31.8 C
Jakarta

Sensitif Gender; Menilik Perjuangan Single Mom di Tengah PPKM Darurat

Artikel Trending

KhazanahPerempuanSensitif Gender; Menilik Perjuangan Single Mom di Tengah PPKM Darurat
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Harakatuna.com – Covid-19 kembali meningkat, pemerintah kembali menggencarkan usahanya dalam menekan peningkatan orang yang terkena Covid-19 dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau yang sering disebut dengan PPKM. Pemberlakuan ini mulai dari perkantoran hingga pusat perbelanjaan. Salah satunya dengan menutup kegiatan di Pusat perbelanjaan atau mal. Ini sudah berlangsung lama sekali.

Namun banyak yang mengkhawatirkan perekonomian kembali menurun karena pemberlakuan kebijakan tersebut. Pemerintah yang mengutamakan kesehatan dianggap malah lupa dengan persoalan ekonomi. Harusnya kesehatan juga dibarengi dengan ekonomi. Terutama korbannya adalah para pelaku UMKM yang akan menurun tingkat penjualannya.

Banyak para pelaku UMKM yang merasa keberatan dengan kebijakan tersebut karena dianggap merugikan, bayangkan saja kondisi Covid-19 saja sudah menurunkan penjualannya ini lagi ditambah dengan adanya PPKM ditakutkan kebutuhan hidupnya tak lagi tercukupi. Apalagi para pelaku yang memiliki keluarga terutama anak.

Anak adalah faktor utama yang memaksa para pelaku UMKM untuk terus memutar otaknya demi memenuhi kebutuhan hidup di zaman yang semakin susah, apakah pemerintah memikirkan sejauh ini tentang UMKM dari imbasnya kebijakan yang mereka pilih. Banyak para pelaku UMKM yang berstatus single parent khususnya single mom. Penjualan adalah sumber utama dari penghasilannya.

Di tengah kondisi seperti ini, pundak para single mom harus lebih dikuatkan lagi, hatinya, pikirannya harus kembali diuji untuk mencari cara agar penjualannya tidak mengalami kerugian sehingga bisa menghidupi keluarganya terutama anak-anaknya. Pemerintah pusat yang akhirnya menerapkan PPKM darurat di Jawa dan Bali selama 17 hari.

Salah satu dampak yang mungkin sangat dirasakan oleh kerabat saya dengan inisial RA, ibu dari 3 orang anak ini adalah seorang penjual baju di daerah Tanah abang, beliau adalah seorang single mom yang berjuang menghidupi anak-anaknya. Di tengah keadaan seperti ini sangat menurunkan omzet jualan katanya, ditambah lagi sedang diberlakukannya PPKM. Biaya anak sekolah harus tetap dibayarkan walaupun online, Pejuang single mom ini harus memutar otak dengan tetap berjualan via online ditambah, jualan makanan juga ia online. “Apapun selama masih halal akan saya lakukan untuk anak-anak saya”. Begitu katanya.

Belum lagi rasanya pekerjaan akan jauh lebih berat 2x lipat, harus tetap ada di rumah menjaga anak-anak, mendampingi anak-anak sekolah dan harus memutar otak mencari nafkah juga adalah bagian peran single mom untuk saat ini. Rasa stres akan mudah sekali menghampiri para single mom dengan segudang pekerjaannya di rumah.

BACA JUGA  Membaca ‘Uqudul Lujain dari Perspektif Filoginis Nusantara

Untuk para single mom yang bekerja di kantoran juga akan merasakan dampak susahnya kondisi PPKM ini. Selain stres karena urusan anak sekolah dan lainnya juga menjadi perhatian setiap hari, karena di rumah saja kadang menghabiskan biaya lebih besar dibandingkan kita bersosial di luar. Biaya dikeluarkan terkadang tidak disadari seperti belanja makanan atau kebutuhan lain via online untuk mengurangi kebosanan. Apalagi masa saat ini literasi menurun pastinya minat baca buku turun sehingga yang dilakukan adalah menghabiskan waktu menonton dengan membeli acara seperti Netflix atau yang lainnya.

Apa pun profesi dan pekerjaannya, single mom bukanlah peran yang mudah, single mom adalah super hero atau pejuang bagi keluarganya terutama anak-anaknya. Apa pun akan dilakukan asal kebutuhan di rumah dapat terpenuhi. Tak peduli keadaan yang sekarang semakin sulit. Para single mom harus memutar otak untuk kembali me-manage uang agar dapat bertahan di era kerasnya hidup atau PPKM.

Single mom dengan profesi penjual atau pedagang yang harus tetap bertahan di tengah kondisi seperti ini, tetap memikirkan bagaimana dagangannya laku. Mungkin dengan membuka dagang lewat platform belanja online agar tetap ada siklus penjualan dan pendapatan. Walaupun mungkin hasilnya tidak sama seperti jualan langsung, setidaknya tetap ada pendapatan yang akan didapatkan.

Begitupun dengan single mom yang berprofesi karyawan, entah yang tetap masuk kantor ataupun WFH semuanya punya risiko masing-masing. Yang tetap kantor harus lebih memperhatikan anak-anaknya yang sekolah online, apakah mereka mengerjakan tugasnya atau malah bermain karena kurangnya perhatian dari ibunya.

Atau single mom karyawan yang WFH, di tengah harus fokus mengerjakan tugas-tugas kantornya, harus juga memperhatikan anak-anaknya, memasak atau mengurus rumah tangga. Pasti akan adanya beban tambahan yang membuat para pejuang single mom harus lebih kuat lagi dan tahan banting.

Para single mom sebagai pejuang harus dapat me-manage finansialnya sebisa mungkin di tengah kondisi seperti ini. Buatlah manajemen finansial sederhana yakni membuat pos-pos keuangan bulanan. Alokasikan anggaran untuk pos keuangan penting seperti pos biaya hidup (kebutuhan makan sehari-hari, transportasi, listrik, air, internet), pos kebutuhan anak (bayar sekolah dan uang jajan), pos bayar cicilan (KPR, Kartu Kredit, Motor/Mobil, Asuransi) lalu pos tabungan dana darurat dan investasi.

Sisanya, baru pos hiburan. Situasi pandemi ini mengajarkan kita semua pentingnya memiliki dana darurat yang cukup. Sebagai jaga-jaga dana kesehatan atau asuransi.

Annisa Diana Putri
Annisa Diana Putri
Anggota Puan Menulis

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru