28.2 C
Jakarta

Serial Kebangsaan (II): Pentingnya Membangun “Ukhuwah Biladiyyah” dalam Berbangsa dan Bernegara

Artikel Trending

Islam dan Timur TengahIslam dan KebangsaanSerial Kebangsaan (II): Pentingnya Membangun "Ukhuwah Biladiyyah" dalam Berbangsa dan Bernegara
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Semenjak masuknya paham radikal, Indonesia sedang dalam situasi terjajah. Indonesia dijajah secara ideologis. Penjajahan paham radikal justru lebih berbahaya dibandingkan dengan penjajahan Belanda dan Jepang.

Paham radikal yang menjajah Indonesia dimulai dengan hadirnya Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Kelompok ini berupaya mendirikan negara Islam di Indonesia. Sistem negara semacam ini jelas mengancam Indonesia.

Ancaman yang sangat serius terlihat bagaimana sistem demokrasi bakal diganti dengan sistem Khilafah. Langkah demi langkah mulai dilakukan oleh HTI secara optimal. Dimulai tuduhan pengkafiran terhadap Negara Indonesia karena menggunakan sistem demokrasi dan menuding orang yang patuh di sana dengan “fasiq”, pelaku dosa.

Kafir-mengkafirkan ini sedikit banyak merusak spirit berbangsa dan bernegara. Quraish Shihab merespons pemikiran HTI ini dengan sebuah buku yang simpel berjudul “Islam dan Kebangsaan”. Dalam buku ini diuraikan bagaimana semua orang yang berbangsa saling membangun spirit “ukhwah biladiyyah” atau persaudaraan sesama negara. Saya menduga istilah yang digunakan Quraish Shihab adalah istilah lain dari “Ukhwah Wathaniyyah” atau persaudaraan sesama negara.

Spirit “ukhwah biladiyyah” yang ditawarkan Quraish Shihab mengajak seluruh manusia yang berlindung di sebuah negara saling menjaga tali persaudaraan. Mereka tidak saling mengkafirkan. Mereka hendaknya saling menghormati dalam segala hal, termasuk perbedaan pemikiran.

BACA JUGA  Shalat Tarawih dan Hikmah yang Tersirat di Dalamnya

Kehadiran buku Quraish Shihab mendapat sambutan yang positif dari Menkopolhukam Mahfud MD. Katanya, buku itu dapat memberikan spirit dalam berbangsa dan bernegara. Bahkan, buku itu menjadi oase atau telaga penyejuk untuk melerai perselisihan yang terjadi di sebuah negara demokratis ini.

Lebih dari itu, sesuatu yang menarik dari gagasan Quraish Shihab adalah cara menyikapi Islam. Banyak orang yang terjebak dengan pemikiran yang sempit, sehingga terjadilah pemahaman yang keliru. Semisal, Islam harus sesuai dengan apa yang ada pada masa Nabi Muhammad. Islam progresif justru disalahkan.

Quraish Shihab menyebut, Islam itu progresif. Yang perlu diperhatikan dalam Islam itu adalah nilai, bukan bentuk. Tidak perlu mempersoalkan, sistem negara yang digunakan. Karena, sistem itu bentuk. Yang terpenting, negara itu menerapkan nilai-nilai Islam, yaitu keadilan, kesejahteraan, dan kemanusiaan.

Sebagai penutup, pentingnya berbangsa dan bernegara perlu disikapi dengan baik agar tidak terjebak dalam paham yang keliru. Paham yang keliru bukan mengantarkan seseorang menjadi bangsa yang baik, malahan menjadikan seseorang sebagai bangsa yang radikal.[] Shallallah ala Muhammad.

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru