radikalisme bukanlah paham yang baru-baru ini terdengar. Radikalisme telah terdengar di permukaan semenjak peristiwa Bom Bali yang dilakukan oleh Amrozi cs. Kemudian, Amrozi mendapat hukuman mati dari pemerintah di Indonesia.

Pertanyaannya, apakah dengan hukuman yang menimpa Amrozi radikalisme sudah berakhir? Ternyata setelah di perhatikan radikalisme malah makin bertambah. Meski, kemudian dilakukan deradikalisasi dan menghasilkan dampak yang cukup positif untuk mencegah paham membahayakan ini.

Bukti bahwa radikalisme masih eksis adalah adanya beberapa orang yang masih terbelenggu pikiran dengan paham radikal ini. Meskipun sekarang ada beberapa yang sudah bertobat. Di antaranya, adalah Muhammad Iqbal. Iqbal adalah mantan narapidana teroris (napiter) yang pernah menyebarkan paham radikal dan berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS.

Iqbal termasuk alumni sebuah pondok pesantren di Jawa Tengah lalu ia ikut terlibat dengan organisasi Jamaah Ansharut Daulah (JAD) akibat mempelajari ajaran Wahabi. Bahkan, ia adalah pengajar di JAD Tasikmalaya yang memberikan ilmu-ilmu tentang Wahabi kepada masyarakat.

Iqbal sebarkan paham-paham ke masyarakat di Tasikmalaya. Jamaah di Tasikmalaya sangat besar. Sekali pengajian setiap minggu yang datang bisa sampai 100 orang. Cukup efektif untuk mencuci otak jamaah sebanyak itu.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXVII): Aksi dan Dukungan terhadap Eks Napiter Salsa Bangkit dari Stigma Teroris

Setahun berkecimpung di JAD Tasikmalaya, tepatnya pada 2015, Iqbal memutuskan berangkat ke Suriah. Dia pun mengajak belasan murid-murid dari Tasikmalaya. Namun, digagalkan Densus 88 Antiteror. Iqbal pun menjalani hukuman selama dua tahun.

Iqbal mengirup udara bebas pada 2018 lalu. Dia pun memperdalam ilmu agamanya dengan mengikuti majelis-majelis ilmu dan mendengar kajian-kajian secara daring. Seriring bertambahnya wawasan, Iqbal menyadari metode beragama ala Wahabi adalah kesalahan besar.

Kini, Iqbal bersama tiga rekannya justru sibuk membantu berkolaborasi dengan Densus 88 Antiteror menyebarkan paham Islam ahlussunnah wal jama’ah melalui Yayasan Ansharul Islam. Dia ingin mengembalikan pemahaman napiter tentang Islam sesuai sunnah Nabi dan sunnah khulafaurrasyidin setelahnya. Iqbal juga mengajak mereka para kombatan maupun napiter meninggalkan JAD.

Sebagai penutup, apa yang dilakukan Iqbal tidak perlu diikuti. Cukup jadikan pelajaran agar kita tidak melakukan hal serupa. Karena, penyesalan yang dialami Iqbal adalah bukti bahwa radikalisme-terorisme itu bukan paham yang dibenarkan oleh agama. Maka, jauhilah![] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan teroris Muhammad Iqbal yang dimuat di media online Liputan6.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru