Harakatuna.com. Marib – Awal bulan ini Houthi Yaman lakukan serangkaian pemberontakan untuk merebut ibu kota provinsi Al-Hazm. Pertempuran sengit sesama warga negara antara pasukan Houthi dengan pasukan pemerintah terus berkecamuk.
Utusan PBB untuk Yaman Martin Griffiths menyebut negara yang dilanda perang itu berada di persimpangan jalan. Puluhan ribu orang menyelamatkan diri dari provinsi utara Al-Jawf setelah bentrokan sengit antara kedua kelompok militer.
Bentrokan terbaru di Yaman utara terjadi setelah berbulan-bulan pihak-pihak yang bertikai menunjukkan minat yang jelas pada de-eskalasi. Akan tetapi upaya untuk melanjutkan proses politik tampaknya tidak berhasil.
Komite Palang Merah Internasional (ICRC) mengatakan, pertempuran antara pihak-pihak yang bertikai di Al-Jawf telah membuat puluhan ribu orang kehilangan tempat tinggal di provinsi Marib.
“ICRC dan Masyarakat Bulan Sabit Merah Yaman telah membantu sekitar 70.000 orang, atau 10.000 keluarga, dengan menyediakan makanan, tenda, selimut, jerigen, bak cuci, dan peralatan kebersihan,” kata badan itu dalam sebuah pernyataan hari Sabtu.
“Di provinsi Al-Jawf, peningkatan bentrokan telah menghambat upaya untuk membantu pasien dan mereka yang membutuhkan,” kata pernyataan itu.
“Yaman, dalam pandangan saya, berada di titik kritis. Kita akan membungkam senjata dan melanjutkan proses politik, atau kita akan kembali ke konflik berskala besar,” kata Griffiths saat berkunjung ke provinsi Marib, Sabtu (7/3), demikian Al Jazeera melaporkan.
“Pertempuran perlu dihentikan sekarang. Petualangan militer dan pencarian keuntungan teritorial sia-sia,” katanya kepada wartawan, menurut transkrip yang diberikan oleh kantornya. “Mereka hanya akan menyeret Yaman ke konflik bertahun-tahun lagi.”
Hilangnya kota strategis Al-Hazm berarti pemberontak sekarang mengancam Marib yang kaya minyak.