26.8 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks Napiter (C-XXXV): Raider Bakiyah, Mantan Napiter Jadi Petani Jagung Program Deradikalisasi

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks Napiter (C-XXXV): Raider Bakiyah, Mantan Napiter Jadi Petani Jagung...
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com. Terorisme menjadi isu yang masih hangat diperbincangkan di era sekarang. Apalagi setelah peristiwa ledakan bom bunuh diri di Polrestabes Bandung beberapa hari yang lalu. Ledakan ini membuktikan bahwa terorisme belum musnah dan berakhir.

Perkembangan terorisme menjadi masalah serius bangsa ini. Banyak bangsa yang hancur masa depannya karenanya. Mereka kehilangan kepercayaan masyarakat dan harmonisasi keluarga.

Seorang bangsa ini yang pernah terpapar terorisme adalah Pujianto alias Raider Bakiyah. Ia pernah bergabung dalam sebuah gerakan yang berimam pada ISIS (Negara Islam Irak dan Syam). Ia juga pernah belajar tentang pergerakan dan dunia persenjataan di Moro, Filipina.

Pujianto kemudian ditangkap Densus 88 Antiteror pada Senin, 29 Februari 2016, di Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Ia diadili atas keterlibatan dalam aksi bom Thamrin Jakarta. Ia menjalani masa hukuman sekitar 4 tahun dan bebas pada 2019.

Setelah keluar dari hukuman, Pujianto hijrah dari terorisme. Ia bersama puluhan napiter lain bergabung dalam program deradikalisasi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang fokus pada pemberdayaan aspek ekonomi.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXI): Arif Murtopo Eks Anggota JAD Ikrar Setia ke NKRI

Pujianto dan kawan-kawannya mengelola Lahan KTN seluas 15,4 hektare untuk berbagai aktivitas pengembangan ekonomi, salah satunya melalui kegiatan ekonomi pertanian. Mereka sukses bertani jagung. Mereka menjadi pribadi yang mandiri, meski kehadirannya belum bisa diterima oleh masyarakatnya luas.

Usaha yang dilakukan bersama-sama jauh lebih efektif dan ringan. Karena, dalam kegiatan itu terdapat gagasan orang banyak sehingga segala kesulitan segera teratasi dan menjadi ringan karena ditanggung bersama.

Selain itu, bisnis ini menjadi langkah para napiter untuk menepis doktrin yang mendekatkan seseorang menjadi kafir (teroris). Karena, hampir orang yang terpapar terorisme punya kaitan dengan masalah ekonomi.

Pujianto dan kawan-kawan juga mengembangkan perikanan dan peternakan. Selain itu juga mengembangkan usaha frozen food. Intinya segala usaha yang halal dan mampu dilakukan mereka kerjakan.

Sebagai penutup, perjalanan hidup Pujianto dapat dijadikan refleksi bagi umat manusia. Jangan sampai bangsa ini terjebak dalam kejahatan terorisme. Memaksakan masuk di dalam akan merugikan diri sendiri dan orang lain.[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini disadur dari cerita mantan napiter Pujianto yang dimuat di media online Merdeka.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru