Harakatuna.com. Terorisme merupakan paham yang sangat berbahaya terhadap eksistensi bangsa di suatu negara, tak terkecuali di Indonesia. Bangsa ini kehilangan masa depannya menjadi umat terbaik yang mampu menebar kebaikan dan mencegah keburukan.
Penting melakukan deradikalisasi agar dapat mencegah tumbuh dan berkembangnya terorisme, baik deradikalisasi itu berbentuk verbal maupun non-verbal. Ada empat teroris yang mampu kembali ke jalan yang benar. Di antaranya, Yudistira, Rifki Montazeri, Awal Septo Hadi, dan Indra Utama. Mereka adalah mantan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) kembali ke pangkuan NKRI.
Setelah bertobat, keempatnya menyatakan ikrar dan bersumpah setia kepada Sang Merah Putih dan melepaskan baiat kepada ISIS. Kesadaran itu muncul setelah mereka mendekam di balik lapas di Lampung sejak dua tahun terakhir.
Dengan mata berkaca-kaca, keempatnya menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian membacakan ikrar. Usai membacakan ikrar, keempatnya juga sempat mencium Bendera Merah Putih.
Ada banyak motivasi kenapa mereka kembali ke pangkuan NKRI. Yudistira mengatakan, motivasinya kembali ke pangkuan Republik Indonesia adalah keluarganya. Keluarganya selalu membujuk Yudistira untuk melepaskan baiat ke kelompok radikalis.
Kembalinya empat mantan napi teroris tersebut adalah bukti bahwa deradikalisasi itu sangat berpengaruh dalam menyadarkan para teroris. Tentu deradikalisasi itu dilakukan dengan pendekatan yang lemah lembut. Sebaliknya, jika deradikalisasi dilakukan dengan sikap yang keras, niscaya mereka akan berpaling.[] Shallallah ala Muhammad.
*Tulisan ini disadur dari cerita empat mantan napi teroris yang dimuat di media online Kompas.com