29 C
Jakarta

Serial Pengakuan Eks ISIS (XIII): Sendi Telah Berbaiat kepada Abu Bakar al-Baghdadi

Artikel Trending

KhazanahInspiratifSerial Pengakuan Eks ISIS (XIII): Sendi Telah Berbaiat kepada Abu Bakar al-Baghdadi
Dengarkan artikel ini
image_pdfDownload PDF

Sendi Hidayat alias Abu Laila bin Ahmad Jahidin, seorang lelaki yang beragama Islam. Terlahir di Bandung, sebuah kota wisata yang dikerumuni banyak orang, terlebih orang Indonesia sendiri.

Sendi sangat mencintai Islam. Islam, baginya, selain agama yang diturunkan Allah kepada seluruh manusia, juga termasuk agama yang diperjuangkan Nabi Muhammad Saw. sampai akhir hayatnya.

Sayang, Islam yang disampaikan Nabi Saw. belum membekas dalam sanubari Sendi. Sendi tak sadar telah terjebak dalam pergaulan kelompok teroris, sehingga mengantarkannya menjadi bagian darinya. Mungkin ada benarnya sebuah kalimat populer: Man tasabbaha bi qaumin fahuwa minhum. Maksudnya, siapa saja yang mengikuti suatu kelompok, maka ia termasuk bagian di dalamnya.

Sendi berislam dengan orang-orang yang keliru. Ia salah memilih mentor atau ustaz, sehingga bukan hidayah yang diperoleh, melainkan petaka. Siapakah mentor utama Sendi? Terus, Sendi bergabung dengan “geng” atau komunitas terorisme yang mana?

Sendi telah dibutakan hawa nafsunya sendiri. Ia merasa “sok” benar karena menjadi bagian dari anggota Jamaah Anshorut Tauhid (JAD). Konon, mentor utama jamaah ini adalah Aman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba’asyir.

Selangkah, JAD mengajak Sendi beserta anggota yang lain mengadakan pertemuan di Batu, Malang, Jawa Timur. Pada pertemuan itu, Aman menekankan pentingnya ber-“manhaj”, memiliki pandangan hidup di Indonesia. Seluruh anggota, termasuk Sendi, ditekankan bermanhaj dengan Daulah Islamiyah atau Negara Islam.

Sendi tidak tahu Daulah Islam adalah manhaj yang diperjuangkan oleh ISIS di Suriah. Ia ngikut saja apa yang diperintahkan oleh sang mentor. Mungkin, ia sedang terdoktrin oleh nilai-nilai tawaduk, yang disalahpahami oleh sementara orang, “Jangan layangkan pertanyaan Mengapa kepada guru, karena dapat mengurangi barakah.”

Terus, Sendi pada pertemuan itu dilatih berperang. Berperang diperintahkan dalam kelompok radikalis karena dianggap sebagai syariat yang pernah dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw. beserta sahabat-sahabat beliau melawan orang kafir Mekkah.

Memang Nabi Saw. pernah berperang. Namun, motif peperangan ini bukan sebagai “penyerangan”, tapi sebagai “bela diri” saat diserang musuh. Nabi Saw. sesungguhnya tidak senang melihat “perang” berkecamuk di tengah negara yang telah Allah berkahi. Nabi Saw. lebih menghendaki perdamaian bersemai.

BACA JUGA  Serial Pengakuan Eks Napiter (C-LI-XXXV): Eks Napiter Mahmudi Kini Memilih Jalan Hidup Sebagai Pengusaha

Perang yang dikobarkan oleh kelompok teroris, terutama pengikut ISIS yang didirikan oleh Abu Bakar al-Baghdadi, hanya mengikuti nafsu, bukan bercermin pada suara hati. Nafsu yang telah dibalut bujuk rayu setan telah membutakan mata hatinya melihat kebenaran. Sehingga, segala perbedaan, termasuk negara yang tidak menggunakan sistem Islam, di-judge kafir dan sesat, sehingga dihalalkan darahnya. Naudzu billah.

Selama bergabung dengan JAD, Sendi juga diajarkan soal jihad, bom bunuh diri, mengkafirkan orang lain, hijrah ke negara Islam di Suriah, bahkan perang melawan aparat negara. Selebihnya, Sendi telah berbaiat dengan kepada Abu Bakar al-Baghdadi, pemimpin ISIS, pada pertengahan tahun 2016 di Masjid Telkom (Masjid Darul Ikhsan) di daerah Gegerkalong, Bandung.

Begini bunyi baiatnya: Kami berbaiat kepada Amirul Mukminin Abu Bakar al-Baghdadi al-Quraisyi untuk mendengar dan taat dalam keadaan sempit dan lapang, dalam keadaan susah dan tenang. Tidak merebut kekuasaan dari pemiliknya, berkata jujur. Di mana saja tanpa takut celaan orang yang mencela dan Allah sebagai saksinya.

Begitu resmi menjadi pengikut Abu Bakar al-Baghdadi, Sendi melakukan serangan di beberapa daerah di Indonesia. Sehingga, Sendi bersama sebelas orang lainnya ditangkap Densus 88 dan diadili dengan berkas terpisah. Sendi mendapat hukuman di balik jeruji besi selama lima tahun.

Sayang, sampai detik ini Sendi masih belum bertobat dari perbuatan piciknya. Hidayah Tuhan belum sanggup masuk ke dalam hati Sendi. Semoga kenyataan ini tidak seperti yang tersebut dalam firman-Nya: Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah tertutup, dan mereka akan mendapat azab yang berat. (QS. al-Baqarah/2: 7).[] Shallallah ala Muhammad.

*Tulisan ini dinarasikan dari berita tentang Sendi Hidayat yang dimuat di Metrobatam.com

Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Dr. (c) Khalilullah, S.Ag., M.Ag.
Penulis kadang menjadi pengarang buku-buku keislaman, kadang menjadi pembicara di beberapa seminar nasional

Mengenal Harakatuna

Artikel Terkait

Artikel Terbaru