27.9 C
Jakarta
Array

Serangan AS di Suriah dan Ancaman Bagi Kaum Muslim

Artikel Trending

Serangan AS di Suriah dan Ancaman Bagi Kaum Muslim
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Akhir-akhir ini ummat Islam dibuat geger oleh serangan AS ke Suriah, yang terjadi pada tanggal 13 April 2018 kemarin. Di balik serangan itu, lagi-lagi, Donald Trump mengklaim secara sepihak sebagai bentuk pembalasan atas serangan kimia terhadap kota Douma yang menewaskan hampir 100 warga sipil.

Di balik penyerangan AS ke Suriah mendapatkan pembenaran karena beberapa media yang memberitakan terjadi penyerangan senjata kimia terhadap rakyat kecil yang dilancarkan oleh kubu pemerintah, hal itu tidak selamanya benar. Pengamat politik Timur Tengah, Zuhairi Misrawi membenarkan perkataan Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, bahwa di balik serangan AS tidak ada unsur sekte atau ideologi, karena semua nyaris gerakan geopolitik global yang dicanangkan oleh AS.

Seharusnya, sebelum AS menuduh Bashar Assad melakukan tindakan kejahatan terhadap rakyatnya sendiri, Donald Trump masih bisa menunggu keputusan Organisasi Internasional untuk Pelarangan Senjata Kimia (OPCW) di Douma untuk mengumpulkan dan memastikan alat-alat bukti yang nyata. Karena secara terbuka Pemerintahan Presiden Bashar Assad menyangkal keberadaannya di balik serangan kimia tersebut.

Itu sebabnya, penulis membenarkan bahwa apa yang dikatakan oleh Zakharova sangat tepat sekali, bahwa Suriah adalah negara yang sudah lama bermasalah dan berusaha bertahan dari serangan teroris. Dalam kondisi seperti ini, seharusnya AS mengembalikan pada visi-misinya untuk memporak-porandakan ISIS sebagaimana tahun 2017 kemarin saat  AS menyerang dengan puluhan rudal Tomahawk di sebuah pangkalan udara di Suriah.

Maka dengan adanya situasi politik Timur Tengah, di Suriah, dan para militan radikal-ekstrem atau ISIS yang terus berpotensi untuk memulai sebuah aksi teror dunia secara terpisah dan tersembunyi, serta program nuklir Korea Utara oleh kekuasaan rezim Kim Jong, tidak dapat disangkal akan terjadi perang Dunia Ke-III yang lebih merusak terhadap dunia, hal itu dipastikan lebih parah dari terjadinya perang Dunia Ke-II.

Sungguh sampai di sini, gejolak politik Timur Tengah sangat membingunkan dunia, di lain sisi Donald Trump saat memenangi gedung putih dengan lantang mengatakan bahwa Bashar Assad harus tetap berkuasa. Akan tetapi sampai hari ini AS masih diklaim pendukung kelompok oposisi untuk menumpas sebuah rezim Bashar Assad. Jika permainan ini terus berlanjut kemungkinan besar Suriah selamanya akan berada dalam ambang kehancuran yang dipermainkan oleh AS hingga perang antar saudara terus berkelanjutan. Ini merupakan konflik yang tidak ditemukan titik akhirnya.

Peperangan ini tentu akan berakibat lebih besar dan akan terjadi dampak yang cukup serius untuk seluruh umat muslim dunia. Pasca penyerangan AS ke Suriah, duta besar Rusia, Anatoly Antonov, telah menegaskan terkait konsekwensi dari serangan AS ke Suriah. Rusia sebagai negara sekutu Suriah juga tidak dapat menerima penghinaan yang ditujukan kepada Presiden Rusia, Bashar Assad.

Justru dengan saling menampilkan kekuatan agresi militer antara dua negara itu bukan justru bisa mengurangi angka perdamaian dunia, malah akan menambah populasi kematian bagi rakyat yang tidak bersalah. Jika pada dasarnya AS dan Suriah memiliki kometmen untuk memerangi para militan ISIS baik di Suriah atau yang telah memisahkan diri membentuk kekhalifahan kecil yang terinspirasi dari Mosul, Aleppo dan Raqqa. Pada saat itu pula kekuatan negara-negara di dunia sudah semakin tampak tidak memiliki poros kekuatan yang benar-benar melakukan perlawanan terhadap ISIS.

Maka dengan adanya situasi politik Timur Tengah, di Suriah, dan para militan radikal-ekstrem atau ISIS yang terus berpotensi untuk memulai sebuah aksi teror dunia secara terpisah dan tersembunyi, serta program nuklir Korea Utara oleh kekuasaan rezim Kim Jong, tidak dapat disangkal akan terjadi perang Dunia Ke-III yang lebih merusak terhadap dunia, hal itu dipastikan lebih parah dari terjadinya perang Dunia Ke-II.

Jelas dapat dirasakan bahwa peperangan ini malah menguntungkan terhadap kelompok ISIS, karena akan menghapus gejolak perlawanan dari AS terhadap ISIS itu sendiri, semua memang berawal dari pasca percaturan geopolitik Timur Tengah yang semakin memanas dan menarik perhatian ummat muslim dunia setelah tahun 2013 pecah menjadi dua kubu antara Sunni (mendukung oposisi/pemberontak) dan Syiah (mendukung Bashar Assad).  Perang saudara itulah yang saat ini disoroti oleh dunia bahwa AS terlibat di dalamnya untuk menumbangkan rezim Bashar Assad bukan untuk membumihanguskan kelompok militan ISIS.

Sebagai ummat muslim, kita harus bisa menilai secara bijak dan sehat, agar selalu dimenangkan dari pertarungan melawan negara-negara adidaya seperti AS dan Ingris, serta sekutu-sekutunya, karena bagaimanapun jika Suriah dan Rusia terus bersatu kemungkinan besar peperangan yang lebih besar akan terus terjadi dan memakan lebih banyak korban ummat muslim. Wallahua’lam.

Jamalul Muttaqin
Jamalul Muttaqin
Penulis Lepas

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru